Mohon tunggu...
Ayunda RamdaniNichola
Ayunda RamdaniNichola Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Logika akan membawa kamu dari A ke B. Imajinasi akan membawamu kemana-mana (Albert Einstein)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

The Realved of The Sense

19 Oktober 2023   23:53 Diperbarui: 19 Oktober 2023   23:54 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari yang begitu melelahkan, pasalnya kegiatan Charakter Building kali ini adalah latihan kekuatan sambil bermain. Semua peserta mencoba berlompat dari batu satu kebatu yang lain yang sudah disiapkan diatas air, selanjutnya menyebrangi jembatan gantung dengan hati-hati. Tak sampai disitu peserta juga diajarkan dan harus mencoba bergelantungan layaknya monyet dan masih banyak lagi. Semua kegiatan itu banyak menguras tenaga, apalagi waktu istirahat yang diberikan tidaklah lama. Reya salah seorang peserta yang terbilang lemah, walau jika dilihat luar nya ia tekesan kuat, maka dari itu setelah acara selesai ia berjalan sempoyongan dan tak lama dari itu ia pun pingsan. Pingsan nya reya membuat semuanya heboh, hingga pak Yudha (pendamping reya) langsung menggendong reya ke ruang kesehatan. Cukup lama reya tak siuman, dokter bilang fisik reya lemah karna itu ia mudah lelah dan butuh istirahat yang cukup. Pada saat reya sadar, wajah pertama yang ia lihat adalah pendampingnya yaitu pak Yudha. Wajah pak Yudha menyiratkan kekhawatiran berlebih membuat Reya tersenyum.

Pak Yudha : “Kenapa kau tak mengeluh sakit dan istirahat saja saat kegiatan berlangsung? Bukankah kegiatan itu tidak memaksa anggotanya yang sakit?”

Reya : “Bapak mengkhawatirkan saya?” tanya reya seraya tersenyum.

Pak Yudha : “Selama kegiatan disini, kamu tanggung jawab saya reya, saya disini sebagai pendampingmu, saya yang dipercaya untuk menjaga kamu, itu sudah tugas saya. Kamu tau, tadi saya dipanggil oleh ketua pelaksana kegiatan dan saya diberi peringatan jika saya lalai lagi denganmu. Maka dari itu tolong apapun yang kamu rasakan, bilang sama saya.” Ucap Yudha seraya menahan emosinya.

Reya : “Kalo saya merasakan suka dengan bapak, bagaimana?” tanya Reya sambil tersenyum.

Yudha terkejut, ia bungkam dan tak menjawab pertanyaan reya lalu ia bangkit dari kursi dan keluar dari ruang kesehatan sambil mengatakan “Tak usah bercanda, istirahat saja. Saya akan mengijinkan mu untuk tidak mengikuti kegiatan besok”.

Reya menghela nafas, apa yang ia bilang tadi bukan semata-mata  untuk bercanda, tapi benar-benar ia mengungkapkan perasaannya kepada pak Yudha.

Dilain sisi, Yudha sekarang dilingkupi rasa bingung, “kenapa aku salah tingkah ketika reya mengatakan suka padaku, aku akui reya memang orang yang cantik, pintar serta cerdik dan senyumannya selalu membuat ku merasa tenang. Apa mungkin aku menyukai reya? Hah, tidak-tidak apa yang aku fikirkan, ayolah Yudha kembali ketugas mu” ucap yudha dalam hati.

Ditengah perjalanan menuju ruangan ketua pelaksana, Yudha bertemu dengan temannya bernama Dani.

Dani : “Hey Yud, gimana anak yang kamu dampingi, sudah sadar?”

Yudha : “Alhamdulillah sudah dan, dia Cuma kelelahan”.

Dani : “Hemm, ngomong-ngomong kamu tadi khawatir banget sama dia, yang aku lihat bukan kekhawatiran pendamping ke anak yang didampingi, apa kamu ada rasa lain terhadapnya?”

Dani : “Kenapa diam? Benarkan apa kata ku?”

Yudha : “Aku ngak tau pasti dan, tapi aku pernah merasakan hal aneh kalo dekat dia, seperti jantungku berdetak begitu kencang.”

Dani : “Hahaha, kamu lucu ya tak menyadari perasaanmu sendiri. Aku saranin kamu cari tau lebih dalam hal apa saja yang membuat mu deg-deg an saat dengannya. Deg-deg an itu bisa terjadi karna dua hal, pertama karna gugup dan yang kedua karna jatuh cinta. Dan aku yakin kamu tidak pada hal yang pertama, secara kamu adalah seorang TNI AL yang cukup disegani disini. Pikirkan baik-baik perkataan ku bro, jangan sampai kau kehilangannya, besok terakhir acara Carakter Building ini dan lusa mereka semua akan pulang.”

