Mohon tunggu...
Ayu Syafa Angelina
Ayu Syafa Angelina Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Gigi Muda

Young Dentist at RSKGM Sumatera Selatan S1 Dentistry, Faculty of Medicine, Sriwijaya University S2 Public Health Student, Kader Bangsa University

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pengaruh Orangtua terhadap Kecemasan Anak dalam Perawatan Gigi

31 Oktober 2021   16:20 Diperbarui: 31 Oktober 2021   16:27 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kecemasan dental digambarkan sebagai keadaan yang tidak menyenangkan seperti memiliki rasa takut, khawatir maupun gelisah yang terjadi karena prosedur perawatan gigi dan berkaitan dengan perasaan negatif yang sering dihubungkan dengan perilaku negatif dalam keluarga, ketakutan akan rasa nyeri serta pengalaman yang tidak berhasil atau perawatan gigi yang nyeri sebelumnya.

Kecemasan dental paling sering dialami oleh anak-anak, adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan dental pada anak yaitu: 

1. faktor personal (usia, jenis kelamin)

2. faktor dental (takut terhadap rasa nyeri dan lingkungan dental serta pengalaman negatif perawatan di masa lalu)

3. faktor eksternal (kecemasan orang tua, pembelajaran sosial serta status ekonomi dan sosial keluarga)

Efek dari kecemasan dental pada anak biasanya menjadi salah satu alasan mengapa anak-anak menghindari ataupun takut untuk datang ke dokter gigi dan menolak perawatan gigi, mereka juga biasanya cenderung memiliki kesehatan gigi dan mulut yang buruk, tingkat kerja sama yang rendah selama kunjungan perawatan dan menyebabkan kesulitan dalam proses perawatan dental, terutama jika pada anak yang memiliki tingkat kecemasan yang tinggi.

Perilaku dan kecemasan pada anak akan berkembang dengan adanya orang-orang yang cemas disekitar mereka, salah satunya anggota keluarga atau orang tua. 

Kebanyakan orang dewasa yang memiliki kecemasan dental sering mengungkapkan perasaan takut dan cemas terhadap rasa nyeri perawatan gigi didepan anak-anak, selain itu biasanya perawatan gigi atau datang ke dokter gigi dijadikan bentuk seperti ancaman atau menakut-nakuti anak, sehingga hal ini dapat menciptakan kesan negatif pada perawatan gigi. 

Pada sebagian besar  anak akan belajar melalui informasi positif maupun negatif tergantung dengan apa yang mereka lihat atau dengar dari anggota keluarga, teman sebaya, guru, televisi atau media sosial yang dapat mempengaruhi kecemasan mereka. 

Selain itu repons emosional dan perilaku anak terhadap rasa nyeri sangat berkaitan dengan ketakutan dan kecemasan sehingga mengakibatkan persepsi nyeri yang berlebihan atau persepsi yang seharusnya tidak nyeri menjadi nyeri walaupun dalam kondisi dan rangsangan yang diberikan sama akan menunjukkan reaksi dan perilaku yang berbeda dikarenakan rasa nyeri pada anak-anak memiliki pengaruh langsung pada perilaku.

Orang tua memiliki peran yang penting dalam perkembangan perilaku, kecemasan dan ketakutan anak. Pada umumnya, perilaku anak terhadap kesehatan gigi dan mulut berada dibawah pengaruh dan dukungan dari sikap orang tua, terutama kemampuan orang tua untuk menangani kecemasan anak dalam situasi perawatan gigi, karena orang tua dan anak terdapat penularan emosional atau transmisi tidak langsung terhadap perasaan cemas atau takut dari orang tua ke anak-anak. 

Oleh karena itu, Orang tua berperan dalam membentuk rasa takut anak ke dokter gigi dikarenakan orang tua dapat memberikan pengaruh melalui pemodelan dan pemberian informasi serta kepercayaan terhadap perawatan dental akan berdampak pada perilaku kerja sama anak dalam perawatan dental dan takut untuk datang ke dokter gigi.

Selain kerja sama orang tua dan anak juga dokter gigi berperan penting dalam menangani kecemasan dental pada anak, adapun hal-hal yang disarankan yaitu:

a. Menyediakan waktu yang cukup untuk membuat janji perawatan.

b. Berkomunikasi secara efektif (tell-show-do)

c. Menggunakan prinsip empat “s” dengan mengurangi pemicu stres, yaitu sight (memperlihatkan suntikan, handpieces, dan darah), smell (bau bahan seperti eugonol), sound (suara pengeburan atau pasien lain menangis), dan sensation

(sensasi dari bergetarnya instrumen).

d. Alihkan perhatian pasien dengan menggunakan musik ataupun video

(distraksi)

e. Memberikan rasa kendali selama perawatan berlangsung dengan melibatkan

pasien selama perawatan, seperti untuk mengangkat tangan saat merasa sakit

atau tidak nyaman.

f. Mengurangi rasa nyeri dengan memberikan anestesi yang cukup.

g. Pemberian terapi perilaku kognitif (CBT)

h. Pemberian terapi relaksasi untuk anak yang lebih besar akan dapat membantu

pasien untuk mendapatkan kendali atas keadaan psikologis mereka. Teknik-teknik tersebut dapat dimulai sebelum bahkan selama perawatan.

Maka dari itu, untuk mengurangi kecemasan anak dalam melakukan perawatan gigi memerlukan adanya komunikasi yang baik pada orang tua dan anak dalam menumbuhkan keyakinan positif anak akan dokter gigi, dan perlu membangun perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut dalam keluarga sehingga kesadaran akan pentingnya ke dokter gigi dapat terbentuk sejak dini. 

Selain itu, keahlian dokter gigi dałam mengaplikasikan manajemen perawatan gigi yang tepat untuk mengatasi rasa nyeri dan ketakutan anak terhadap perawatan gigi juga berperan penting dałam mengurangi rasa takut dan pengalaman negatif anak untuk datan kedokter gigi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun