Mohon tunggu...
Ayu Annisa
Ayu Annisa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Tokoh Inisiator Perubahan-Muhammad Rasyid Ridha

23 Januari 2019   12:49 Diperbarui: 6 Juli 2021   15:36 3425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tokoh Inisiator Perubahan-Muhammad Rasyid Ridha (unsplash/ali-arif-soydas)

Selanjutnya ia menegaskan, jika umat Islam ingin maju, mereka harus kembali berpegang kepada Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah SAW dan tidak terikat dengan pendapat-pendapat ulama terdahulu yang tidak lagi sesuai dengan tuntutan hidup modern. 

Mengenai ajaran Islam, Rasyid Ridha membedakan antara masalah peribadatan (yang berhubungan dengan Tuhan) dan masalah muamalah (yang berhubungan dengan manusia). Yang pertama telah tertuang dalam teks Al-Qur'an yang qath`i (tunjukannya jelas, pasti) dan hadits mutawatir. 

Menurutnya, untuk hal yang kedua ini akal dapat digunakan sepanjang tidak menyimpang dari prinsip-prinsip dasar ajaran Islam. Rasyid Ridha kemudian menyoroti paham fatalisme yang menyelimuti umat Islam waktu itu. Menurut Rasyid Ridha, ajaran Islam sebenarnya mengandung paham dinamika, bukan fatalisme. Paham dinamika inilah yang membuat dunia Barat maju. 

Rasyid Ridha menjelaskan paham dinamika dalam Islam dengan mengambil bentuk jihad, yaitu kerja keras dan rela berkorban demi mencapai keridaan Allah SWT. Etos jihad inilah yang mengantarkan umat Islam ke puncak kejayaannya pada zaman klasik. Idenya yang lain adalah toleransi bermadzhab. 

Rasyid Ridha melihat fanatisme madzhab yang tumbuh di kalangan umat Islam mengakibatkan perpecahan dan kekacauan. Oleh karena itu, perlu dihidupkan toleransi bermadzhab, bahkan dalam bidang hukum perlu diupayakan penyatuan madzhab, walaupun ia sendiri pengikut setia Madzhab Hanbali.

Dalam bidang pendidikan Rasyid Ridha mengikuti gurunya, Muhammad Abduh. Ridha sangat menaruh perhatian terhadap pendidikan. Umat Islam hanya dapat maju apabila menguasai bidang pendidikan. Oleh karena itu, ia selalu menghimbau dan mendorong umat Islam untuk menggunakan kekayaannya bagi pembangunan lembaga-lembaga pendidikan. 

Menurut Rasyid Rida, membangun lembaga pendidikan lebih bermanfaat dari pada membangun masjid. Apa artinya masjid jika pengunjungnya hanyalah orang-orang bodoh. 

Sebaliknya, lembaga pendidikan akan dapat menghapuskan kebodohan dan pada gilirannya membuat umat menjadi maju dan makmur. Usaha yang dilakukannya di bidang pendidikan adalah membangun sekolah misi Islam dengan tujuan utama untuk mencetak kader-kader mubaligh yang tangguh sebagai imbangan terhadap sekolah misionaris Kristen. 

Sekolah tersebut didirikan pada tahun 1912 di Cairo dengan nama Madrasah ad-Da'wah wa al-Irsyad. Di sekolah tersebut diajarkan ilmu agama, seperti al-Qur'an, tafsir, akhlak dan Hikmah at-tasyr` (hikmah ditetapkannya syariat), bahasa Eropa, dan ilmu kesehatan. Setelah itu, Rasyid Ridha mendapat undangan dari pemuka Islam India untuk mendirikan lembaga yang sama di sana.

Selain aktif di bidang pendidikan, ia juga aktif berkiprah di dunia politik. Kegiatannya antara lain menjadi Presiden Kongres Suriah pada tahun 1920, sebagai delegasi Palestina-Suriah di Jenewa tahun 1921, sebagai anggota Komite Politik di Cairo tahun 1925, dan menghadiri Konferensi Islam di Mekah tahun 1926 dan di Yerusalem tahun 1931. 

Ide-idenya yang penting di bidang politik adalah tentang ukhuwwah Islmiyah (persaudaraan Islam). Ia melihat salah satu penyebab kemunduran umat Islam ialah perpecahan yang terjadi di kalangan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun