Mohon tunggu...
Ayunin Meida Nuril Ami
Ayunin Meida Nuril Ami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UNIKAMA

Mahasiswa UNIKAMA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Genre Sastra Menurut Rene Wellek dan Austin Warren

12 April 2022   16:23 Diperbarui: 12 April 2022   16:26 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Croce mengungkapkan sebuah jawaban bahwa sastra merupakan reaksi terhadap sikap otoriter aliran klasik, akan tetapi jawaban tersebut tidak secara adil memperhitungkan fakta perkembangan dan sejarah sastra.

Jenis sastra bukan hanya sekedar nama, menurut seorang tokoh liberal bernama Milton ia dihantui oleh "suatu ide epik yang abstrak" dimana Milton juga mengetahui hukum-hukumnya dan tahu bagaimana cara mengubah bentuk klasik itu.

Jenis sastra adalah suatu lembaga, seperti halnya gereja, universitas, atau negara. Dimana orang dapat bekerja, mengekspresikan diri melalui institusi dan seseorang dapat menciptakan sebuah institusi-institusi baru.

Prinsip keteraturan dalam teori genre sastra tidak diklasifikasikan menuru waktu atau tempat, tetapi berdasarkan tipe struktur atau susuna karya tertentu.

Pertanyaan yang mungkin jarang diajukan dalam sastra adalah, apakah dalam teori genre sastra itu mengandung pengandaian bahwa setiap karya sastra termasuk golongan jenis tertentu? Kalau dijawab menggunakan analogi pasti jawabanya adalah "ya".

Apakah dalam genre itu bersifat tetap? Sepertinya tidak. Karena dengan adanya penambahan beberapa karya baru, kategori-kategori yang lain bergeser sehingga bersifat tidak tetap.

Ciri-ciri penulisan kritik salah satunya adalah penemuan dan penyebaran suatu pola genetik baru.

Aristoteles dan Horace memberikan sebuah dasar klasik yang digolongkan menjadi dua jenis utama sastra, yaitu tragedi dan epik yang seharusnya Aristoteles memahami perbedaan mendasar dari (drama, epik, lirik).

Di sisi lain Vietor menyarankan bahwa istilah genre tidak perlu digunakan untuk ketiga kategori tersebut, karena penerapanya cukup sulit dan kadang tidak perlu digunakan. Akan tetapi disisi lain perlu diterapkan guna untuk menentukan pembagian jenis secara historis.

Kegiatan penelitian dilakukan untuk mencari sifat-sifat dasar yang ada pada ketiga jenis puisi, yaitu puisi heroik (epik dan tragedi), puisi scommatic, dan puisi pastoral. Ketiga jenis ini mengacu pada jenis puisi Jerman. Pada tahun 1912, Jhon Erskine menerbitkan sebuah buku tentang berbagai jenis-jenis sastra yang ia mengungkapkan bahwa lirik itu mengekspresikan bentuk waktu saat ini, drama mengekspresikab bentuk lampau, sedangkan epik menunjukkan bentuk yang akan datang.

Pendapat Erskine yang bersifat etika-psikologis berbeda dengan penelitian-penelitian aliran formalisme Rusia, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Roman Jokobson yang menunjukkan struktur gramatika tetap suatu bahasa dengan macam-macam jenis sastranya.

Ekplorasi jenis-jenis dasar yang mengaitkan ke dalam morfologi linguistik yang menghasilkan kesimpulan yang objektif, tetapi perlu kita tanyakan bahwa ketiga jenis ini apakah mempunyai kedudukan yang baku?

Kecanggungan teori seperti ini memang kenyataan bahwa dalam zaman sekarang mempunyai dasar berbeda dari epik, penyampaian secara lisan di depan publik yang dilakukan oleh Aristoteles dan masyarakat Yunani merupakan ciri epik.

Jika kita mencoba menyelesaikan masalah dengan membagi ketiga jenis ini dalam satu karya tulis, apakah bisa kita membadakannya dengan rekaan? Misalnya cerpen "The Killers"yang hampir sama dengan drama karena objektif, dan novel tradisional yang mempunyai dialog campuran, disajikan langsung dan ada narasinya. Jika novel dan epik berbentuk gabungan kita perlu membaginya dalam sebuah komponen-komponen.

Pada abad ke-18 seorang kritikus bernma Thomas Hanskins menulis tulisan yang berkaitan dengan drama Inggris yang dimana ia membaginya kedalam beberapa jenis, yakni misteri, moral, tragedi, dan komedi. Pada bad ini prosa juga digolongkan dalam 2 jenis yaitu novel dan romansa.

Abad ke-18 dan 17 adalah abad yang menganggap bahwa genre merupakan sesuatu yang serius dan benar-benar nyata. Menurut pemikir-pemikir Neo-Klasik, genre sudah sedemikian jelasnya sehingga tidak ada permasalahan umum sama sekali.

Teori Neo-Klasik tidak menerangkan mengenai perbedaan jenis tersebut, melainkan membahas mengenai kepatuhan pada jenis, hierarki jenis, lamanya suatu jenis berlangsung dan penambahan jenis baru.

Menurut dari sejarahnya Neo-Klasik merupakan campuran antara rasionalisme dan sikap otoriter dan kecenderungannya bersikap konservatif.

Kesetiaan pada jenis merupakan sebuah doktrin yang dipelopori oleh tragedi Elizabeth dan memasukkan adegan lucu, sumber doktrin ini berasal dari teori Horace

Doktrin ini merupakan campuran dari doktrin sosial, moral, estetis, hedonistis, dan tradisional, jenis sastra kecil seperti soneta dan onde yga klasik jelas tidak bisa menyaingi epik dan tragedi. Dalam hal ini Aristoteles masih ragu setelah membahas kriteria yang bertentangan, dan ia memilih tragedi sebagai bentuk paling tinggi. Tetapi umumnya mereka sepakat bahwa epik dan tragedi merupakan kategori yang prima

Tipe kelompok lain yaitu ditentukan oleh bentuk stanza dan mantra. Soneta, rondeau, dan balada apakah termasuk genre atau lebih rendah dari genre? Menurut para penulis asal Jerman ketiganya disebut sebagai bentuk tetap.

Pengelompokan karya sastra juga adalah sebagai genre yang didasarkan dalam bentuk luar dan pada bentuk dalam. Permasalahannya kini adalah mencari diemnsi lain untuk melengkapi diagram

Terkadang ada pergeseran petunjuk "elegi" dalam sastra Inggris, Yunani, Romawi, yang dimulai dari dua baris sajak, tetapi para oenulis elegi tidak membati sajak tersebut untuk menagisi kematian.

Setelah adab ke-18 mungkin kita tidak akan melanjutkan sejarah genre, karena banyak orang yang tidak mengharapkan lagi puis yang dibuat dengam menggunakan pola yang berulang.

Pada abad ke-19 terdapat pergeseran konsepsi genre yang kepatuhan terhadap genre sudah tidak ada sama sekali, banyak juga genre baru yang muncul dan mengakibatkan pendeknya masa hidup satu genre.

Contoh genre abad ke-19 dari Van Tieghem adalah novel sejarah yang isinya lebih tidak terbatas, yakni menyangkut masa silam dan berkaitan dengan gerakan romantisme dan nasionalisme.

Konsepsi yang kita buat terhadap genre harus bertolak dari sisi formalistis dan kita lebih baik membuat genre sastra berdasarkan suku kata atau isinya.

Acuan yang kita gunakan adalah menggunakan acuan Yunani, mengenai epik dan tragedi dan setelah abad ke-18 bentuk semacam ini tidak ditemukan kecuali dalam "drama paripurna" atau novel detektif.

Untuk siapa saja yang tertarik pada genre sastra haruslah berhati-hati untuk tidak mencampur ciri-ciri teori klasik dan teori modern.

Meskipun tidak terlihat konsisten, prinsip estetis yang mendasari doktrin ini untuk menuntut kesatuan nada yang ketat, kemurnian gaya tertentu, kesederhanaan, konsentrasi emosi, dan pada plot juga tema tunggal.

Teori klasik membuat perbedaan sosial tiap genre. Perbedaan dramatis personae yang jelas dan sesuai dengan makna setiap jenis sastra yang bekaitan dengan doktrin. Jenis-jenis sastra juga menentukan bagaimana panjang dan besarnya kapasitas pendukung dan keseriusan nada.

Genologi cenderung memilih doktrin Neo-Klasik karena merasa dasar yang diberikan jauh lebih kuat daripada dasar teori modern. Disisi lain kita sudah tau bahwa kebudayaan yang dimiliki oleh setian negara mempunyai genre-genremya sendiri

Pada teori modern memiliki sifat deskriptif dan teori ini tidak membatasi jumlah jenis sastra yang ada dan tidak menentukan aturan untuk diikuti, teori ini menganggap bahwa teori tradisional dapat dikolabirasikan untuk menghasilkan jenis baru.

Kesenangan yang dimiliki orang dalam karya sastra merupakan gabungan dari rasa senang karena telah mendapatkan pengalaman baru dan mengenali hali-hal baru juga. Genre menampilkan semua dari teknik estetis yang dapat dipakai oleh pengarang, biansanya para pengarang besar dapat disebut juga pencipta genre.

Nilai dari pendekatan genre salah satunya adalah kenyataan bahwa pendekatan itu memperhatikan perkembangan internal sastra. Untuk membuat definisi genre modern, kita harus mengawalinya dengan sebuah buku atau pengarang yang berpengaruhdan mencari juga pengaruhnya bagaimana

Ada beberapa topik penting dari genre sastra yang perlu kita uraikan dalam bentuk pertanyaan dan pemecahan sementara.

Topik pertama menyangkut kaitan antara jenis genre primitif dengan genre-genre sastra yang berkembang. Berthold Brecht menunjukkan adanya usaha membuat transformasi dari puisi populer ke sastra serius.

Masalah lainnya, menyangkut kesinambungan antara genre-genre dan banyak yang sependapat bahwa Brunetiere mengacaukan pendekatan genologi yang mengenalkan teori simbiologinya. Bahwa sejarah sastra Prancis di abad ke-17 berkembang menjadi puisi lirik abad ke-19. Berbeda dengan Brunetiere, Van Tieghem mengakui bahwa kaitan ini menunjukkan les les genres litteraries-propement dist.

Jika kita menganggap bahwa tragedi Shakespeare sebagai suatu norma dan kita akan menyalahkan nirma dari tragedi Yunani, tetapi sebaliknya menulis sejarah tanpa filsafat akan dapat menghasilkan deretan catatan yang kronik. Sejarah Elizabeth dapat dilihat melalui perkembangan atau kemundurannya dan harus berdasarkan metode ganda yang harus dijelaskan secara umum.

Masalah genre merupakan masalah sejarah sastra dan kritik sastra yang meletakkan masalah filosofis yang menyangkut antara kelas individu dan orang banyak serta masalah ini juga menyangkut sifat dan bentuk-bentuk sastra universal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun