Mohon tunggu...
Athiyya Mustainah
Athiyya Mustainah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Menggambar, membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Tidak akan Mengejek Lagi, Bu

17 September 2024   17:50 Diperbarui: 17 September 2024   18:23 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya mau gimana lagi. Dianya yang perasa bet." Kataku tidak mau kalah.

Azizah hanya mendengus dan kembali menghafal. Aku melihat sesekali ke arah Azka. Dia sudah duduk anteng di barisan kelas 3-B dan berbicara dengan temannya. Bocah yang satu itu kalau marah ngeri. Apalagi pas dia mengejar, seperti dikejar hantu saja rasanya. Coba saja para fensnya melihat wajahnya tadi, mungkin penggemarnya akan berkurang beberapa.

Aku kembali meliriknya untuk kesekian kalinya. Ternyata dia juga kebetulan sedang melihat ke arahku, wajahnya langsung berubah marah. Dia mengacungkan tinjunya kepadaku. Aku bergidik ngeri dan lanhsung bersembunyi lagi di belakang Azizah.

Setelah giliranku setoran hafalan, aku jadi sedikit melupakan kejadian tadi. Tapi ada yang aneh. Si Azka saat tidak sengaja menatapku langsung bersikap mengancam. Sedangkan saat aku menyuruh Azizah memeriksa apakah dia masih melihat ke arah kami atau tidak, Azka tidak menunjukkan tanda-tanda marah. Bahkan kembali berbicara asik dengan temannya.

'jangan-jangan Azka mengira hanya aku yang membicarakannya? Berarti dia hanya mendengar kalimat terakhirku dong.' Aku menghela napas kesal. Sepertinya sekarang hari sial untukku. Azizah hanya tertawa melihat muka masamku saat aku mengatakan kemungkinan tersebut setelah aku selesai setoran tadi. 

Ya sudahlah. 'Siapa suruh dia baperan banget. Cowok kok mudah banget marah-marah.' Aku berusaha meyakinkan diri sendiri kalau itu bukan salahku. Tapi Azka yang terlalu baperan. Setidaknya, aku bisa sedikit tenang dengan begitu.

Ngomong-ngomong, di sekolahku kami memang memanggil dengan ana antum. Jadi kami terbiasa memangil begitu. bahkan saat tidak di sekolah pun kadang kami masih memanggil antum pada teman yang lain.

Setelah diperbolehkan Ustadzahku kembali ke kelas, aku langsung pergi dengan Azizah. Berharap tidak bertemu ataupun melihat adek kelasku itu lgi.

"Kia, jangan buru-buru. Nanti ana jatuh gimana?" Azizah protes saat aku menariknya dengan cepat. 

"Dari pada kita ketemu lagi tu anak. Ini mah masih lambat dari pas kita kabur tadi. Ntum jan dramatis bana." Ucapku ketus. Moodku buruk hari ini. 

Azizah masih mengomel di belakangku. Tapi akhirnya tenang kembali setibanya di kelas. Aku segera duduk di kursiku dan membaringkan kepala di atas meja. Kupikir tadi Azka akan langsung mengadukanku pada ustadzahnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun