Mohon tunggu...
Ayu Shella
Ayu Shella Mohon Tunggu... Penulis - Udah sembuh belum, Yu? Belum, gilaku makin menjadi.

saleum dari Aceh! Karya sastra dan segala yang berhubungan dengannya. Bahasa dan segala aspeknya. Adat budaya dan segala kerumitannya. Tiga hal ini merupakan kegiatan yang paling saya sukai.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bukan Tamu Undangan

23 Oktober 2021   12:33 Diperbarui: 23 Oktober 2021   12:43 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

"Bismillahhir rahmannir rahim" inilah ucapan pertama yang aku ucapkan saat menginjakkan kaki di rumah yang sudah tidak asing lagu ini.

Segala hiasan telah tertempel rapi di dinding. Pelaminan sudah terlihat di ruang tamu. Tamu sudah maulai berdatangan. Aku masih berjalan beriringan dengan Fitri.

Hati ini terasa dicubit. Diawal memang suadahkuikralkan untuk tidak akan pernah datang lagi ke rumah ini. Ini terlalu berat. Ini terlalu sesak untuk diingat.

Aku kembali menghela napas. Melihat apa yang kau katakan fitri sebagai teman kondanganku kali ini, mengelus tanganku lalu berkata "stay El. Kamu gak boleh lemah. Perlihatkan El yang kuat dan dan penuh senyum seperti selama ini mereka tau".

Aku menatap tidak percaya kearahnya. Ia tau sekarang betapa rapuhnya aku. Aku tarik kembali napasku. Kuyakinkan diriku bahwa semua ini akan cepat berlalu.

"alhamdulillah, El akhirnya kamu datang" ucap Yoga sambil menghampiri Elia dan Fitri.

"alhamdulillah buat lu, bukan buat Elia dan dan ana" balas Fitri sengit.

Yoga mengubah raut wajahnya dari yang tadinya penuh senyum kini terlalu berubah dengan raut wajah penuh rasa bersalah.

Tidak ada yang bisa aku ucapkan. Aku takut ketika suaraku keluar maka airmataku akan ikut untuk menunjukkan diri.

Aku hanya tersenyum padanya.

Ia meruapakan salah satu saydaraku. Yoga menjadi temanku dari SD, SMP, hingga SMA. Kami pernah berjanji untuk menikah suatu hari nanti saat kami sama-sama sudah siap. Tapi sekarang janji tinggallah janji. Hanya aku yang menjadi wanita bodoh yang percaya dengan ucapan buaya.

12 tahun kenal ku pikir bisa menjadi acuanku untuk mempercayainya. Semua Cuma omongkosong belaka. Saat ini telah mapan ia malah mempersunting kawan sekelasku saat aku SMA. Aku mengenal calonnya. Ah salah, bukan calon tetapi istrinya.

Aku dan istrinya memang tidak pernah aku. Kami sama-sama memperebutkan prestasi ketika SMA. Aku dan Yoga bukan seoarang yang bisasa saja ketika SMA. Aku sebegai siswa pintar dan Yoga sebagai salah satu siswa laki-laki yang kaya dan disukai oleh sebagian besar siswa perempuan.

Entah dari mana datangnya angin, hujan dan petir hingga kabar dan batee ( adat Aceh yaitu alat yang dibawa oleh orang yang datang untuk mengundang orang lain ke pesta dirumahnya) datang secara bersamaan. Aku dan Yoga masih sangat dekat persaudaraannya. Ia masih bisa menjadi wali nikah bagiku. Hal ininya yang menyebabkan aku tidak mungkin jika tidak menghari pestanya. Apalagi kami tinggal di desa yang sama.

"yok El, kita pergi ke tempat Maknyak. Males kali ana melihat buaya ini" ucapat Fitri sengit sambil menarik tanganku.

"maaf" ucap Yoga. Aku hanya melihat gerakan bibirnya bukan suaranya langsung.

Aku hanya membalas senyuman atas permintaan maafnya. Entahlah, aku masih berat untuk memaafkannya. Hatiku masih belum terima dengan apa yang terjadi.

"sebel banget sama Yoga. Dia berani ninggalin berlian demi batu kali. Mana hari akad gak ngundang lagi. Mungkin di Mi-miong (sebutan Fitri untuk istri Yoga) itu taku batal nikahannya kalau El datang" cerocos Fitri.

Kami duduk dekat pelaminan sambil melibat serbet untuk tetamu.

"waktu itu ana kan jadi malu datang sendiri mana Akhas gak mau datang lagi"

"jadi Fitri dapat undangannya?"

"ana pikir El akan datang jadi aku udah bahagia banget pengen datang juga pengen ketemu El lagi tapi aku langsung syok saat tau kebenarannya dari Nindi"

Aku tidak tau harus membalas apa? Hampir semua teman seangkatanku tau kisahku dan Yoga. Bahkan aku tau acara akad nikah Yoga dari postingan mereka.

"emang si Yoga tu ya, ish kesal kali ana. Mau mamki takut dosa. Pokoknya habis ini kamu juga gak boleh kalah El. Nikah aja sama orang yang lebih baik dari dia. Kamu gak kekurang apapun hanya saja kamu bodoh mau menunggu lelaki macam dia"

"aku gak cantik mungkin makanya ditinggal nikah" ucapku sambil tersenyum pahit.

"ingatkan kata-kata ana dulu 'kita bukan cewek cantik tapi kita cewek menarik' pokoknya kamu harus bisa lebih bahagia dari pada dia" ucap Fitri dengan menggebunya.

"Fit, masa depan gak ada yang bisa tebak. Aku tidak tau siapa jodohku atau mungkin aku tidak akan menikah"

"hai, jangan pasrah gitu, ana yakin El akan dapat lelaki yang lebih baik dari pada si Yoga itu"

Aku kembali tersenyum.

Fitri salah satu sahabatku dari SMA. Dia sangat dekat denganku. Dia sudah menikah dan punya anak. Dia wanita yang baik, Akhas sangat beruntung mendapatkan istri seperti sahabatku ini.

Aku dan Fitri sangat bertolak belakan dari segi penampilan. Dia bertubuh pendek sedangkan aku tinggi. Ia berambut kritig sedangkan aku lurus. Ia berkulit putih aku berkulit hitam. Ia memiliki hidung yang yang kecil sedangkan hidungku mancung. Ia memiliki bulu mata tipis sedangkan aku beralis tebal dan hitam. Banyaknya perbedaan kami tidak membuat kami saling minder.

Bagi dan Fitri semua sudah ciptakan sempurna oleh pencipta jadi sekarang tugas kita syukuri apapun pemberiannya.

Bismillah ya Allah semoga hati ini semakin iklas tentang apapun yang terajdi kedepannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun