Ya. Pada titik ini aku harus berjuang, untuk hidup lebih bermanfaat dari sebelumnya.
Menikmati Proses
Perjuangan melawan kanker tiroid ini jelas bukan jalan yang mudah untuk ditempuh. Teramat besar pengorbanan yang harus aku lalui, namun aku harus terus semangat untuk sembuh.
Kebetulan di desaku ada seorang mantri yang bekerja di Rumah Sakit (RS) khusus bedah di Majalengka. Aku pun berkonsultasi ke beliau. Setelah melihat benjolan di leher dan dadaku, beliau menduga aku terkena kelainan kelenjar tiroid. Beliau menyarankan agar aku melakukan pemeriksaan ke dokter bedah di RS. Awalnya aku tak mau memeriksakan diri ke dokter bedah. Namun atas dorongan keluarga, guru-guru, dan rekan-rekanku akupun memberanikan diri.
Karena keterbatasan alat-alat medis di RS bedah tersebut, aku harus melakukan serangkaian tes di laboratorium swasta. Aku dirujuk ke salah satu Lab di Cirebon. Karena tidak bisa pakai BPJS maka aku harus merogoh isi dompet dengan cukup mahal untuk sekali tes. Di Lab tersebut aku melakukan tes Ultrasonography (USG) pada bagian leher. Setelah itu aku konsultasi lagi dengan dokter. Dokter membacakan hasil Lab USG kepadaku dan hasilnya aku terkena kanker tiroid. Namun belum jelas jenis kanker tiroid yang seperti apa. Beliau kemudian menyarankanku untuk melakukan tes lab lanjutan yaitu tes hormon T3 dan T4, juga Computerized Tomography Scan (CT-Scan).
Pada tahap ini aku sempat menyerah pada keadaan. Konsultasi dan serangkaian tes yang harus aku jalani tidak aku lanjutkan. Aku kembali melakukan aktivitas seperti biasanya. Berbulan-bulan aku tidak perduli pada keadaanku. Hingga akhirnya keadaanku semakin memburuk. Setiap hari terserang flu dan batuk, dan pada tahap yang lebih parah detak jantung semakin kencang dan napas terasa semakin berat juga suaraku hampir hilang.Â
Ketika aku menjadi narasumber untuk mengisi materi di organisasi, suaraku serak dan semakin tidak bersuara. Segera saja aku melanjutkan pengobatanku. Bila sebelumnya aku tidak diberi obat sama sekali, kali ini karena suaraku semakin serak, batuk tidak pernah berhenti, dan tekanan darah tinggi, dokter memberikan obat untuk sementara.
Kali ini aku lakukan pengobatan kanker tiroidku tahap demi tahap. Aku harus meminta rujukan dari Puskesmas. Dokter di Puskesmas kaget dengan benjolan di leher dan dadaku. Dokter tersebut menyarankanku untuk dirujuk langsung ke RS Cideres karena harus segera ditangani. Namun aku meminta untuk dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) saja karena dokter yang dulu menanganiku di RSUD. Akhirnya aku dirujuk ke RSUD.
Dokter yang menanganiku, memintaku melakukan serangkaian tes. Seperti, uji lab (cek darah, urin, hormon T3 dan T4); USG bagian leher dan dada; CT Scan; dan Rontgen.
Di RSUD aku melakukan cek darah dan urin. Juga USG ulang karena hasil USG yang dulu sudah tidak relevan untuk digunakan sebagai analisis dokter. Kebetulan saat itu di RSUD sudah ada alat USG sehingga tidak perlu melakukan tes di lab swasta. Aku melakukannya melalui rawat jalan. Setiap hari dalam dua minggu aku bolak-balik RS.
Lagi-lagi karena fasilitas masih kurang, dokter di RSUD merujukku ke RS Cideres untuk melakukan CT-Scan. Di RS Cideres aku ditangani oleh dr. Okky, Sp.B. Sebelum CT-Scan aku melakukan cek darah terlebih dahulu untuk mengetahui kadar gula dan asam dalam darah. Untuk melakukan tes CT-Scan minimal kadar asam dalam darahku harus stabil. Di RS Cideres ini aku dirawat selama empat hari. Beliau menjelaskan tentang penyakitku dan kemungkinan besar harus dioperasi. Operasi yang harus kujalani merupakan operasi besar yang memiliki resiko kerusakan pada pita suara.