Pagi hari merupakan awal waktu yang penuh harapan dengan suasana damai beserta iringan awan cerah di penghujung langit. Namun, harapan tersebut pupus karena langit menjadi gelap gulita dan nyaris tak nampak sinar matahari secuil pun.
Wushhh..wushhh..wushhh..kriciikk..kriciik...jedderr..jedderr
Derasnya hujan diselimuti oleh gemuruh petir beserta angin yang menghembus kencang membuat suasana awal masuk sekolah menjadi kian suram.
Suasana tersebut menjadi awal yang buruk bagi Sena, si anak kecil yang baru menginjak umur enam tahun bulan Maret lalu. Seharusnya hari senin menjadi hari pertama masuk sekolah yang menyenangkan bagi Sena. Namun, kedatangan hujan telah menghancurkan semuanya.
Sena merupakan anak yang tidak suka hujan karena ia takut dengan suara percikan air hujan dan juga suara gemuruh petir.
Di sebuah dapur kecil terdapat seorang ibu yang sedang menyiapkan sarapan untuk putri tersayangnya.
“Sena, ayo sayang kesini kita sarapan dulu” teriak ibu memanggil.
“Iya bu” jawab Sena.
Sena dan ibu pun sarapan bersama. Setelah sarapan, ibu mengajak Sena untuk berangkat ke sekolah bersama.
“Sena, hari ini ayo berangkat ke sekolah bersama ibu.” ajak ibu.
“Nggak mauuu” Sena menolak sambil merengek.