Mohon tunggu...
Ayub Al Ansori
Ayub Al Ansori Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Penikmat tulisan. Peminum teh hangat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menziarahi Mahbub Djunaidi dan M Zamroni

11 Juli 2016   13:14 Diperbarui: 11 Juli 2016   13:42 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau boleh penulis sedikit bercerita, jika dulu saat Mahbub Djunaidi dan M Zamroni menjadi ketua umum hanya memiliki beberapa cabang. Kini, cabang PMII hampir ada di setiap kota dan kabupaten di Indonesia. Bahkan, di Cirebon, di beberapa komisariat/kampus agama maupun umum, mars PMII sudah banyak dilantunkan oleh kader-kader perisai sakti ini. Tapi, banyak-sedikitnya komisariat PMII di Cirebon bukan menjadi satu-satunya tolak ukur organisasi ini sudah benar-benar maju atau stagnan.

Kini, geliat-geliat intelektual sudah mulai luntur. Jarang sekali kader PMII yang mempublikasikan ide, gagasan, hasil diskusi atau hasil bacaanya dalam bentuk tulisan. Sehingga dibaca orang dan bisa menjadi bahan diskusi berkelanjutan. Yang ada hanya konflik-konflik internal yang dihadapi oleh para kader PMII. Pada kondisi ini, kita harus benar-benar belajar pada sosok Mahbub Djunaidi.

Di Cirebon, dari 2. 121 anggota dan kader, kader PMII yang militan hanya bisa dihitung jari. Sehingga, munculah kader-kader narsis bukan lagi kader kritis. Apa kondisi ini dipengaruhi jarangnya anggota dan kader PMII merefleksikan diri dengan keadaan sosial masyarakat saat ini?. Sehingga, kita sudah lupa dengan tujuan dan arah gerak dilahirkannya PMII. Pada kondisi ini, kita harus benar-benar belajar pada sosok M Zamroni.

Namun kita harus yakin kondisi ini pasti akan berlalu. Sebab, masih banyak kader PMII yang benar-benar ingin menghidupkan dan berjuang bersama PMII. Kader yang rela tikak makan karena uangnya disisihkan untuk menggelar kegiatan kaderisasi. Tak hanya itu, komisariat dan rayon bahkan cabang harus berpindah-pindah tiap tahun hanya untuk mempertahankan adanya kantor PMII. Semangat itulah yang membuat keyakinan besar bahwa PMII, khususnya PMII Cirebon, akan terus mendapatkan tempat ditengah-tengah mahasiswa dan masyarakat.

Sebelum mengakhiri tulisan ini, kita juga harus belajar pada Mahbub Djunaidi dan M Zamroni terkait soal independensi PMII. Kita mesti cermat dalam mengkaji soal ini. Karena bagaimanapun hubungan PMII dengan NU merupakan hubungan sejarah yang tidak dapat dipisahkan. Terlepas PMII menjadi banom NU lagi, yang otomatis melepaskan independensinya, biarlah Kongres PMII mendatang yang akan menjawabnya. Menjadi banom NU atau tidak, PMII akan tetap menjadi basis kaderisasi NU dilevel mahasiswa.

Akhir kalam dari tulisan pendek ini: Selamat Harlah PMII ke 56. Doaku dan sahabat-sahabat PMII tak pernah telat untuk beliau berdua, Sahabat Mahbub Djunaidi dan Sahabat M Zamroni. Wallahu A’lam Bisshowabi.

Cirebon, 17 April 2016

*) Penulis adalah Kader PMII Cirebon.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun