Tiba di tempat yang beberapa bulan lalu aku bertemu dengan mbak cantik dengan rambut panjang dan berbaju putih dengan senyum dan lirikan yang menawan. Masih teringat jelas. Iya, tempat pyoyek itu.
Assalamualaikum... Lantunan ayat kursi menghiasi bibirku setelah salam itu. Aku yang hampir nangis, gatau Nurul diem aja. Sesekali dia memaggil nama ku dan diam kembali.
Oke, aman. Gumanku lega dengan senyuman, sedikit.
Beberapa saat kemudian ditikungan menurun terakhir, bis kecil (aku menyebutnya kol) dari arah bawah membuat bola mataku teralihfokuskan. Aneh, terlihat seperti ngambang ga ada sopir dan penumpang dengan asap hitam.
Alah, parno doang. Batinku saat itu sembari menarik nafas dalam-dalam agar tetap terlihat tenang dan bisa membawa motor selamat sampai rumah.
T-tapi aku kok kepo. Aku melihat dari spion kananku, kaget. Kol yang belum berapa detik lewat disampingku sudah hilang entah kemana.
Ga deh, mungkin kolnya lagi naikin kecepatan. Aku mencoba menghapus angan buruk yang mencoba membangkitkan jiwa penakutku malam itu.
...
Sesampainya dirumah, pesan masuk dari Nurul yang menanyakan tentang kol itu.
“Loh, awakmu yo eruh to? Pikirku pikiranku dewe”. (Loh, kamu tau juga ya? Aku pikir cuma aku sendiri).
Menurut kalian, apa itu?