Mohon tunggu...
Philip Ayus
Philip Ayus Mohon Tunggu... -

menjaga kewarasan lewat tulisan | twitter: @tweetspiring.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

SBY dan Sidang Cerai

15 Desember 2010   11:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:42 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengamati fenomena yang terjadi di Indonesia, tentang kiprah pemimpin tertingginya yang berbadan tegap itu, aku teringat sebuah kisah lama yang lucu, namun juga menyindir. Demikian kira-kira kisah tentang sidang cerai yang terungkap dalam buku berjudul "Doa Sang Katak 1" karya Anthony de Mello:

Dalam sebuah sidang perceraian, sang hakim meminta suami yang menggugat cerai istrinya untuk menjelaskan alasan mendasar mengapa ia ingin melakukannya. Sang suami, dengan muka merah padam menahan amarah, memulai ceritanya:


"Begini Yang Mulia, saya dan istri saya sudah berumahtangga selama lebih dari lima tahun, dan selama itu kami baik-baik saja. Saya bangun pagi pukul enam, mandi, sarapan, berangkat kerja, pulang, makan malam pukul tujuh, menonton televisi atau membaca koran, lalu tidur pukul sepuluh."


"Lalu apa masalahnya?" Tanya hakim penasaran.


"Suatu kali, Yang Mulia, saya melakukan aktivitas saya sebagaimana biasa. Bangun pukul enam, mandi dan sarapan, lalu bekerja. Namun sepulang kerja, saya memergoki istri saya sedang berada di kamar bersama lelaki lain."


Sang istri menundukkan kepalanya.


"Oh, jadi Anda ingin menceraikan istri Anda karena telah berselingkuh?" Demikian kesimpulan sementara sang hakim.


"Bukan itu, Yang Mulia. Setelah saya memergoki mereka di kamar, saya segera menuju meja makan, dan ternyata istri saya yang malas itu tidak menyiapkan makan malam, padahal sudah pukul tujuh. Saya mutlak menginginkan makan malam tiap pukul tujuh!"

Sidang pembaca yang budiman, demikianlah sepertinya yang sedang terjadi pada pemimpin tertinggi kita. Dia tak pernah secara serius menaruh perhatian pada hal-hal yang hakiki. Anarki antarumat beragama, korupsi yang merajalela, penyiksaan TKI, dan berbagai kebusukan lain sedang melanda Indonesia, namun lihatlah apa yang benar-benar menyita perhatiannya: rencana pembakaran AL Quran di luar negeri, "demonarki" DIY, lapangan baru untuk timnas, hingga yang terakhir, memborong 400 tiket nonton laga timnas di AFF untuk segenap pendukungnya!

SBY itu seperti sang suami dalam sidang cerai di atas, tuntutan makan malam lebih diutamakan daripada kesetiaan.

Bagaimana ini, Yang Mulia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun