Rina merasakan dadanya sesak. Ah, anak ini! Ia selalu punya cara untuk membuat segalanya terlihat lebih mudah. Tapi payung itu hanya ada di atas kertas. Di dunia nyata, Rina berdiri tanpa perlindungan, basah kuyup oleh kekhawatiran.
Malamnya, saat anak-anak sudah terlelap, Rina duduk di depan cermin. Wajah lelah menatap balik kepadanya. Lingkar hitam di bawah mata, bibir yang nyaris selalu mengerucut.
"Bukankah seharusnya aku bahagia?" bisiknya. Ia memaksa bibirnya melengkung ke atas. Cermin hanya memantulkan senyum yang kaku.
Rina menutup mata sejenak. Di luar, hujan mulai reda. Mungkin besok, matahari akan datang. Mungkin besok, jemuran akan kering. Dan mungkin, ia akan menemukan caranya untuk membuat Desember ini penuh senyum, meskipun tanpa banyak uang.
Karena, bagi Rina, kebahagiaan adalah melihat anak-anaknya tetap tersenyum. Dengan atau tanpa liburan, dengan atau tanpa dompet tebal. Dan jika itu cukup bagi mereka, ia akan berusaha membuatnya cukup baginya juga.
Desember memang penuh hujan. Tapi setelah hujan, siapa tahu, mungkin ada pelangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H