Terkadang ada pergeseran petunjuk "elegi" dalam sastra Inggris, Yunani, Romawi, yang dimulai dari dua baris sajak, tetapi para oenulis elegi tidak membati sajak tersebut untuk menagisi kematian.
Setelah adab ke-18 mungkin kita tidak akan melanjutkan sejarah genre, karena banyak orang yang tidak mengharapkan lagi puis yang dibuat dengam menggunakan pola yang berulang.
Pada abad ke-19 terdapat pergeseran konsepsi genre yang kepatuhan terhadap genre sudah tidak ada sama sekali, banyak juga genre baru yang muncul dan mengakibatkan pendeknya masa hidup satu genre.
Contoh genre abad ke-19 dari Van Tieghem adalah novel sejarah yang isinya lebih tidak terbatas, yakni menyangkut masa silam dan berkaitan dengan gerakan romantisme dan nasionalisme.
Konsepsi yang kita buat terhadap genre harus bertolak dari sisi formalistis dan kita lebih baik membuat genre sastra berdasarkan suku kata atau isinya.
Acuan yang kita gunakan adalah menggunakan acuan Yunani, mengenai epik dan tragedi dan setelah abad ke-18 bentuk semacam ini tidak ditemukan kecuali dalam "drama paripurna" atau novel detektif.
Untuk siapa saja yang tertarik pada genre sastra haruslah berhati-hati untuk tidak mencampur ciri-ciri teori klasik dan teori modern.
Meskipun tidak terlihat konsisten, prinsip estetis yang mendasari doktrin ini untuk menuntut kesatuan nada yang ketat, kemurnian gaya tertentu, kesederhanaan, konsentrasi emosi, dan pada plot juga tema tunggal.
Teori klasik membuat perbedaan sosial tiap genre. Perbedaan dramatis personae yang jelas dan sesuai dengan makna setiap jenis sastra yang bekaitan dengan doktrin. Jenis-jenis sastra juga menentukan bagaimana panjang dan besarnya kapasitas pendukung dan keseriusan nada.
Genologi cenderung memilih doktrin Neo-Klasik karena merasa dasar yang diberikan jauh lebih kuat daripada dasar teori modern. Disisi lain kita sudah tau bahwa kebudayaan yang dimiliki oleh setian negara mempunyai genre-genremya sendiri
Pada teori modern memiliki sifat deskriptif dan teori ini tidak membatasi jumlah jenis sastra yang ada dan tidak menentukan aturan untuk diikuti, teori ini menganggap bahwa teori tradisional dapat dikolabirasikan untuk menghasilkan jenis baru.