"Kamu, adalah semua kriteria yang paling aku hindari; pemabuk, perokok, doyan dunia malam, centil, ibadah bukan prioritasmu. Tapi, potensi baikmu ku lihat lebih besar dari itu. Aneh, kan? Tiap doa malamku tertuju padamu."
Bara menatap Aysel. Pandangan mereka bersirobak.
"Potensi baik apa?"
"Sikapmu pada ibu, sayangmu pada keponakan, pembawaanmu pada kawan-kawan."
"Apa itu cukup?"
"Tidak, Bara!"
"Lalu, apa yang mencukupkanmu pada aku?"
"Keadaanmu yang hampir mati, ketakutanmu melepaskan aku lagi."
Bara terbahak, akhirnya dia tau isi hati Aysel di H-5 pernikahannya. Melihat itu, Aysel sudah mengambil ancang-ancang untuk pergi.Â
"Kalau saat itu aku mati, apa kamu sedih Sel?"
"Mungkin."