Yudha : “Terimakasih Dani”

Dani : “Kamu sudah mapan yud, umur mu juga sudah matang untuk mencari rekanita. Aku yakin dia bisa menjadi rekanita mu, menurutku kalian cocok. Jadi pikirkan baik-baik ya” ucap dani sambil menepuk punggung temannya itu.

Yudha kembali terdiam, ia tau Dani adalah teman dari masa pendidikannya dulu dan bertipe seorang teman yang begitu peka terhadap apa yang dirasakan teman-teman lainnya. Yudha kembali memikirkan perkataan Dani yang ada benarnya juga tapi satu sisi lain yudha menepis semua itu.

Waktu sudah memasuki jam 8 malam tapi Reya masih terbaring diruang kesehatan dengan infus yang dipasang ditangannya. Bosan, satu kata yang ada dibenaknya saat ini, ia tak biasa terus-terusan berbaring dikasur tanpa melakukan apa-apa. Ingin sambil bermain ponsel pun tak bisa, karena ia lupa dimana menaruhkan benda persegi panjang itu. Tak lama dari itu dokter masuk keruangannya.

Dokter : “Hallo Reya, apa yang kau rasakan sekarang? Apa sudah membaik?”

Reya : “Rey baik dok, reya sudah sehat dan reya bosan rebahan disini. Apa boleh reya kembali ke kamar saja?”

Dokter : “Saya periksa dulu ya, apa kamu sudah makan? Sudah meminum obat nya?”

Reya : “Ya dok, 4 jam yang lalu setelah reya sadar, reya sudah makan dan minum obat dibantu oleh suster”

Dokter : “Baiklah, kamu boleh kembali ke kamar dengan syarat kamu harus istirahat, tidak boleh melakukan hal yang berat ya. Sebentar lagi saya akan panggilkan komandan Yudha.”

Reya akhirnya kembali ke kamar dengan diantar oleh yudha, diperjalanan menuju ke kamar mereka bungkam, tidak ada kata yang di lontarkan, mereka habis bertengkar kecil perkara Reya tidak mau menggunakan kursi roda, tapi yudha memaksanya. Sesampainya di kamar,

Yudha : “Ada yang ingin saya tanyakan ke kamu” ucap yudha tiba-tiba.

Reya : “Ada apa pak? Tanya saja, reya siap menjawab apapun itu.”

Yudha : “Kenapa tadi kamu bilang suka ke saya? Apa kamu tidak punya pasangan?”

Reya : “Emm, karena itu yang rey rasakan pak, makanya rey bilang suka. Kalo soal pasangan, reya jomblo kok, bapak boleh daftar kalo mau, hehe.”

Yudha : “Ehem, em kalo, kalo sa... saya langsung melamarmu, bagaimana?” ucap yudha dengan gugup.

Reya terdiam, jantungnya berdegup kencang, apa itu benar pak Yudha yang mengatakannya? Bapak TNI yang menampinginya selama 8 hari ini? Reya bingung harus percaya atau tidak, pasalnya orang didepannya ini adalah orang yang tegas, dingin, kaku dan tak banyak bicara.

Reya : “Bapak ya.. yakin menanyakan itu?” tanya reya ragu.

Yudha : “Ya reya, saya sudah memikirkannya tadi, dari pada saya terlambat jadi saya ungkapkan sekarang.”

Reya : “Tapi kenapa bapak langsung mau melamar saya? Tidak pacaran atau pdkt dulu gitu?”

Yudha : “Buang-buang waktu, saya ngak mau pacaran. Toh enak langsung ke jenjang yang lebih serius, melamar udah itu nikah. Kita bisa mengenal satu sama lain setelah nikah dan itu lebih indah rey. Jadi bagaimana? Apakah kamu mau menua bersamaku Reya Thalita?” ucap yudha sambil berlutut dan memegang tangan Reya.

Reya seketika mengangguk dan Yudha sepontan memeluk gadisnya itu. Perasaan bahagia melingkupi kedua insan yang sedang mengungkapkan rasa yang mereka rasakan. Sungguh Reya dan Yudha belum pernah merakan bahagia sebahagia ini.                                         

 

 

Bionarasi

Ayunda Ramdani Nichola, seorang perempuan imut mungil yang lahir di Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan. Perantau di Kota Malang untuk mencari jati diri yang juga hobi traveling, membaca literasi serta menonton.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun