Butuh Bantuan
Sedang enak-enaknya nikung di jalan raya yang sepi, Tiba-tiba Pono melihat seorang bapak-bapak kecelakaan tunggal di tengah jalan. Spontan Pono ngerem. Ditepikannya skuter, lantas berlari pada si bapak yang tengah mengerang kesakitan. Badannya gempal, terlihat tato di tangan, mengenakan jaket jeans, seperti anak-anak moge. Pono merasa motor di jalan itu akan mengganggu jalan maka dengan susah payah ia mendorong motor besar bapak-bapak yang tergeletak di jalan. Tapi si bapak malah berteriak.
"He! Bocah! Mau ngapain kamu?"
"Loh ini saya bantu tepikan motor Bapak."
"Kamu pikir saya ini cacat?"
"Loh, kok?"
"Saya bisa sendiri!"
"Tapi"
"He! Awas kalau motor saya tambah lecet karenamu ya!"
Pono tidak terlalu peduli dengan ocehan si bapak. Paling ia sedang kesakitan dan pikirannya jadi mbulet. Maka ditaruhlah motor itu di tepi kiri jalan. Segera diambilnya  bungkusan berisi botol air yang biasa ia bawa, dan kotak P3K di laci skuternya, lalu ia berlari kembali membantu si bapak berdiri,
"Ayoh Pak, saya bantu berdiri." ucap Pono sambil memegang lengan bapak itu, tetapi, si bapak malah menghempaskan tangan Pono.
"Apa? Kamu pikir saya ini tidak bisa bangun sendiri?"
"Pak.."
"Kamu pikir saya ini butuh kamu? Kamu pikir saya ini nggak punya hape? Kamu pikir saya nggak mampu beli hape? Lihat ini, hape saya ini ipon sebelas! Kamu mampu memangnya beli hape ini? Cuih, dandanan kamu saja seperti gembel, lihat, saya ini bisa telepon teman saya, atau keluarga saya, untuk jemput, saya tidak butuh bantuan kamu!"
Pono tetap membantunya berdiri, meski sepanjang langkah dari tengah jalan sampai ke trotoar si bapak terus saja ngedumel. Pono melihat si bapak, nampaknya tidak terluka terlalu berat, hanya lecet di beberapa bagian tangan dan kaki. Diletakkannya botol air di samping si bapak sambil membuka kotak P3K.
"Minum dulu, Pak!"
"Apa itu? Saya alergi minum air putih, masak saya disuruh minum air putih, lihat, mana botolnya dekil begitu. Ndak higienis. Coba kamu minum dulu! Saya tidak percaya sama tampang seperti kamu! Barangkali ini modus perampokan baru ya? Kamu mau kasih air berisi bius ke saya, lalu mau ambil motor beserta dompet, dan hape saya. Ya kan? Ayoh! Ngaku!"
Pono segera mengambil botol itu, lalu meminumnya seteguk. Si bapak yang melihat Pono minum air di botol itu, langsung menyambar botolnya dan meminumnya sampai ludes. Pono mengambil alkohol dan kapas, mengarahkannya ke kaki si bapak,
"He! He! Kamu ini kurang ajar! Saya kan sudah bilang, saya tidak butuh bantuan kamu! Saya sedang telepon kawan atau keluarga saya untuk menjemput! Kamu tidak usah sok jadi repot begitu!"
Tapi sementara si bapak menelepon dan terus mengoceh, lalu nampak marah-marah, Pono tetap membersihkan luka-lukanya. Pono membuka betadin dan meneteskannya pada lecet-lecet di kakinya.
"Brengsek! Kawan semua kalau ada butuhnya saja datang atau telepon. Giliran temannya susah tidak ada yang peduli."
Pono hanya diam, mendengarkan dan terus mengobati lukanya, sementara si bapak terlihat berkali-kali mencoba menghubungi beberapa orang. Lalu terlihat sejenak telepon tersambung, entah pada siapa, ia berbicara agak berbisik, lalu berubah sekejap,
"Hah! Apa? Bangsat! Kamu nggak perduli sama aku? Arisan melulu! Sopir saja dipinjam jemput aku nggak bisa! Memang kamu istri tidak tahu diri! Besok aku blok semua kartu kredit biar kamu tahu rasa!"
"Ada apa, Pak?" tanya Pono.
"He! Bocah kurang ajar. Kamu kepo amat! Mau tahu urusan orang melulu! Sudah, obati saja luka-lukanya itu yang benar. Jangan banyak pengen tahu urusan saya!" hardik si bapak, sambil tampak menelepon orang lain lagi. Awalnya berbisik-bisik, terus semakin keras, sampai beberapa jenak kemudian terdengar suara marah si bapak kembali memekakan kuping Pono.
"Jemput papa dong, Nung! Kuliah kan sudah bubar. Apa? Nongkrong melulu! Apa itu film-film. Nggak bikin kamu kaya! Sudah papa bilang nanti terusin saja usaha ternak lele yang sudah kelihatan hasilnya itu, apa kamu mau usaha lain papa bisa kasi modalnya. Tapi, tolonglah jemput papa sekarang!"
Pono mendengar suara kecil di seberang sambungan, mencoba menerka-nerka apa yang dikatakan, tapi rupanya tidak jelas. Nampak wajah si bapak itu memelas.
"Anak tidak tahu balas budi kamu, Nung! Awas! Uang jajan kamu papa stop mulai besok!"
Pono sudah selesai mengobati semua luka-luka di lengan dan kaki si bapak, ketika kemudian si bapak melirik padanya,
"Nak, sekarang saya butuh bantuan kamu."
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H