"gini deh Sya. Menurutku info seperti ini kmau harus tau. biar jadi pengalaman buat kamu. ini juga perlu karena bapak itu salah satu guru disekolah ini......" Ain akan terus merepet. ia kan terus melakukan pembenarannya tentang hobinya yang satu ini.
Aku kenal dengan calon istri pak Khairul itu. Bahkan aku yang mengenalkan mereka. Namanya Sakura. ia seorang mualaf. Sakura merupakan pribadi yang sangat baik. Menurutku ia hampir mendekati sempurna.Â
Sejarah aku dan Khairu  menjadi sesuatu yang sebenarnya tidak ingin kubahas. Terlalu panjang cerita kami. Ia sekarang menjadi salah satu guru terbaik di daerahku dan sekarang sedang menempuh pendidikan S3 nya.
Delapan tahun lalu jika bukan karena keegoisanku mungkin kami telah menikah. Ah, bukan keegoisan hanya pemikiranku yang terlalu matang untuk tingkat anak SMA di daerahku.
Kami dijodohkan. saat itu aku masih 17 tahun. Isi kepalaku penuh dengan pendidikanku saja. Saat itu aku hanya ingin belajar.Â
Khairul memahamiku saat itu. Dia membatalkan perjodohan ini dengan syarat aku membiarkan dia untuk menungguku selama 5 tahun. Dia berharap setelah selesai dengan pendidikanku aku akan menikah dengannya.
Impiannya tidak tercapai. aku kembali menolaknya. Banyak pertimbangan yang aku lakukan. Â saat itu aku berpikir bahwa aku masih belum siap menikah.
Dua Tahun lalu aku dengan tegas untuk tidak menerima pinangannya untuk kesekian kali. Salat istikharah telah aku lakukan. Hasilnya tetap sama. Hatiku masih belum bisa menerima dia. Bukan karena dia kurang baik tetapi aku saya yang merasa tidak akan pernah seimbang dengannya. Menurutku ia terlalu baik untuk wanita sepertiku.
Aku hanyalah bunga Jeumpa yang dikenal oleh orang Aceh bukan bunga Sakura yang dikenal oleh penjuru dunia.Â
Memperkenalkan Sakura dengan Khairul meruapan salah satu hal terbaik yang pernah aku lakukan dihidupku.Â
Awal tau mereka akan bersama memang ada rasa sakit dihati tetapi aku tepis rasa sakit itu karena aku yakin ini adalah pilihan tebaik.Â