Kenalin, namaku Seli. Saat ini aku berumur 23 tahun. Tepat di hari ulang tahunku, aku mendapatkan kado terindah sekaligus terburuk yaitu orangtuaku divonis gagal ginjal dan harus menjalani cuci darah seumur hidup.
*******
Surabaya, 25 Juni 2022.
Malam itu teleponku berdering tidak biasa. Kulirik di layar ponsel tertulis "Mama." Aku yang sedang melayani pembeli menghiraukan panggilan itu hingga ponselku senyap.
Setelah itu, kuraih ponsel dan menghubungi kembali melalui video call. Terlihat diujung sana, raut wajah yang sudah nampak keriput dengan rambut terurai tengah tersenyum lebar menatap wajahku. Entah kenapa rasanya aku tak bahagia, yang ada merasa risih dengan tatapan itu.
Yah, aku memang tidak sedekat itu dengan Mamaku. Jadi wajar jika wajahmu biasa saja. Dengan suara yang sedikit malas kuberucap, "Maaf, Ma, tadi lagi ada yang datang dan enggak sempat angkat telepon."
Dia tersenyum kecil dan mulai menyapaku, "oh ada yang beli ya. Kamu sudah makan belum?" tanyanya.
"Alhamdulillah sudah, Mama sudah makan kan? Terus sama siapa di sana?"
"Sudah tadi, sendirian," balasnya.
"Loh, kok sendiri? Kelvin mana?" Kelvin adalah anak dari Bibiku yang biasa menemaninya.
"Sudah pulang ke rumahnya."
"Oh gitu. Ini sudah malam, lebih baik tidur. Lagian besokkan Mama juga ke ladang kan?" ucapku mengalihkan pembicaraan agar teleponnya segera diakhiri.
"Ya sudah, besoklah lagi mama telepon. Setelah selesai kerja, langsung tidur."
"Iya, Ma. Mau cari makan dulu, habis tu langsung tidur," kataku yang kemudian panggilan itu terputus.
Tak lama setelah itu, Kelvin menghubungiku dan mengatakan jika Mamaku sakit sudah 3 hari lamanya. "Hah, seriusan? Perasaan tadi kelihatan baik-baik saja deh," kataku sedikit panik.