Mohon tunggu...
Ayu sugiariyanti
Ayu sugiariyanti Mohon Tunggu... Guru - GURU

GURU SUKA BERBAGI

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan keputusan Berbasis Nilai - Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

5 Agustus 2024   11:12 Diperbarui: 5 Agustus 2024   11:12 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perkenalkan saya I Gusti Ayu Sugiariyanti,S.Pd , Mengajar di SD NEGERI 5 SINGAPADU KALER, calon Guru Penggerak Angkatan 10 tahun 2024. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi informasi tentang Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Namun sebelumnya saya kutipkan kalimat bijak berikut ini untuk menjadikan renungan bagi kita bersama.

Question 1

Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya:

"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik"

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).

Bob Talbert

Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?

Your Answer:

" Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik " (Bob Talbert)

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pada hakikatnya pendidikan ini untuk mengembangkan potensi seseorang dan diarahkan pada tujuan yang diharapkan untuk menjadikannya sebagai manusia yang utuh. Pemberdayaan potensi peserta didik diarahkan untuk membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.
Sebagai sebuah institusi moral, sekolah merupakan sebuah miniatur dunia yang berkontribusi terhadap terbangunnya budaya, nilai-nilai, dan moralitas dalam diri setiap murid. Perilaku warga sekolah dalam menegakkan penerapan nilai-nilai yang diyakini dan dianggap penting oleh sekolah, adalah teladan bagi murid.

Seorang pendidik harus mampu menjadi teladan bagi murid-muridnya. Hal ini akan tercermin dalam perilaku kesehariannya, sehingga seorang pendidik dapat menjadi role model bagi peserta didik dan seluruh warga sekolah bahkan di lingkungan tempat tinggal.

Question 2

Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?

Your Answer:

Nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam pengambilan keputusan memiliki dampak signifikan pada lingkungan kita, baik secara sosial, ekonomi, maupun ekologis. Keputusan yang didasarkan pada nilai-nilai tertentu dapat memengaruhi bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain, mengelola sumber daya, dan berkontribusi pada keberlanjutan dan kesejahteraan komunitas. Berikut adalah beberapa cara nilai-nilai dan prinsip-prinsip tersebut mempengaruhi lingkungan:

1. Etika dan Tanggung Jawab Sosial

  • Keadilan dan Kesetaraan: Keputusan yang mencerminkan nilai keadilan dan kesetaraan cenderung menciptakan lingkungan sosial yang lebih inklusif dan harmonis. Misalnya, dalam konteks bisnis, keputusan untuk memberikan kesempatan kerja yang adil tanpa diskriminasi dapat memperkuat integrasi sosial dan mengurangi ketidaksetaraan.
  • Tanggung Jawab Sosial: Nilai-nilai tanggung jawab sosial mendorong individu dan organisasi untuk mempertimbangkan dampak keputusan mereka pada masyarakat. Misalnya, perusahaan yang mengutamakan tanggung jawab sosial mungkin akan berinvestasi dalam program-program yang mendukung komunitas lokal atau mengurangi dampak negatif operasi mereka pada masyarakat.

2. Keberlanjutan Lingkungan

  • Konservasi Sumber Daya: Prinsip keberlanjutan mengarahkan keputusan untuk menggunakan sumber daya secara bijaksana dan mengurangi pemborosan. Ini dapat mencakup praktik daur ulang, pengurangan emisi karbon, dan penggunaan energi terbarukan.
  • Perlindungan Ekosistem: Nilai-nilai yang menghargai alam dan keanekaragaman hayati mendorong tindakan yang melindungi habitat dan spesies yang terancam. Misalnya, keputusan untuk tidak mengeksploitasi hutan atau lahan basah untuk keuntungan jangka pendek dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem.

3. Integritas dan Transparansi

  • Kejujuran dan Keterbukaan: Keputusan yang didasarkan pada integritas dan transparansi membangun kepercayaan dan hubungan yang kuat di dalam dan di luar organisasi. Misalnya, pemerintahan yang transparan dalam pengelolaan anggaran publik dapat meningkatkan kepercayaan warga negara dan mempromosikan partisipasi publik yang lebih besar.
  • Akuntabilitas: Nilai akuntabilitas memastikan bahwa individu atau organisasi bertanggung jawab atas tindakan mereka. Keputusan yang menganut prinsip ini cenderung mengurangi praktik korupsi dan meningkatkan kualitas layanan publik.

4. Keberpihakan pada Kesejahteraan Manusia

  • Kesejahteraan dan Kesehatan: Keputusan yang memprioritaskan kesejahteraan manusia sering kali mempertimbangkan dampaknya terhadap kesehatan fisik dan mental. Misalnya, kebijakan yang mempromosikan akses ke perawatan kesehatan atau lingkungan kerja yang sehat dapat meningkatkan kualitas hidup.
  • Empati dan Kemanusiaan: Nilai-nilai seperti empati dan kemanusiaan mendorong tindakan yang mendukung dan membantu mereka yang membutuhkan. Ini dapat diwujudkan dalam bantuan sosial, dukungan untuk orang yang kurang beruntung, atau upaya bantuan bencana.

5. Inovasi dan Pertumbuhan Berkelanjutan

  • Inovasi yang Bertanggung Jawab: Keputusan yang didorong oleh nilai inovasi bertanggung jawab mendorong pengembangan teknologi dan praktik baru yang menguntungkan masyarakat dan lingkungan. Misalnya, inovasi dalam teknologi hijau dapat membantu mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan efisiensi energi.
  • Pertumbuhan yang Berkelanjutan: Keputusan yang mempertimbangkan dampak jangka panjang dan tidak hanya fokus pada keuntungan jangka pendek akan mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan. Ini termasuk investasi dalam pendidikan, infrastruktur hijau, dan inisiatif keberlanjutan lainnya.

Secara keseluruhan, nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang kita pegang mempengaruhi cara kita membuat keputusan yang pada gilirannya berdampak pada lingkungan sosial, ekonomi, dan ekologi di sekitar kita. Dengan menganut nilai-nilai positif dan etis, kita dapat berkontribusi pada penciptaan lingkungan yang lebih baik, lebih adil, dan lebih berkelanjutan.

Question 3

Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

Your Answer:

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kontribusi Anda terhadap proses pembelajaran murid dapat diwujudkan melalui beberapa tindakan kunci, termasuk pengambilan keputusan yang strategis dan berfokus pada kebutuhan murid. Berikut adalah beberapa cara Anda dapat berkontribusi:

1. Membuat Kebijakan dan Strategi Pembelajaran yang Berfokus pada Murid

  • Pengembangan Kurikulum: Memastikan bahwa kurikulum yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan dan minat murid, serta mendorong perkembangan kompetensi mereka.
  • Inklusi dan Keadilan: Mengambil keputusan yang memastikan semua murid, terlepas dari latar belakang atau kemampuan mereka, memiliki akses yang sama terhadap pembelajaran dan dukungan yang mereka butuhkan.

2. Mendukung Pengembangan Profesional Guru

  • Pelatihan dan Pengembangan: Memfasilitasi pelatihan berkala bagi para guru untuk meningkatkan keterampilan pedagogis dan pengetahuan mereka tentang metode pengajaran terbaru.
  • Mendorong Kolaborasi: Menciptakan lingkungan di mana para guru dapat berbagi praktik terbaik dan belajar satu sama lain.

3. Mengimplementasikan Teknologi dalam Pembelajaran

  • Integrasi Teknologi: Memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan pengalaman belajar, seperti penggunaan platform digital untuk pembelajaran jarak jauh atau alat bantu pembelajaran interaktif.
  • Aksesibilitas Teknologi: Memastikan bahwa semua murid memiliki akses yang memadai ke teknologi yang dibutuhkan untuk pembelajaran.

4. Menilai dan Menggunakan Data untuk Pengambilan Keputusan

  • Analisis Data: Menggunakan data tentang kinerja murid, umpan balik, dan evaluasi lainnya untuk mengidentifikasi area yang membutuhkan perbaikan.
  • Pengambilan Keputusan Berbasis Bukti: Memanfaatkan data untuk membuat keputusan yang diinformasikan mengenai perubahan atau intervensi yang diperlukan dalam proses pembelajaran.

5. Membangun Hubungan yang Kuat dengan Komunitas Sekolah

  • Komunikasi Terbuka: Mendorong komunikasi yang terbuka antara murid, guru, orang tua, dan staf lainnya untuk memastikan transparansi dan keterlibatan.
  • Partisipasi Orang Tua: Mengundang orang tua untuk terlibat dalam proses pendidikan anak-anak mereka, baik melalui kegiatan sekolah maupun dalam pengambilan keputusan yang relevan.

6. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Mendukung

  • Kesejahteraan Sosial dan Emosional: Memastikan bahwa lingkungan sekolah mendukung kesejahteraan sosial dan emosional murid, dengan menyediakan program-program yang mengatasi bullying, kesehatan mental, dan perkembangan karakter.
  • Fasilitas yang Memadai: Menyediakan fasilitas fisik yang memadai dan aman untuk mendukung proses pembelajaran yang efektif.

Sebagai pemimpin pembelajaran, penting untuk selalu berfokus pada kebutuhan murid dan berusaha untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan mereka secara holistik. Pengambilan keputusan yang bijaksana dan berdasarkan data dapat membantu dalam mencapai tujuan pendidikan yang optimal.

Question 4

Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.

Education is the art of making man ethical.

Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.

~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Your Answer:

Kutipan dari Georg Wilhelm Friedrich Hegel, "Education is the art of making man ethical" atau "Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis," menyoroti salah satu tujuan mendasar dari pendidikan: pembentukan karakter dan pengembangan etika. Hegel menekankan bahwa pendidikan bukan sekadar proses transfer pengetahuan atau keterampilan, tetapi juga berperan dalam membentuk moralitas dan perilaku seseorang.

Berikut adalah beberapa pemikiran mengenai makna kutipan ini dalam konteks pembelajaran yang telah dialami di modul:

1. Pendidikan sebagai Pembentukan Karakter

Pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek kognitif seperti pengetahuan dan keterampilan akademik, tetapi juga pada pengembangan karakter dan etika. Melalui pendidikan, individu belajar mengenai nilai-nilai, norma, dan prinsip moral yang membentuk perilaku mereka dalam masyarakat. Dalam modul pembelajaran, mungkin ada fokus pada pengembangan soft skills seperti integritas, kejujuran, tanggung jawab, dan empati, yang semuanya merupakan elemen penting dari etika.

2. Pendidikan sebagai Proses Sosialisasi

Pendidikan juga bisa dilihat sebagai proses sosialisasi di mana individu belajar untuk hidup dalam komunitas dengan memahami dan menghormati aturan serta norma sosial. Modul pembelajaran mungkin mencakup materi atau pengalaman yang memperkenalkan konsep-konsep seperti hak asasi manusia, tanggung jawab sosial, dan keadilan, yang semuanya mengarahkan individu untuk berperilaku etis dalam interaksi mereka dengan orang lain.

3. Peran Guru dan Fasilitator dalam Membentuk Etika

Guru dan fasilitator memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai etis kepada murid. Mereka bukan hanya penyampai pengetahuan, tetapi juga model perilaku etis. Dalam modul pembelajaran, metode pengajaran dan interaksi dengan peserta didik mungkin dirancang untuk tidak hanya menyampaikan konten akademik tetapi juga untuk mempromosikan diskusi kritis tentang dilema etika dan moral.

4. Pembelajaran Holistik

Konsep pendidikan sebagai seni untuk membuat manusia menjadi etis mengisyaratkan pendekatan holistik dalam pendidikan. Modul pembelajaran yang efektif tidak hanya mengejar prestasi akademik tetapi juga memperhatikan perkembangan emosional dan moral peserta didik. Ini mungkin tercermin dalam aktivitas seperti kerja kelompok, diskusi kasus, dan refleksi pribadi yang mendorong siswa untuk berpikir lebih dalam tentang implikasi etis dari tindakan mereka.

5. Pendidikan sebagai Proses Pemberdayaan

Pendidikan yang berfokus pada etika juga memberdayakan individu untuk membuat keputusan yang bijaksana dan bertanggung jawab. Dalam modul pembelajaran, ini bisa berarti membekali peserta didik dengan keterampilan berpikir kritis dan reflektif, yang membantu mereka menilai situasi dari perspektif etis dan bertindak dengan integritas.

Dalam refleksi saya, pengalaman pembelajaran dalam modul ini mungkin telah menekankan pentingnya mengintegrasikan nilai-nilai etika dalam segala aspek pendidikan, mengingatkan kita bahwa tujuan akhir dari pendidikan adalah menghasilkan individu yang tidak hanya cerdas tetapi juga memiliki komitmen moral untuk berperilaku etis.

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pada hakikatnya pendidikan ini untuk mengembangkan potensi seseorang dan diarahkan pada tujuan yang diharapkan untuk menjadikannya sebagai manusia yang utuh. Pemberdayaan potensi peserta didik diarahkan untuk membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.
Sebagai sebuah institusi moral, sekolah merupakan sebuah miniatur dunia yang berkontribusi terhadap terbangunnya budaya, nilai-nilai, dan moralitas dalam diri setiap murid. Perilaku warga sekolah dalam menegakkan penerapan nilai-nilai yang diyakini dan dianggap penting oleh sekolah, adalah teladan bagi murid.

Seorang pendidik harus mampu menjadi teladan bagi murid-muridnya. Hal ini akan tercermin dalam perilaku kesehariannya, sehingga seorang pendidik dapat menjadi role model bagi peserta didik dan seluruh warga sekolah bahkan di lingkungan tempat tinggal.

Dalam menjalankan perannya, kita sebagai seorang pendidik harus mampu memberikan kontribusi bagi peserta didik, dimana dalam setiap pengambilan keputusan harus berpihak kepada murid yang berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan. Kita menyadari bahwa setiap pengambilan keputusan akan merefleksikan integritas sekolah, nilai-nilai apa yang akan dijunjung tinggi, dan keputusan-keputusan yang diambil kelak akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah dan lingkungan sekitarnya. Jadi seorang pendidik senantiasa berupaya untuk menanamkan karakter dengan menjunjung nilai-nilai kebajikan universal dan memperhatikan kebutuhan setiap peserta didik. Hal ini sejalan dengan kalimat bijak berikut:

Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Memahami kalimat tersebut, maka pendidikan merupakan suatu proses menuntun siswa dengan penguatan karakter , norma-norma sehingga akan menjadi generasi yang memiliki nilai moral, kebajikan dan kebenaran untuk menjalankan kehidupannya. Generasi yang akan datang adalah cerminan pendidikan saat ini yang kita poles seperti membuat maha karya terbaik yang akan mewarnai negeri ini di masa depan.

Setelah kita memahami beberapa hal diatas, berikut adalah pendekatan atas tinjauan dari koneksi antar materi pada modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak tentang pengambilan keputusan.

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki pengaruh bagaimana seorang guru mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Semboyan yang dicetuskan oleh KHD yang sampai saat ini masih menjadi landasan berpijak bagi pendidik adalah Ing Ngarso Sung Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang pemimpin juga harus mampu memberikan dorongan, semangat dan motivasi dari tengah), Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan dari belakang), yang artinya adalah Seorang pemimpin (Guru) harus mampu memberikan teladan dan memberikan semangat dan motivasi dari tengah juga mampu memberikan dorongan dari belakang untuk kemajuan seorang muridnya. Semboyan ini memiliki makna mendalam dapat kita jadikan landasan dalam setiap pengambilan keputusan, yaitu keputusan yang selalu berpihak kepada murid agar menjadikan mereka sebagai generasi yang cerdas dan berkarakter sebagaimana tercermin dalam profil pelajar Pancasila. Hal ini dapat kita lakukan dalam proses pembelajaran di sekolah, yang tidak hanya menitik beratkan pada konten kurikulum, namun transfer nilai -nilai kebajikan dapat kita sampaikan secara terus menerus dengan eksplisit pada pembelajaran dan keteladanan disetiap pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan yang bertanggungjawab.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Perangai seseorang terkadang merupakan cerminan dari nilai-nilai yang tertanam dalam diri seseorang tersebut. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap prinsip-prinsip yang diambil ketika seseorang tersebut akan mengambil keputusan. Begitu pula dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, dan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills), akan mendukung dalam mewujudkan sikap Tut wuri handayani . Hal ini dapat dilakukan oeh seorang pendidik dengan memberikan dorongan secara moril maupun materil bagi semua warga sekolah. Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri pendidik akan mewarnai setiap pengambilan keputusaan. Nilai kejujuran, integritas sebagi pendidik akan tergambar dalam keteladanan dan kebijakan --- kebijakan yang diambil dalam setiap keputusan.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi coaching yang telah dibahas pada sebelumnya.

Tidak dapat dielakkan bahwa kita selalu dihadapkan pada berbagai permasalahan yang membutuhkan suatu keputusan dalam penyelesainnya. Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan langkah-langkah yang mengacu pada prinsip tertentu, karen dalam pengambilan keputusan berkaitan erat dengan masa depan suatu organisasi, apalagi menyangkut pada keputusan yang sifatnya strategis. Salah satu faktor yang sangat membantu dalam pengambilan keputusan adalah keterampilan coaching. Sebagai pendidik, guru harus memiliki keterampilan coaching.
Selama proses pembelajaran, pendampingan dalam pengujian pengambilan keputusan melalui kegiatan coaching (bimbingan) yang dilakukan oleh fasilitator saya rasakan sangat efektif dalam membantu pemahaman saya.

Beberapa contoh praktik coaching dapat memberi gambaran yang utuh untuk dapat diterapkan di sekolah. Keputusan yang diambil dengan teknik coaching yang berlandaskan etika, nilai-nilai kebajikan, sesuai dengan visi misi sekolah yang berpihak pada murid dan menciptakan budaya positif dilingkungan sekolah. Teknik coaching dilakukan denga prinsip kesetaraan, sehingga tidak terkesan menggurui tapi justru akan menimbulkan rasa nyaman sehingga coach, sehingga mampu mengidentifikasi permasalahan dan dapat menyampaikan pertanyaan berbobot dari coachee. Begitu pula dengan coachee yang dengan rasa nyaman dapat menyampaikan hambatan --- hambatan dan dapat menemukan solusi yang sesuai. Hal ini karena coach mampu menjadi pendengar yang baik sehingga mampu membantu menguraikan permasalahan melalui pertanyaan-pertanyaan berbobot. Dengan coaching, guru dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai coach yang baik guru memiliki harapan terhadap siswanya sehingga dapat menjalankan seluruh tugas dan kewajiban yang diberikan di sekolah dengan baik.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional sangat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Dalam setiap pengambilan keputusan wajib berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan serta regulasi yang ada dengan berpedoman pada 9 langkah pengambilan keputusan. Melalui kedua dasar tersebut kita dapat menganalisis sehingga dapat membedakan antara dilema etika atau bujukan moral.

Kepekaan sosial emosional seseorang akan menumbuhkan empati dan simpati, sehingga dapat menempatkan diri untuk bisa mengenal orang lain . Dengan simpati dan empati kita dapat merasakan apa yang peserta didik alami, sehingga kita dapat mengidentifikasi permasalahan dengan bijaksana, disaat harus melakukan pengambilan keputusan. Guru yang berperan sebagai pemimpin pembelajaran akan bertindak atas dasar keberpihakan pada murid. Dalam setiap keputusannya harus mempertimbangkan bayak hal yang bermuara pada murid, berbasis etika dan nilai kebajikan berlandaskan pada 4 paradigma yaitu individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs jangka panjang, 3 prinsip yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli. Serta dilakukan dengan 9 langkah yaitu:

  • Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
  • Menentukan siapa saja yang terlibat
  • Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
  • Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola
  • Pengujian paradigma benar lawan benar
  • Prinsip Pengambilan Keputusan
  • Investigasi Opsi Trilemma
  • Buat Keputusan
  • Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika akan semakin mengasah empati dan simpati seorang pendidik. Pendidik yang telah terlatih akan mempunyai rasa empati dan simpati yang baik sehingga diharapkan mampu mengidentifikasi dan memetakan paradigma dilema etika agar pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran lebih bijak.

Kebijakan yang muncul pada saat pengambilan keputusan tetap mengacu keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid, sehingga solusi tepat akan didapat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu menganalisis permasalahan dari berbagai sudut pandang dan pendidik yang dengan tepat, sehingga mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.

Ketika seorang pendidik dihadapkan pada kasus-kasus yang berfokus pada masalah moral dan etika, maka keputusan yang diambil akan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung bermuara pada kebenaran menurut versi pribadi. Selain itu pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga dapat melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat dengan jelas membedakan antara dilemma etika ataukah bujukan moral. Keputusan yang diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan yang dapat mengakomodir kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan kebahagian semua pihak berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Keputusan yang kita ambil secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada imlementasi pembelajaran dan mempengaruhi situasi di sekolah. Setiap keputusan yang kita ambil harus tepat dan bijak berlandaskan nilai-nilai kebajikan, keteladanan, bijaksana dan tidak melanggar norma. Dengan landasan tersebut kita dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.Sehingga murid-murid dapat belajar dengan baik dan dapat mengembangkan kompetensinya.

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Pengambilan keputusan yang dilakukan berlandaskan atas tiga prinsip penyelesaian dilema, yaitu Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) ataukah Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Pemilihan prinsip tersebut tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Meskipun setiap keputusan pasti ada resiko, pro dan kontra, namun hal ini menjadikan salah satu tantangan tersendiri. Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan terhadap kasus --- kasus yang sifatnya dilemma etika adalah perasaan tidak enak yang timbul karena tidak dapat memuaskan semua pihak. Namun dengan mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan dapat meminimalkan perasaan tidak nyaman dan keputusan yang saya ambil dapat diterima oleh semua pihak.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid -murid kita adalah terciptanya merdeka belajar. Dengan merdeka belajar, murid bebas mencapai kesusksesan, kebahagiaan sesuai minat dan potensinya tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Hal ini diharapkan murid-murid akan sukses dengan bidangnya masing-masing, bahagia karena sesuai dengan apa yang diinginkannya dan bertanggungjawab akan apa yang menjadi pilihannya. Disinilah dasar pijakan kita bahwa semua pengambilan keputusan harus berpihak pada murid, dan guru berfungsi untuk memfasilitasi, membantu mengembangkan bakat dan minat yang sudah ada. Kurikulum merdeka sangat berorientasi pada murid, hal ini terlihat dari kurikulum kelas XI di SMK yang tidak lagi memecah materi menjadi beberapa kompetensi, namun menjadi satu kesatuan utuh dan mendalam kedalam satu mata pelajaran. Penggunaan model pembelajaran berdiferensiasi akan mampu mengakomodir kebutuhasn setiap siswa sesuai dengan bakat dan keahliannya. Guru hanya sebagai fasilitator dan pembelajaran terpusat pada siswa, dengan didukung pada penerapan secara eksplisit maupun implisit KSE yang akan semakin memperkuat dan mempertajam wujud nyata dalam memfasilitasi dan mengasah keterampilan social emosional murid-murid kita.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran pasti akan membawa dampak, baik jangka panjang maupun pendek bagi murid. Hal yang sudah kita putuskan dan kita lakukan akan akan terekam menjadi suatu catatan dan akan menjadikan role model tentang apa dan bagaimana kelak murid-murid berpikir dan bertindak.

Bagaimana mereka mengambil keputusan di masyarakat dikemudian hari. Gambaran ini menjadikan dasar bahwa pengambilan keputusan oleh seorang pendidik harus tepat, benar dan bijak melalui analisis dan pengujian yang mendalam atas benar salahnya. Pengujian dilakukan dengan menggunakan lima uji yaitu uji legal, uji regulasi, uji instuisi, uji publikasi dan uji panutan atau uji idola akan menjadikan pengambilan keputusan kita akurat dan teruji sehingga tidak menyesatkan murid-murid.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru sebagai pendidik. Terkait dengan tugas dan fungsinya seorang guru dalam membuat keputusan harus berlandaskan pada filosofi Ki Hajar Dewantara, karena setiap keputusan yang diambil akan mewarnai pola pikir dan karakter murid. Agar keputusan yang diambil dapat memberikan kemanfaatan untuk banyak orang, mampu mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being) dan dapat dipertanggungjawabkan, maka harus dilakukan berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur yang tertata seperti BAGJA. Hal ini dilakukan semata untuk menghantarkan murid menuju profil pelajar pancasila, yang dalam perjalanannya banyak benturan yang sifatnya dilema etika dan bujukan moral. Untuk itu diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga langkah yang diambil selalu berpihak kepada murid.

Sekolah sebagai institusi yang berfungsi memberikan pelayanan, membimbing, mendidik dan mengajar para peserta didik agar memiliki sifat/tingkah laku yang lebih baik. Sekolah juga bertugas melakukan proses transfer ilmu dan pembentukan karakter peserta didik. Banyak hal yang harus dilakukan, tentu saja banyak juga pengambilan keputusan yang mewarnai kebijakan-kebijakan sekolah. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan dengan bijak, dengan mengedepankan nilai-nilai kebajikan yang telah menjadi kesepakatan kelas. Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpim pembelajaran dengan menggunakan alur BAGJA, selalu berorientasi untuk mewujudkan budaya positif sehingga dapat menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman (well being). Guru mempunyai kewajiban untuk mengantarkan murid menjadi insan yang cerdas dan berkarakter, menuju profil pelajar Pancasila. Harapan ini pasti dibutuhkan komitmen dari semua pihak. Dalam mengawal impian ini tentu banyak juga ditemui permasalahan baik yang sifatnya dilema etika maupun bujukan moral. Untuk itu diperlukan panduan sembilan langkah dalam pengambilan keputusan dan pengujian agar keputusan yang diambil berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar. Sebagai salah satu bentuk merdeka belajar adalah diterapkannya pembelajaran berdiferensiasi. Dengan pembelajaran berdiferensiasi maka kebutuhan murid akan terpenuhi sesuai dengan bakat, minat dan kecenderungan gaya belajarnya.

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan bahwa ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya didasarkan pada pemikiran dan pertimbangan semata, namun sangat diperlukan adanya paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian pengambilan keputusan, agar keputusan yang diambil tepat sasaran dan bermanfaat untuk orang banyak. Disamping itu secara personal, dalam pengambilan keputusan diperlukan satu sikap keberanian dengan segala konsekwensinya.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil keputusan dengan situasi dilema etika, namun yang saya lakukan hanya sebatas pada pemikiran didukung dengan beberapa pertimbangan. Saya sudah merasa aman bila keputusan yang saya ambil sudah sesuai aturan dan tidak berdampak merugikan banyak orang. Dengan belajar modul ini saya menjadi lebih kaya akan pengetahuan bahkan telah mempraktikkan, bagaimana cara pengambilan keputusan yang tepat dengan menggunakan langkah-langkah tertentu yang tak lepas dari paradigma dan prinsip-prinsip yang ada.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Konsep yang sudah saya pelajari di modul ini memberikan dampak yang besar bagi pola pikir saya. Sebelumnya saya berpikir bahwa pengambilan keputusan yang telah didasarkan regulasi dan sosial saja sudah cukup, ternyata banyak hal yang menjadi dasar. Dalam konteks ini terdapat 4 paradigma dilemma etika yaitu: individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) yang semuanya didasari atas 3 prinsip dan 9 langkah. Saya berencana akan mengimplementasikan landasan tersebut dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas praktisi. Dengan landasan dalam pengambilan keputusan tersebut, saya yakin bahwa keputusan yang saya ambil akan tepat dan lebih akurat dengan selalu berpihak pada murid.

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Materi pada modul 3.1 bagi saya sangat penting dan bermakna, karena dimanapun dan sebagai apa peran kita pasti akan menjumpai permasalahan yang dituntut untuk mengambil keputusan. Dari keputusan tersebut akan dihasilkan kebijakan -kebijakan yang akan mewarnai perjalanan sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal itu, maka seorang guru harus memiliki keterampilan dalam pengambilan keputusan yang mengandung nilai-nilai kebajikan. Sebagai landasan dalam pengambilan keputusan tersebut tentunya mengacu pada 9 langkah 4 paradigma dan 3 prinsip. Selain itu keputusan diambil melalui tiga uji yaitu: Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir dan Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking).

Demikian koneksi antar materi yang saya paparkan, saya menyadari masih sangat perlu untuk belajar lebih banyak, untuk itu mohon masukannya agar menjadikan motivasi bagi saya untuk selalu tergerak belajar dan melakukan aktivitas yang bermanfaat untuk orang lain. Guru tergerak, bergerak dan menggerakan. Guru bergerak Indonesia maju.

Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya
"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik"
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best)
-Bob Talbert-

 Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?

Pembelajaran yang tidak sekedar mengajar, namun juga mendidik. Bahwa penguasaan materi adalah penting namun lebih penting mengarahkan kepada mereka/murid tentang hal -- hal pokok yang menyangkut karakter sehingga mereka dapat hidup di masyarakat dengan damai, bermanfaat bagi sekitar, dan tentunya mengaplikasikan ilmu hasil belajar. Lebih mudah memintarkan anak baik daripada membaikkan anak pintar. Karakter yang bagus pada anak akan mendorong mereka belajar sepanjang hayat untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, dan tidak menyalahgunakan potensi tersebut. Oleh karena itu guru harus selalu berperan sesuai dengan patrap triloka KHD yaitu ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.

Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?

Dalam mengambil keputusan dasar yang harus kita pegang adalah dapat dipertanggungjawabkan, tidak bertentangan dengan nilai kebajikan, dan berpihak pada murid. Dengan 3 dasar ini kita dapat mengambil keputusan yang memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif. Adapun 3 prinsip pengambilan keputusan adalah prinsip berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis aturan, dan berpikir berbasis rasa peduli. Dengan 3 prinsip ini kita akan mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi setiap keputusan yang diambil. Pertimbangan dan langkah sesuai dengan 9 langkah pengambilan keputusan dimana sebuah keputusan tidak dihasilkan secara instan. Dengan demikian dampak yang dihasilkan diharapkan menjadi win-win solution dan bukan win-lose solutio

Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

Saya akan selalu berpegang pada 3 dasar, 3 prinsip, 4 paradigma, dan 9 langkah mengambil keputusan. Dengan demikian saya dapat mengambil keputusan dengan sebaik mungkin. Dalam prosesnya saya akan melakukan proses coaching sehingga coachee dapat menemukan solusi atas masalahnya sendiri dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Saya yakin langkah dan proses ini merupakan suatu pembelajaran juga untuk murid atau rekan yang sedang menghadapi masalah. Dengan pengalaman ini mereka dapat mengadopsi langkah -- langkah mengambil keputusan terbaik untuk masalah lain yang mungkin mereka hadapi di sekolah, keluarga, maupun masyarakat.

Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.

Education is the art of making man ethical.

Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.

~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Menurut saya, pendidikan bersifat sebagai seni yang luwes, indah, bermakna dalam, berfungsi sebagai terapan maupun keindahan. Dengan segala dinamika dan sentuhannya kayu yang awalnya biasa dapat dibentuk sebagai barang tepat guna maupun ditonjolkan lekukannya untuk menjadi mahakarya yang indah. Seperti itu juga pendidikan dengan segala prosesnya dapat menguatkan karakter baik dan menekan karakter buruk murid, mempertajam pikiran dan menanamkan nilai -- nilai kebajikan sehingga murid dapat menguasai ilmu dan teknologi, memanfaatkannya bagi kehidupannya di masyarakat, mendapatkan pengakuan dan penghargaan.

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Patrap Triloka adalah ajaran KHD yang memuat 3 hal yaitu ing ngarso sung tuladha (di depan memberi contoh), ing masya mangun karsa ( di tengah memotivasi), dan tut wuri handayani (di belakang memberikan dorongan). Sebagai seorang pemimpin harus bisa menjadi teladan dan panutan, menjadi motivator yang selalu mengutamakan komunikasi efektif agar selalu terjalin hubungan yang baik, serta mendorong untuk berkembang bersama. Dengan patrap triloka ini diharapkan pengambilan keputusan selalu berpihak pada murid.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Dasar dalam pengambilan keputusan mencakup 3 hal yaitu nilai -- nilai kebajikan, berpihak pada murid, dan dapat dipertanggungjawabkan. Nilai -- nilai inilah yang akan menjadi dasar penentuan benar/salah sehingga kita dapat membedakan kasus yang termasuk dilema etika atau bujukan moral. Dengan nilai yang tertanam dalam diri kita, memudahkan berpikir logis agar keputusan yang kita ambil benar -- benar dapat dipertanggungjawabkan.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999).

Coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya (Whitmore, 2003). Coaching sebagai "...bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif." (International Coach Federation -ICF).

Tujuan utama coaching adalah membantu coacheeberpikir kritis dan kreatif untuk menemukan sendiri solusi berdasarkan potensi yang dimiliki. Coachee sebenarnya sudah diarahkan melakukan 9 langkah mengambil keputusan dengan proses coaching ini sehingga diharapkan dapat mengambil keputusan yang terbaik dengan memaksimalkan dampak positif untuk semua pihak.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Dalam pengambilan keputusan diperlukan emosi yang stabil sehingga pengambil keputusan didasari oleh kesadaran diri dan kesadaran sosial yang baik. Pada proses/langkah pengambilan keputusan, pikiran jernih sangat berpengaruh pada identifikasi dilema etika/bujukan moral, melakukan berbagai uji, dan prinsip yang akan digunakan dalam penyelesaian suatu masalah. Dengan ketenangan hati maka peluang mendapatkan opsi trilema semakin besar. Akan banyak ide muncul sebagai win -- win solution yang tentunya dinantikan oleh pihak -- pihak yang terlibat masalah.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pada langkah pertama pengambilan keputusan, seorang pemimpin harus bisa mengenali nilai -- nilai kebenaran yang saling bertentangan. Di sinilah nilai -- nilai yang selama ini tertanam berperan dalam identifikasi nilai benar/salah. Pada uji intuisi seseorang akan membandingkan dan mengkonfirmasi apakah suatu keputusan sesuai dengan kode etik keprofesian dan nilai -- nilai kebajikan yang selama ini diyakini.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Suatu keputusan yang tepat menekan dampak -- dampak negatif sehingga mengusakan tidak ada pihak yang sangat dirugikan. Hal ini akan mewujudkan rasa nyaman, dilindungi, adil, tanpa protes yang akan mengakibatkan ketidaknyamanan di lingkungan tersebut. Kondisi sedikit tidak nyaman tentunya akan dirasakan beberapa orang saat keputusan dihasilkan, namun dengan proses adaptif dan prinsip mendapatkan hasil terbaik maka seiring berjalannya waktu, akan tercipta suasana aman dan nyaman yang dapat dirasakan oleh semua pihak.

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan -- tantangan di lingkungan saya pada pengambilan keputusan kasus dilema etika adalah kebiasaan yang selama ini berjalan dan pihak -- pihak yang tidak mau keluar dari zona nyaman. Kebiasaan yang terjadi adalah beberapa orang masih "berpikir sepele untuk masalah -- masalah yang mereka anggap kecil". Mereka biasanya menganggap kasus dibiarkan maka akan reda dengan sendirinya. Hal inilah yang membuat masalah kecil tadi melebar dan menjadi suatu kebiasaan karena dimaklumi. Perubahan paradigma jelas berpengaruh, biasanya ada beberapa orang yang kurang adaptif dengen perubahan yang terjadi baik secara kurikulum maupun aturan kinerja yang memang semua mengarah ke IT.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan yang mengikuti 3 dasar pengambilan keputusan pada akhirnya akan berpihak pada murid. Hal ini tentu akan sejalan dengan pengajaran yang memerdekakan murid. Pembelajaran yang tepat untuk potensi murid yang berbeda -- beda adalah dengan pembelajaran berdiferensiasi sehingga semua kebutuhan murid terpenuhi.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang pemimpin pembelajaran selalu mengusahakan keputusan yang berpihak pada murid. Dengan berbagai prinsip pengambilan keputusan yaitu ends-based thinking, rule-based thinking, dan care-based thinking maka keputusan selalu mengedepankan kebaikan untuk masa depan murid. Guru sebagai fasilitator tentunya berperan sebagai penuntun sekaligus teladan yang dapat diadopsi cara dan langkahnya dalam penyelesaian masalah yang dihadapi oleh murid.

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari pemebelajaran modul 3.1 adalah bahwa sebagai pemimpin pembelajaran, seorang guru harus dapat mengambil keputusan yang sesuai dengan nilai -- nilai kebajikan sehingga dapat dipertanggungjawabkan dan berpihak pada murid. Sesuai dengan ajaran KHD bahwa pendidikan adalah menuntun murid mencapai kebahagiaan (modul 1.1).

Sebagai penuntun murid, guru penggerak kita memiliki peran berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif (modul 1.2). Dalam pengambilan keputusan kita akan mengaplikasikan kelima peran guru penggerak. Selain berpihak pada murid, guru harus mandiri dan reflektif. Setiap keputusan yang diambil dievaluasi secara mandiri dan dibuat refleksi untuk memastikan dampak positif dari pengambilan keputusan.

Guru diharapkan menjadi pemrakarsa perubahan, hal ini melibatkan banyak pengambilan keputusan yang besar. Sebagai acuan guru dapat menyusun visi yang berorientasi ke depan untuk diri, murid, dan sekolah secara keseluruhan. Langkah yang dapat ditempuh adalah dengan BAGJA (Buat Pertanyaan -- Ambil Pelajaran -- Gali Mimpi -- Atur Eksekusi -- Jabarkan Rencana) (modul 1.3). Melalui langkah -- langkah ini dapat dipahami bahwa setiap keputusan membuat suatu perubahan semuanya mengedepankan manfaat dan evaluasi untuk memastikan apa yang dijalankan adalah sesuai dengan visi masa depan.

Visi akan terwujud jika budaya positif di sekolah sudah terwujud. Ada keyakinan kelas maupun sekolah yang disepakati bersama. Jika ada penyimpangan, dilakukan penyelesaian masalah dengan segitigita restitusi sehingga pihak -- pihak yang terlibat menyadari kesalahannya dan menemukan solusi atas permasalahannya (modul 1.4). Disini sering terjadi juga dilema etika dan bujukan moral yang harus dikenali dengan baik oleh pemimpin pembelajaran sehingga keputusan yang dihasilkan adalah tepat dan berdampak positif. Dengan demikian akan terwujud masyarakat sekolah yang harmonis dan berdisiplin positif.

Visi dalam pembelajaran tentunya memenuhi kebutuhan setiap murid. Guru dapat melakukan pembelajaran berdiferensiasi untuk memfasilitasi murid dengan berbagai kemajemukan gaya belajar dan tingkat kesiapan (modul 2.1). Dengan bantuan tes diagnostik dan karakteristik materi yang akan dipelajari oleh murid, seorang guru harus membuat suatu keputusan model dan strategi pembelajaran yang akan dipilih. Hal ini tentu membutuhkan banyak pertimbangan dan perencanaan. Keputusan macam diferensiasi yang akan dipilih dan dikembangkan dalam modul ajar atau RPP dapat dievaluasi efektif atau tidaknya dengan evaluasi hasil belajar siswa.

Setiap keputusan yang baik tentunya dihasilkan oleh pikiran yang jernih dan kondisi emosi yang stabil. Sebagai pemimpin pembelajaran yang berinteraksi dengan murid yang beragam tentunya tidak jarang menemukan masalah -- masalah yang dapat mengganggu proses pembelajaran itu sendiri. Disinilah Kesadaran Sosial Emosional (KSE) harus berjalan dengan baik (modul 2.2). KSE ini meliputi Kesadaran diri, Manajemen diri, Kesadaran Sosial, Keterampilan Berelasi, dan Pengambilan Keputusan yang Bertanggungjawab. Dalam penyelesaian masalah seseorang harus hadir sepenuhnya (mindfullness) sehingga fokus menjadi baik dan keputusan yang diambil sesedikit mungkin dampak negatifnya.

Dampak negatif yang kecil dapat kita peroleh juga dengan proses coaching yang baik, dimana coach berperan sebagai mitra yang siap membantu coachee untuk meningkatkan performa kerja, menemukan solusi atas permasalahannya, dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dalam pembelajaran utamanya, peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan melalui supervisi akademik (modul 2.3).

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Menurut pemahaman saya, sebagai pemimpin pembelajaran, dalam membuat keputusan/penyelesaian masalah dasar utamanya ada 3 hal yaitu nilai -- nilai kebajikan, dapat dipertanggungjawabkan, dan berpihak pada murid. Nilai -- nilai kebajikan ini digunakan untuk mengenali dua kasus yang bernilai benar namun bertentangan. Nilai ini juga untuk dasar melakukan pengujian keputusan. Prinsip yang digunakan diantaranya ends-based thinking, rule-based thinking, dan care-based thinking. Dengan berbagai macam pertimbangan dan langkah -- langkah diharapkan hasil yang diperoleh merupakan keputusan terbaik dengan memaksimalkan dampak positif dan win -- win solution untuk semua pihak. Hal -- hal tidak terduga yang diluar dugaan adalah dengan komunikasi dan kolaborasi pengambilan keputusan dapat lebih maksimal menghasilkan berbagai alternatif penyelesaian (opsi trilema) sehingga kedua hal ini sangatlah penting dalam proses pengambilan keputusan.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Pernah, perbedaannya adalah setelah mempelajari modul ini saya lebih terstruktur dan mempunyai target waktu dalam penyelesaian persoalan. Saya juga lebih percaya diri mengambil keputusan karena sudah melalui langkah -- langkah pengujian yang detail hingga mempertimbangkan dampak dan tindak lanjut dari sebuah keputusan.

Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Setelah mempelajari modul ini, saya lebih percaya diri dan berani membuat program -- program untuk pengembangan diri dan murid. Karena mengikuti 9 langkah, 4 paradigma, dan 3 prinsip saya menjadi lebih detail dan berhati -- hati saat mengambil keputusan.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sebagai individu saya memiliki kecakapan mengambil keputusan dan menentukan pengembangan diri secara lebih terarah dan terprogram. Sebagai seorang pemimpin saya mempunyai keterampilan berelasi dan berani memutuskan hal yang akan berdampak besar bagi lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun