Mohon tunggu...
Ayu Nur Alizah
Ayu Nur Alizah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Hello! Kadang suka nulis cerpen/curhat/puisi. Kalau suka sama tulisan saya https://trakteer.id/iuxxyz, kasih uang jajan ke saya ya! hihihihi Terima kasih!!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Rampas Tanah Adat Kami

12 Februari 2022   20:22 Diperbarui: 12 Februari 2022   20:36 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Gadis itu akan membantu kita" ucap pak tua

"Tapi, mungkin nanti saja. Untuk sekarang kita hanya perlu meningkatkan keamanan disekitar kita saja" sahut Sinyo

"Ya, kamu benar Sinyo. Pak tua, apa kita harus mengasah pedang kita masing-masing?"

"Boleh saja. Tapi, pastikan kita jangan sampai memulai peperangan duluan. Asah lah pedang kalian, perbanyak orang yang berjaga terutama di malam hari. Lalu, ketika orang-orang serakah itu sudah datang, barulah panggil gadis tersebut" ucap pak tua memberikan nasihat serta petunjuk.

Pak tua adalah penasihat adat kami. Di generasinya hanya dia saja yang masih hidup, omongannya sangat bijak dan bisa dipegang, tak jarang yang ia ucapkan akan menjadi kenyataan.   

...

Esok paginya, aku langsung mengumpulkan warga desa kami.

"Keluargaku yang kucintai, aku mempunyai kabar buruk. Kemungkinan orang-orang yang ingin merebut tanah kita akan datang lagi, namun belum dipastikan kapan akan datang. Kita akan menambahkan orang untuk berjaga-jaga khususnya pada malam hari. Dan aku minta, bagi kalian yang mempunyai golok, asahlah golok kalian. Kita akan menyambutnya dengan golok masing-masing yang akan kalian pegang. Semoga kemenangan berpihak pada kita, dan memohon lah perlindungan kepada leluhur kita. Dan bagi perempuan yang mempunyai goloknya sendiri, asahlah. Aku mengizinkan kalian untuk ikut serta membantu kami". Penutup ucapan aku disambut hangat oleh perempuan yang memang lebih suka berburu. 

Setelah berbicara, aku memerhatikan wajah warga desa. Ada yang merasa bersemangat dan juga berputus asa.

Aku berjanji kepada leluhur ku, aku akan berusaha untuk tetap mepertahankan tanah ini dan juga melindungi warga yang lain, meski harus besimbah darah dan meninggal. Itulah janji yang kuucap dalam hati kepada leluhurku, sebagai bentuk pengabdianku kepada desa ini, aku rela mengorbankan nyawaku.

...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun