Reya : “Ya dok, 4 jam yang lalu setelah reya sadar, reya sudah makan dan minum obat dibantu oleh suster”
Dokter : “Baiklah, kamu boleh kembali ke kamar dengan syarat kamu harus istirahat, tidak boleh melakukan hal yang berat ya. Sebentar lagi saya akan panggilkan komandan Yudha.”
Reya akhirnya kembali ke kamar dengan diantar oleh yudha, diperjalanan menuju ke kamar mereka bungkam, tidak ada kata yang di lontarkan, mereka habis bertengkar kecil perkara Reya tidak mau menggunakan kursi roda, tapi yudha memaksanya. Sesampainya di kamar,
Yudha : “Ada yang ingin saya tanyakan ke kamu” ucap yudha tiba-tiba.
Reya : “Ada apa pak? Tanya saja, reya siap menjawab apapun itu.”
Yudha : “Kenapa tadi kamu bilang suka ke saya? Apa kamu tidak punya pasangan?”
Reya : “Emm, karena itu yang rey rasakan pak, makanya rey bilang suka. Kalo soal pasangan, reya jomblo kok, bapak boleh daftar kalo mau, hehe.”
Yudha : “Ehem, em kalo, kalo sa... saya langsung melamarmu, bagaimana?” ucap yudha dengan gugup.
Reya terdiam, jantungnya berdegup kencang, apa itu benar pak Yudha yang mengatakannya? Bapak TNI yang menampinginya selama 8 hari ini? Reya bingung harus percaya atau tidak, pasalnya orang didepannya ini adalah orang yang tegas, dingin, kaku dan tak banyak bicara.
Reya : “Bapak ya.. yakin menanyakan itu?” tanya reya ragu.
Yudha : “Ya reya, saya sudah memikirkannya tadi, dari pada saya terlambat jadi saya ungkapkan sekarang.”