Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pimpinan agar guru dan pegawai dapat berpartisipasi secara aktif yaitu: 1). Lebih banyak komunikasi dua arah; 2). Lebih banyak memberi kesempatan bagi bawahan untuk mempengaruhi keputusan; 3). Kepala sekolah dan jajaran pejabat dibawahnya jangan terlalu bersikap agresif; dan 4). Potensi Guru dan pegawai untuk membuat sumbangan yang berarti dan positif, diakui dalam derajat yang lebih tinggi. 14
Selain itu juga ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar guru dan pegawai terlibat secara aktif diantaranya: 1). Mengembangkan serangkaian pertanyaan singkat untuk diberikan kepada Pemimpin terpilih untuk dikomentari dan dikembalikan sebelum pertemuan-pertemuan pendahuluan; 2). Mengadakan serangkaian pertemuan kelompok fokus yang dirancang untuk mendapatkan masukan dari mereka terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut; 3). Menunjuk gugus tugas yang beranggotakan pihak-pihak tertarik secara antar bagian untuk membantu menentukan faktor-faktor yang perlu dibicarakan. 15
Partisipasi dalam pengambilan keputusan merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi, namun demikian tinggi rendahnya pertisipasi tersebut akan sangat bergantung pada motivasi kerja dan kepemimpinan. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya bahwa Partisipasi dalam pengambilan keputusan mempunyai hubungan positif dengan motivasi kerja dan kepemimpinan.
4.  Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru  Melalui Motivasi Kerja
      Kata Motivasi berasal dari kata latin yaitu Movere yang berarti " To Move" (Dorongan).16 James dan H Donelly dan kawan-kawan mendifinisikan motivasi dengan definisi : seluruh kondisi kekuatan dari dalam diri untuk berusaha sekuat tenaga yang menggambarkan keinginan, hasrat gerakan, dsb.17 Kemudian Mike dan Lewis mendifinisikan  motivasi sebagai suatu langkah (tindakan ) yang dilakukan oleh orang-orang yang komitmen kepada diri mereka sendiri untuk mencapai tujuan yaitu memenuhi segala kebutuhanya.18 Robin mendifinisikan motivasi sebagai suatu kemauan untuk menggunakan segala upaya yang paling tinggi dari tujuan organisasi disesuaikan dengan kemampuan yang diupayakan untuk memenuhi beberapa kebutuhan individu. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhanya sendiri dan dikaitkan dengan tujuan suatu organisasi, jadi organisasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan individu, dan begitupun sebaliknya individu juga harus melakukan upaya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh organisasi.
Motivasi kerja merupakan sesuatu yang sangat penting, karena  dapat menunjang kelancaran pelaksanaan tugas pimpinan. Oleh sebab itu pimpinan harus senantiasa berupaya meningkatkan motivasi kerja bawahanya serta harus memiliki kemampuan didalam memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan motivasi, terutama memahami kebutuhan yang di manifestasikan melalui perilaku pegawai dalam melaksanakan tugas. Perilaku pegawai dalam suatu organisasi akan muncul karena adanya interaksi secara vertikal dan horizontal antara pimpinan dengan bawahan dan antara bawahan dengan bawahan. Perilaku itu sendiri ditampilkan sesuai dengan sistem nilai atau aturan ketentuan yang berlaku dalam organisasi serta mempunyai latar belakang dorongan yang berbeda satu dengan lainya karena keinginan untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda pula. 19
Dari beberapa uraian diatas, menunjukan bahwa perilaku pegawai pada hakikatnya adalah penampilan kerja yang didorong oleh suatu keinginan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Jika kebutuhan itu merupakan faktor penyebab lahirnya perilaku pegawai, maka dapat dipastikan bahwa kebutuhan yang paling kuat pada saat tertentu, akan merupakan daya dorong yang menggerakan untuk bekerja kearah tercapainya tujuan. Selanjutnya apabila kebutuhan yang paling kuat telah terpenuhi biasanya kekuatan kebutuhan yang tinggi akan bergeser kepada kebutuhan lain.
Sehubungan dengan itu kebutuhan yang mendasari motivasi dapat dikelompokan dalam dua katagori, pertama adalah teori kepuasan (content Theory) yang menekankan pada pemahaman faktor-faktor dalam diri individu sebagai penyebab timbulnya tindakan tertentu. Yang kedua adalah teori proses (Process Theory) yang menekankan pada bagaimana dan dengan tujuan apa individu di motivasi.20
Teori kepuasan  menekankan pentingnya memahami faktor kebutuhan setiap pegawai sebagai penyebab timbulnya dorongan untuk melaksanakan  tugas agar dapat diserasikan dengan keinginan pimpinan dalam mencapai tujuan organisasi. Dalam pandangan ini berarti setiap pimpinan harus mampu memahami perilaku sebagai manifestasi dari kebutuhan. Selanjutnya memilih cara yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sedangkan teori Proses menekankan pada upaya menciptakan lingkungan kerja yang memungkinkan dapat membangkitkan motivasi kerja, baik dalam bentuk seuasana kerja, hubungan kerja, kebijakan maupun kepemimpinan.
Beberapa teori yang mendukung teori kepuasan kerja antara lain : Teori Dua Faktor Hezberg Teori Kebutuhan Maslow, dan Teori ERG dari Aldelfer. Dalam teori Hezberg dapat disimpulkan bahwa beberapa faktor pada dasarnya membuat motivasi dan kepuasan yang lebih tinggi, akan tetapi ketiadaanya tidak sangat negatif. 21 Faktor ini disebut faktor-faktor motivasi, motivator-motivator atau alat pemuas, karena faktor-faktor tersebut cenderung memotivasi dan memberi kepuasan. Selanjutnya dalam kaitanya dengan kepuasan, hezberg mengemukakan bahwa motivasi kerja ditentukan oleh dua faktor. Pertama, faktor yang tidak dapat memberikan kepuasan  dalam bekerja (Dissatisfier) atau yang disebut Faktor Hygiene, antara lain: gaji, jaminan kerja, kondisi kerja, status, kebijakan organisasi, dan kualitas hubungan antar pribadi. Dalam hal ini perbaikan gaji dan kondisi kerja tidak akan menimbulkan kepuasan kerja, melainkan hanya mengurangi ketidak puasan kerja. Faktor ini disebut faktor intrinsik. Kedua, faktor yang memberikan kepuasan dalam bekerja (Satisfier) atau faktor motivator yang meliputi faktor prestasi, tantangan pekerjaan, pengakuan, tanggung jawab, dan faktor promosi. Apabila faktor ini terpengaruh dalam pekerjaan maka mengerakan motivasi kuat Dan apabila faktor ini tidak ada maka akan menimbulkan rasa ketidak puasan yang berlebihan. Faktor ini disebut Faktor Intrinsik. 22
Hezberg dalam teori dua faktor menganggap bahwa timbulnya motivasi itu, antara lain didorong oleh faktor kepuasan kerja yang dikaitkan dengan konteks pekerjaan. Disamping itu tersirat unsur kebutuhan yang dapat menimbulkan kepuasan pegawai, namun lebih menekankan pada kebutuhan yang bersipat khusus yang berkaitan dengan aspek pekerjaan. Sedangkan teori kebutuhan menurut Maslow lebih menekankan psikologis manusia dalam kehidupan secara umum.