"Aku baru tau semuanya dari ibu semalam tentang kamu dan bang Khirul. aku minta maaf Sya. Aku tidak tau. Aku merasa jahat sama kamu Sya."
Aku terkejut mendnegar ucapan Sakura. Entah apa yang telah ia dengan dari Makcek. Satu hal yang pasti dari sudut matanya terlihat penyesalan yang mendalam.
"Sakura dengarkan Aku. Kamu gak salah, gak perlu minta maaf. Ini takdir yang harus kita jalani. Aku dan Abang itu masalalu dan kamu masa depannya"
Aku menarik napas panjang kemudia tersenyum tulus padanya.Â
"dengan tullis hati aku katakan aku bahagisa melihat kalian bersama. Doaku akan selalu menyertai kalian"
Aku beranjak ke tempat ayah dan Ibunya Khairul yang biasa ku panggil Pakcek dan Makcek. terlihat makcek enggan untuk menyapaku. Ia mungkin masih marah karena aku menolak pinangan keluarganya beberapa kali.
"terimakasih ya nak sudah mau datang" ucap pakcek.
"ia pakcek. Ayah dan ibu titip salam untuk pakcek dan makcek" ucapku ramah.
Aku beranjak menemui makcek. Aku tau dia masih marah padaku tetapi aku tidak bisa mengabaikan orang sebaik makcek. Beliau adalah orang yang baik.
Makcek menarikku kemudian memelukku. Ia menangis tersedu-sedu. "maafkan Makcek nak. Makcek tidak punya hak untuk marah padamu. Makcek yakin kamu punya alasanmu sendiri. Maaf ya makcek sudah bersikap kekanak-kanakan. Khairul sudah menceritakan sama Makcek. makcek sebenarnya bukan marah padamu. makcek hanya malu dengan sikap makcek sendiri" ia menghapus iarmatanya dan airmataku.
"makcek doakan kamu akan selalu bahagia dalam lindungan Allah"