Mohon tunggu...
Ayub Simanjuntak
Ayub Simanjuntak Mohon Tunggu... Lainnya - The Truth Will Set You Free

Capturing Moments With Words

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencabut Akar Bullying: Misi Mustahil?

5 Oktober 2024   16:12 Diperbarui: 5 Oktober 2024   16:47 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk sampai ke tahap berpikir inklusif ada beberapa poin yang harus dimiliki oleh setiap insan pendidikan dan setiap satuan pendidikan yang ada di Indonesia.

Poin pertama adalah sikap, dimana setiap insan pendidikan dan satuan pendidikan tidak hanya memberi label sekolah inklusi namun pada prakteknya anak tetap terintegrasi dengan pendidikan reguler. Adanya perubahan prilaku dari setiap insan pendidikan yang ada di sekolah tentang menyadari bahwa sekolah tersebut merupakan sekolah inklusif, baik itu di organisasi sekolah maupun di masyarakat sekitarnya.

Poin kedua adanya upaya mengatasi hambatan fisik. Sekolah yang Inklusif memastikan akses universal pada bangunan, perangkat, dan layanan bagi semua siswa. Selain itu sekolah juga menyediakan keberadaan ruang atau layanan khusus untuk sumber belajar.

Poin ketiga adalah kurikulum yang merespon kebutuhan siswa. Kurikulum dan bahan bacaan yang fleksibel dan berpusat pada siswa diterapkan dengan memahami kebutuhan dari semua siswa, dilakukan dengan bekerjasama dengan guru pembimbing khusus atau guru luar biasa.

Poin keempat adalah guru yang berkemampuan. Guru-guru yang terlatih dalam modifikasi pembelajaran dan pedagogi. (https://gtkdikmendiksus.kemdikbud.go.id/ayo-berpikir-inklusif)

Kesimpulan

Orangtua dan guru perlu terus mempertanyakan apa yang bisa mereka lakukan agar setiap anak merasa lebih diikutsertakan, diperhatikan, dan didengar. Mereka harus menilai dan menerapkan inisiatif untuk memperbaiki budaya di komunitas anak-anak. Ini berarti bekerja sama dengan anak-anak untuk membangun sikap, nilai, dan norma perilaku yang membuat setiap anak merasa aman dan menjadi bagian dari kelompok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun