Mohon tunggu...
Ayu SittaDamayanti
Ayu SittaDamayanti Mohon Tunggu... Lainnya - Ingin jadi manusia baik

_Berbagi Memori dalam Tulisan _

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Desember di Ujung Jemuran

27 Desember 2024   14:20 Diperbarui: 27 Desember 2024   14:20 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desember selalu datang dengan suara hujan. Bulir-bulir air jatuh tanpa aba-aba, mengetuk genting rumah, mengguyur halaman, dan angin dingin membelai baju-baju yang bergelayut lemah di jemuran yang telah diamankan. Rina menatap jemuran itu dari balik pintu dapur. Wajahnya muram, sedalam mendung yang menggantung sejak pagi.

"Bu, hujannya deras banget!" teriak Dika, anak bungsunya yang berusia tujuh tahun.

"Iya, Nak. Deras sekali," jawab Rina pelan. Ia menarik napas panjang, seolah berusaha mengusir kegundahan yang terus bertamu di hatinya.

Dompetnya tergeletak di meja, terbuka dan kosong. Sisa uang terakhir sudah melayang entah kemana. Sebagian untuk membeli beras, sebagian lagi untuk membayar listrik yang nyaris diputus. Di kalender lusuh di dinding, lingkaran merah sudah membingkai tanggal 22: Hari Ibu. Dika dan kakaknya, Rani, sudah berjanji akan membuatkan sesuatu. Tapi Rina tahu, di balik keceriaan anak-anaknya, ada harapan kecil yang tak bisa ia penuhi.

"Bu, nanti kita liburan ke mana?" tanya Rani penuh semangat kemarin sore.

Rina hanya tersenyum. Bagaimana ia menjelaskan bahwa liburan hanyalah angan-angan mahal? Bagaimana ia katakan bahwa libur panjang Desember ini hanya akan dihabiskan di rumah, dengan hujan sebagai hiburan utama?

Hujan masih belum berhenti. Rina menggenggam pegangan pintu, menunggu langit berbaik hati membuka sedikit celah bagi mentari. Di benaknya, berbagai pikiran berkecamuk. Besok, supermarket akan penuh dengan keluarga yang berbelanja untuk perayaan Natal dan tahun baru. Malam nanti, toko-toko akan berkilau dengan diskon akhir tahun. Tapi di sini, di rumah kecil ini, yang berkilau hanyalah air hujan di ujung jemuran.

"Bu, aku mau kasih kado buat Ibu!" Dika muncul sambil memegang sebuah gambar. Coretan crayon penuh warna menggambarkan dirinya dan Rina, berdiri di bawah payung besar. Ada hati kecil di tengah payung itu.

"Wah, gambar apa ini?" Rina tersenyum, berusaha menyembunyikan rasa pedih yang mengiris di dalam.

"Itu kita, Bu! Payungnya besar biar kita nggak kehujanan," jelas Dika dengan mata berbinar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun