Mereka mengakui kesalahan mereka dan berdoa dalam Surah Al-A'raf ayat 23 yang berbunyi: "Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri; jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi." Permohonan ampun ini menunjukkan penyesalan yang tulus dan kesadaran akan kesalahan yang telah dilakukan.
C.Relevansinya di Era Modern
Kisah Nabi Adam di dalam Al-Qur'an mengajar kan pentingnya taubat sebagai pengakuan atas kesalahan. Setelah tergoda oleh iblis, Adam dan Hawa bertaubat dengan penyesalan dan memohon ampunan, yang menunjukkan sifat Maha Pengampun Allah. Kisah Nabi Adam A.S juga mengajar kan pentingnya konsep taubat yang relevan dengan tantangan modern, dimana manusia sering terjerumus dalam kesalahan.Â
Dalam konteks modern, konsep taubat relevan sebagai alat untuk refleksi diri dan perbaikan moral, mendorong individu untuk mengakui kesalahan dan berkomitmen pada perubahan positif. Taubat tidak hanya sekedar ritual, tetapi juga mencakup tindakan nyata untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa depan. Di era yang penuh dengan kekacauan, taubat menjadi jalan untuk mengembalikan keseimbangan hidup dan lingkungan.
Kisah Nabi Adam A.S dalam Al-Qur'an adalah salah satu narasi yang paling mendalam mengenai konsep taubat. Dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 30-39, Allah menciptakan Adam sebagai khalifah di muka bumi dan memberinya pengetahuan. Namun ketika Adam dan Hawa melanggar perintah Allah dengan memakan buah dari pohon terlarang, mereka mengalami penyesalan yang mendalam.Â
Dalam keadaan tersebut, mereka memohon ampunan kepada Allah dengan mengucapkan: "Ya Tuhan kami, kami telah mendzalimi diri kami sendiri, dan jika engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi" (Al-A'raf ayat 23).
Allah menerima taubat mereka dan mengajar kan meskipun manusia dapat berbuat kesalahan, ada jalan untuk kembali kepada-Nya melalui taubat yang tulus.
Di era modern ini, kita sering dihadapkan pada berbagai tantangan moral dan etika. Kesalahan dan dosa bisa terjadi dalam berbagai bentuk, baik dalam hubungan sosial, pekerjaan, maupun interaksi sehari-hari. Konsep taubat mengajak individu untuk melakukan refleksi diri mengenali kesalahan yang telah dilakukan, merasakan penyesalan yang tulus, dan berusaha untuk tidak mengulanginya. Ini sangat penting ditengah tekanan sosial dan budaya yang sering kali mendorong perilaku negatif.
Kisah Nabi Adam A.S menunjukkan bahwa Allah adalah Maha Pengampun. Di dunia modern yang penuh dengan kritik dan penilaian, pemahaman akan pengampunan sangat relevan. Manusia sering kali merasa terjebak dalam kesalahan mereka dan sulit untuk memaafkan diri sendiri. Dengan memahami taubat adalah proses yang diterima oleh Allah, individu dapat belajar untuk menerima diri mereka sendiri dan melanjutkan hidup dengan semangat baru.
Taubat tidak hanya bersifat pribadi namun ia juga memiliki dimensi sosial. Dalam konteks masyarakat modern, taubat dapat menjadi pendorong untuk memperbaiki hubungan antar individu atau kelompok. Misalnya, ketika seseorang menyadari kesalahan dalam interaksi dengan orang lain, baik itu diskriminasi, konflik, atau ketidakadilan proses taubat dapat mendorong tindakan reparatif yang positif.
Taubat dalam islam bukan hanya tentang meminta ampunan ia juga melibatkan komitmen untuk berubah ke arah yang lebih baik. Di era modern, ini berarti berupaya menjadi individu yang lebih baik dalam berbagai aspek kehidupan. Baik itu dalam etika kerja, hubungan antar pribadi, maupun kontribusi terhadap masyarakat. Proses ini menciptakan lingkungan yang lebih positif dan harmonis.