Mohon tunggu...
Ayu Puspita
Ayu Puspita Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah

you were born to be real, not to be perfect

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

For You, From Me Your Secret Admirer

30 Oktober 2020   17:58 Diperbarui: 30 Oktober 2020   18:00 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari Senin pagi, di SMA Angkasa.

Berbeda dari murid lainnya yang selalu membenci hari senin karena harus berangkat pagi untuk upacara, tapi gadis satu ini menyukai hari senin karena hari senin adalah hari yang paling ditunggu untuk menyaksikan seseorang yang telah 2 hari ini ia tidak melihatnya

Seorang gadis cantik dengan pipi chubby berjalan memasuki sekolahnya dengan senyum manis bibirnya. 

Gadis tersebut bernama Cassiel  lebih tepatnya Kanya Cassiel Aqna, dia adalah gadis yang ceria jika bersama para sahabatnya. Tapi jika dengan orang lain dia akan lebih memilih untuk diam.

Cassiel memasuki kelasnya yang berada di kelas XI IPS 5, saat memasuki kelas ia melihat sahabatnya yaitu Meyca Aqeela Athalla (Mey) yang juga teman sebangkunya.

"Pagi Mey"

"Hai Cassiel pagi"

Cassiel langsung berjalan dan duduk di bangkunya.

"Cassiel tadi saat aku berangkat sekolah dan sampai di parkiran aku melihat pangeran mu baru turun dari motor dia kelihatan sangat tampan" ucap Mey seraya menggoda Cassiel

"Apaan sih biarin aja" ucap Cassiel dengan malu.

"Ciee yang malu" ucap Mey sambil menunjuk Cassiel.

"Udah, udah habis ini jam pelajaran akan dimulai, dan guru akan masuk" ucap Cassiel sambil mengalihkan topik pembicaraan.

"Hahahaha" tawa Mey keluar saat melihat pipi Cassiel memerah.

Setelah itu bel masuk berbunyi dan pembelajaran pun dimulai.

Skip

Bel istirahat berbunyi semua murid berlarian menuju ke kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah berdemo minta diisi makanan.

Tapi berbeda dengan Cassiel gadis itu memilih untuk pergi ke taman belakang sekolah selain suasananya yang tenang taman tersebut juga cantik. Tapi karena letaknya yg jauh membuat beberapa siswa malas untuk ke taman tersebut.

Cassiel akan pergi ke taman dengan membawa bekal dan minuman. Cassiel memakan bekalnya dengan tenang sambil menikmati angin yang berhembus dan cantiknya bunga di taman itu.
Setelah di rasa cukup Cassiel kembali ke kelas, pelajaran selanjutnya akan di mulai lagi.

Saat pembelajaran kali ini guru Bahasa Indonesia yang bernama Bu Tina meminta Cassiel untuk ke perpustakaan mengambil Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Cassiel keluar kelas dan berjalan menuju ke perpustakaan dia sempat ragu karena perpustakaan tersebut harus melewati kelas XII IPA 2, kelas yang ditempati oleh cowok yang Cassiel suka selama 2 tahun terakhir ini.

Cowok tersebut bernama Arfan Aditya Kafeel, yang biasa dipanggil Arfan, ia adalah seorang most wanted boy di sekolah. Karena dia begitu terkenal Cassiel hanya bisa menyukainya diam-diam.

Saat Cassiel sampai di koridor kelas XII dia melihat seorang cowok yang sedang berdiri didepan kelas XII IPA 2 seperti sedang dihukum.
Cassiel terus mengamati cowok tersebut sampai dia tersadar bahwa cowok tersebut adalah Arfan, Cassiel langsung menunduk tidak berani melihat kearah Arfan.

Cassiel berjalan cepat sampai di perpustakaan dan meminjam KBBI agar guru dan teman-temannya tidak menunggu lama.
Saat keluar dari perpustakaan Cassiel membawa beberapa KBBI, sesampainya di depan kelas XII IPA 2 Cassiel bernafas lega karena Arfan sudah tidak ada di tempat yang tadi, Cassiel langsung menuju ke kelasnya.

"Mey, tadi aku ketemu sama Kak Arfan di depan kelasnya" ucap Cassiel dengan senyum yang mengembang setelah duduk di bangkunya.

"Gimana, gimana?" Tanya Mey dengan suara pelan.

"Kayaknya dia lagi di hukum sama guru, dia berdiri di depan kelas" ucap Cassiel sedih.

"Kak Arfan kalau di hukum guru itu udah biasa" ucap Mey.

"Iya sih tapi kan kasihan" ucap Cassiel dengan cemberut.

"Udah kita lanjut belajar dulu nanti malah kita yang di hukum karena nggak dengerin guru jelasin" ucap Mey sambil menghadap ke depan.

Keduanya kini mengikuti pembelajaran dengan tenang meskipun jantung Cassiel masih berdebar kencang saat bertemu Arfan tadi.

Bel istirahat kedua berbunyi para murid berhamburan keluar kelas, kali ini Cassiel memutuskan untuk menuju ke lantai dua dimana lantai dua tersebut hanya tempat penyimpanan atau gudang. Setiap istirahat kedua Cassiel selalu datang ketempat tersebut, dari tempat tersebut Cassiel dapat dengan leluasa menyaksikan Arfan yang sedang bermain basket. Dari tempat Cassiel berada itu ia dapat melihat lapangan basket yang luas tanpa terhalang oleh siswa lainnya.

Setiap Arfan bermain basket tepi lapangan selalu ramai oleh siswi perempuan karena ingin menyaksikan ketampanan Arfan yang semakin meningkat saat bermain basket.

Cassiel menyaksikan Arfan dengan senyum yang selalu mengembang di wajahnya dan jantung yang berdetak kencang. Setelah puas menyaksikan Kak Arfan bermain basket ia memutuskan untuk diam beberapa saat di tempat tersebut lalu ia kembali ke kelas. Saat menuruni tangga Cassiel melihat Kak Arfan tengah berpelukan dengan seorang gadis cantik di dekat tangga yang ia turuni.

Gadis tersebut bernama Tasya Elmeira Putri, dia adalah primadonanya di sekolah ini, dia juga yang beberapa hari ini dikabarkan dekat Kak Arfan. 

Seketika Cassiel terdiam seperti patung dengan dada yang terasa sakit. Ia langsung buru-buru menuju ke kelas dengan menahan air mata yang akan jatuh. Sesampainya di kelas ia langsung memeluk sahabatnya.

"Ada apa Cassiel? Kak Arfan lagi?" Tanya Mey.

"Iya" jawab Cassiel singkat. Mey tau jika keadaan seperti ini pasti Kak Arfan penyebabnya. 

"Dia kenapa lagi?" Ucap Mey sambil mengusap punggung Cassiel. Cassiel melepaskan pelukannya.

"Dia berpelukan dengan Tasya di depan mataku sendiri" Ucap Cassiel sambil mengusap air matanya.

"Kau tau sendiri kan jika Kak Arfan sedang dekat dengan Kak Tasya, aku juga sudah pernah bilang jika kau tidak mau sakit hati lupakan Kak Arfan" Ucap Mey dengan sebal karena sudah berulang kali ia mengingatkan hal tersebut pada Cassiel.

"Nggak bisa Mey, aku udah pernah coba dan itu gagal, semakin aku berusaha melupakan Kak Arfan, bayang bayang Kak Arfan selalu hadir di pikiranku" jelas Cassiel.

"Terus sekarang kamu mau bagaimana?" Tanya Mey

"Aku tidak tau, aku akan menahannya sebisaku jika aku sudah tidak sanggup aku akan berusaha melupakannya" Ucap Cassiel dengan akhir helaan nafas.

Mereka pun melanjutkan mengobrol dan Mey mengajak ngobrol Cassiel agar lupa sejenak tentang kejadian tadi. Bel masuk berbunyi para siswa memasuki kelas, pelajaran di mulai.

Sampai bel pulang berbunyi, para siswa berhamburan keluar kelas untuk segera pulang ke rumah. Cassiel memutuskan untuk pulang lebih cepat dari biasanya, yang biasanya dia akan mengamati Kak Arfan dari jauh saat pulang sekolah tapi kali ini ia ingin cepat cepat tiduran di atas kasurnya karena teringat kejadian Istirahat tadi.

Skip

Sesampainya di rumah Cassiel Langsung menuju ke kamarnya, dia menuju kemeja belajar dan duduk lalu ia mengambil sebuah buku diary.
Buku yang selalu menjadi tempat curhatnya, tempat menumpahkan keluh kesahnya.
Cassiel langsung membuka buku diary dan mulai menuliskan sesuatu di dalamnya.

Dear Diary

Hari ini aku senang bisa menyaksikannya seperti biasa yang aku lakukan setiap harinya.
Tapi hari ini aku juga sedih dan sakit hati saat melihatnya berpelukan dengan gadis lain tepat didepan ku.
Aku harus bagaimana apakah aku harus bertahan atau berhenti?

Senin, 5 Oktober 2020

Setelah menulis dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sehabis mandi dia menuju tempat tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya.

Gadis itu langsung terlelap dalam tidurnya hingga malam hari, ia dibangunkan oleh ibunya untuk makan malam, selesai makan malam ia menuju ke kamarnya dan melanjutkan tidur setelah menata jadwal untuk besok pagi.

***

Pagi harinya 

Cassiel sudah sampai di sekolah dia berjalan dengan cepat karena dia bangun kesiangan. Saat berjalan cepat hampir berlari saat sampai di belokan  dia tidak sengaja menabrak seseorang dan membuatnya jatuh.

Cassiel meringis pelan saat terjatuh,
"kenapa pakai nabrak segala sih kan makin telat jadinya"
dia mengucapkan beberapa kata kesal sambil mengusap tangannya yang kotor. Cassiel terbangun dari duduknya dan melihat siapa orang yang menabraknya tadi.

"Jalan yang bener pakai matanya buat lihat" ucap seseorang dengan dingin.
Mendengarkan ucapan seseorang Cassiel seperti mengenali suara itu, Saat Cassiel mendongakkan kepala untuk memastikan orang tersebut, ternyata benar orang itu adalah Arfan dan saat itu juga mata mereka sempat bertemu satu sama lain beberapa detik.

Cassiel langsung menundukkan kepalanya

"Maaf kak tadi aku buru-buru jadi tidak tau kalau ada orang yg datang dari arah lain" ucap Cassiel 

Bukannya menjawab permintaan maaf dari Cassiel Arfan pergi begitu saja meninggalkan Cassiel yang masih terdiam.

Melihat Arfan yang pergi dari hadapannya membuat Cassiel bernafas lega. Cassiel langsung memegangi dadanya yang berdetak kencang.

Teringat sebentar lagi bel masuk Cassiel langsung menuju ke kelasnya.
Pembelajaran pun dimulai.

Bel istirahat berbunyi

"Cassiel mau ikut ke kantin nggak" ajak Mey

"Boleh hari ini aku tidak membawa bekal" 

"Ya udah ayo"

Di perjalanan menuju kantin Cassiel, Mey dan salah satu teman kelasnya Lia mereka asik mengobrol.

Sesampainya di kantin mereka duduk di meja kosong paling pojok.

"Kalian mau pesan apa biar aku yang memesan" ucap Lia.

"Sama aja biar gampang" ucap Mey yang dilanjutkan dengan anggukan kepala Cassiel.

Lia langsung pergi memesan makanan.

Setelah kepergian Lia keadaan kantin berubah ricuh, Cassiel melihat apa yang terjadi. Kericuhan tersebut terjadi karena rombongan dari Arfan yang memasuki kantin.

Cassiel langsung mengalihkan tatapannya dari Arfan ke Mey. 

"Cassiel, itu pangeran mu masuk ke kantin"

"Jangan gitu Mey, aku masih kesal sama Kak Arfan tadi pagi" 

"Kenapa?"

"Tadi pagi aku tidak sengaja menabraknya, aku sudah minta maaf tapi dia malah pergi gitu aja" 

"Kak Arfan memang begitu orangnya dingin"

Cassiel menghembuskan nafas kasar, lalu Lia datang sambil membawa makanan dan minuman. Mereka bertiga menikmati makanan dengan tenang.

Tasya seorang gadis primadona SMA Angkasa memasuki kantin ia menghampiri meja Arfan dan teman temannya lalu duduk samping Arfan.

Seluruh siswa yang ada di kantin melihat itu semua termasuk Cassiel. Cassiel merasakan sakit di dadanya. Apalagi saat melihat Arfan mengusap kepala Tasya.

'sudah cukup untuk rasa sakit ini aku tidak mau melihatnya lagi' batin Cassiel lalu pergi meninggalkan kantin. Mey dan Lia bingung ketika melihat Cassiel tiba-tiba berdiri meninggalkan kantin.

Cassiel terus melangkah sampai langkah kakinya berhenti di taman sekolah, ia memilih duduk di bangku taman menikmati rasa sakit dan keheningan di taman itu.

'Apakah aku masih sanggup untuk bertahan, bertahan dengan semua rasa sakit ini' batin Cassiel

Pikiran Cassiel dipenuhi dengan kejadian tadi saat di kantin, setelah diam beberapa saat di taman tersebut Cassiel kembali ke kelas.

"Dari mana, kita dari tadi nyariin nggak ketemu?" Tanya Mey

"Dari taman" jawab Cassiel singkat lalu duduk di bangkunya.

Lia dan Cassiel hanya menghela nafas, lalu kembali ke bangku masing masing untuk pelajaran selanjutnya.

Bel pulang berbunyi siswa berhamburan keluar kelas untuk pulang ke rumah masing-masing.
Mey mengajak Cassiel untuk ke toilet sebelum pulang kerumahnya.

"Cassiel bagaimana sekarang,apakah masih suka sama Kak Arfan?" Tanya Mey yang sedang mencuci tangan.

"Aku masih suka sama Kak Arfan, aku nggak bisa bohongin perasaanku sendiri tapi aku juga ragu untuk bertahan atau berhenti." Ucap Cassiel dengan lesu.

"Jadi lo suka sama Arfan" ucap seseorang, dan orang tersebut keluar dari salah satu bilik pintu toilet. 

Cassiel dan Mey kaget saat ada orang di toilet mereka mengira toilet ini kosong dan hanya mereka berdua saja. Yang membuat mereka lebih kaget yang keluar dari bilik toilet adalah Tasya kakak kelas yang merupakan primadona sekolah.

Tasya melangkah manju ke hadapan Cassiel.

"Lo suka sama Arfan? berani beraninya lo suka sama Arfan, jangan pernah deketin Arfan kalau lo nggak mau kena masalah" setelah mengucapkan itu Tasya langsung pergi dari toilet.

Cassiel dan Mey masih terdiam bingung dan juga takut. Setahu mereka kakak kelasnya yang bernama Tasya itu orangnya baik dan ramah kepada semua orang.

"I-itu beneran Kak Tasya?" Tanya Mey memastikan.

"Hmmm" Cassiel sambil mengangguk.

"Wah aku tidak menyangka ternyata dibalik sifat yang baik dan ramahnya dia sangat menyeramkan" 

"Aku juga baru tau ini"

"Sekarang kau berurusan dengan kakak kelas yang galak, kau masih mau bertahan menyukai Kak Arfan atau berhenti?" Tanya Mey.

"Aku masih menyukainya"

"Apa kau tidak takut dengan ancamannya tadi"

"Itu hanya gertakan, lagian aku menyukai Kak Arfan diam diam jadi semuanya akan baik-baik saja" Ucap Cassiel sambil meyakinkan dirinya sendiri.

Setelah itu mereka memutuskan untuk pulang kerumahnya.

***

Malam hari

Cassiel kini sedang berada di dekat jendelanya sambil menyaksikan gelap dan dinginnya malam.
Ia menatap bulan di langit yang di temani ribuan bintang

"Bulan itu bagaikan Kak Arfan, dan ribuan bintang itu orang orang yang menyukainya termasuk aku.
Diriku bagaikan bintang, bintang yang letaknya sangat jauh dari bulan yang sinarnya tak begitu terang berbanding dengan bintang bintang lain yang jauh lebih terang"

Cassiel menghembuskan nafas kasar lalu menutup jendela dan naik ketempat tidur dan tidur dengan lelap.

***

Pagi ini seperti biasanya Cassiel memasuki sekolahnya dengan senyuman.
Ia menjalani hari-harinya di sekolah seperti hari biasanya.

Tapi ada yang berbeda di jam istirahat pertama ini, semua siswa berlari menuju ke lapangan. Cassiel dan Mey menatap siswa lain yang sedang menuju lapangan dengan bingung.

"Berhenti, ada apa di lapangan kenapa ramai sekali?" Tanya Mey kepada salah satu siswa yang akan menuju ke lapangan.

"Itu katanya ada mau nembak cewek" ucap siswa tersebut lalu langsung menuju ke lapangan.

Cassiel dan Mey pun ikut menuju ke lapangan. Sesampainya di lapangan Cassiel seketika mematung di tempat, dadanya terasa sangat sakit saat menyaksikan dua orang di tengah lapangan yang tak lain adalah Arfan dan Tasya.

'Kak Arfan menyatakan cintanya pada Kak Tasya' ucap Cassiel pelan dengan suara bergetar sambil menahan air mata yang akan jatuh.

Mey yang melihat kejadian itu langsung menatap kearah sahabatnya.

Cassiel langsung pergi meninggalkan lapangan menuju ke taman untuk menenangkannya diri. Mey membiarkan Cassiel pergi karena ia tau Cassiel pasti membutuhkan waktu untuk sendirian.

Cassiel menangis sendirian di taman tersebut, mengeluarkan semua air matanya yang selama ini telah ia tahan.
Puas menangis Cassiel meyakinkan dirinya untuk berhenti menyukai Arfan, dan meyakinkan diri dia bisa melakukan semua ini.

Cassiel berdiri dari bangku menuju ke toilet untuk mencuci wajahnya biar terlihat lebih segar. Cassiel langsung kembali ke kelas dan mengikuti kegiatan belajar seperti biasanya dengan senyum di wajahnya.

Mey yang melihat sahabatnya seperti itu ia merasa sedih, ia tau dibalik senyumannya itu terdapat luka.

***

Hari ini dia memantapkan hatinya untuk berangkat ke sekolah, ia bisa melakukannya.

Saat istirahat ke dua Cassiel tidak lagi menyaksikan Arfan bermain basket dari lantai dua. Ia memutuskan untuk diam di dalam kelasnya.

Kini Cassiel keluar dari kelas karena ia merasa bosan sedangkan sahabatnya Mey dia pergi ke kantin.
Cassiel ingin pergi ke perpustakaan mungkin dengan membaca dia dapat menghilangkan pikirannya tentang Arfan.

Setelah setengah perjalanan menuju perpustakaan ia baru teringat jika perpustakaan itu dekat dengan kelas Arfan. Ia merutuki kebodohannya, tapi ia sudah sejauh ini jalan menuju perpustakaan.
Ia tetap melanjutkan jalannya menuju perpustakaan.

Sesampainya di perpustakaan dia duduk dan mengambil buku untuk di baca karena keasikan membaca sampai lupa kalau jam istirahat sudah habis. Cassiel pun kembali ke kelasnya. Pelajaran di mulai lagi hingga bel pulang berbunyi.

Saat pulang ia harus melewati lapangan terlebih dahulu, tapi lapangan kini digunakan oleh Arfan dan teman temannya untuk bermain basket. Cassiel harus pulang dan dia harus biasa saja saat melihat Arfan nanti.

Cassiel mulai melangkah melewati lapangan, langkahnya terhenti saat mendengar beberapa orang berteriak, saat Cassiel berbalik untuk mengetahui apa yang terjadi kepalanya terasa terhantam sesuatu pandangan menjadi buram dan gelap

***

Cassiel mulai membuka matanya,
kepalanya terasa pusing, 

"Sshh" Cassiel bangun sambil memegangi kepalanya yang masih pusing, ia mengedarkan pandangannya untuk melihat dimana dirinya saat ini. Ternyata dia berada di UKS.

"Sudah bangun" tanya seseorang yang baru saja memasuki UKS. Cassiel terdiam saat tau orang tersebut adalah Arfan. Kemudian ia berusaha bersikap biasa saja.

"Kenapa aku bisa disini" Tanya Cassiel bingung.

"Tadi kau pingsan saat terkena bola basket" ucap Arfan

Cassiel hanya mengangguk paham.

"Maaf" Ucap Arfan

"Kenapa kakak minta maaf?" 

"Tadi aku yang melempar bolanya dan yang bikin kamu pingsan"

"Ohhh tidak apa apa kak" jawab Cassiel sambil senyum.

"Kau sudah baikan"

"Hmmm"

"Kalau begitu ayo biar aku antar pulang"

"Tidak usah kak aku bisa pulang sendiri"

"Biar aku yang antar pulang, sebagai permintaan maaf"

"Emmm, baiklah"

Kemudian keduanya keluar dari UKS dan berjalan menuju parkiran.
Sesampainya di parkiran Arfan langsung menaiki motor dengan Cassiel yang menyusul menaiki motor tersebut.

Disisi lain terdapat seorang gadis yang tengah menahan amarahnya melihat kejadian tadi.

Sesampainya dirumah Cassiel

"Terimakasih kak sudah mengantarkan pulang"

"Hmmm, sekali lagi maaf"  setelah itu Arfan pergi meninggalkan rumah Cassiel.

Cassiel pun langsung tersenyum senang iya tidak bisa menahannya lebih lama lagi.

Cassiel memasuki rumah dan menuju kamarnya dengan senyuman. Kejadian tadi membuat diri Cassiel lupa bahwa Arfan sudah memiliki kekasih.
Cassiel langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

***

SMA ANGKASA sedang melaksanakan kegiatan belajar mengajar termasuk
Cassiel yang sedang memperhatikan guru yang sedang mengajar di dalam kelasnya. 

Tapi kini Cassiel sedang berada di toilet karena panggilan alam, setelah itu Cassiel mencuci tangannya saat mencuci tangannya ada seseorang yang masuk ke dalam toilet.

"Gue udah peringati lo untuk jangan pernah dekati Arfan lagi" Ucap Tasya.
Ya Tasya lah yang memasuki toilet tersebut.

"T-tapi kak aku tidak mendekati Kak Arfan" ucap Cassiel dengan takut.

"Lo pikir gue nggak tau kemarin lo pulang bareng Arfan. Arfan itu pacar gue nggak usah kegenitan deh jadi cewek."

"Tapi kak aku beneran nggak mendekati Kak Arfan, Kak Arfan sendiri yang mau nganterin aku pulang"

"Alasan lo" ucap Tasya sambil mengangkat tangannya untuk menampar Cassiel, tapi tidak jadi menampar Cassiel ia menurunkan tangannya di karenakan ada siswa lain yang masuk ke dalam toilet.

"Urusan kita belum selesai" ucap Tasya lalu keluar dari toilet.

Setelah Tasya pergi, Cassiel mengambil nafas sebanyak banyaknya karena dia sempat menahan nafas saat berhadapan dengan Tasya.
Cassiel langsung kembali ke kelas dan mengikuti pembelajaran selanjutnya.
Selama pelajaran Cassiel berusaha menghilangkan pikiran buruknya mengenai hal apa yang akan terjadi nanti saat bertemu lagi dengan Tasya.

Tet....tet.....tet....

Bel pulang berbunyi

Cassiel keluar kelas paling terakhir karena dia harus piket terlebih dahulu. Saat Cassiel keluar dari kelas tiba-tiba ada yang menariknya menuju taman sekolah.

Sesampainya di taman sekolah ia melihat ada 3 orang salah satunya adalah Tasya.

Satu langkah Tasya maju dari tempatnya berdiri.
"Kita bertemu lagi" ucap Tasya sambil tersenyum sinis.

"Girls mulai" ucap Tasya menyuruh teman temannya untuk memulai aksinya.
Cassiel hanya bisa diam ketakutan.

Kedua teman Tasya memegang kedua tangan Cassiel di sebelah kanan dan kiri sedangkan teman yang membawa Cassiel entah pergi kemana. Tasya melangkah maju ke hadapan Cassiel

Plak

"Itu untuk lo yang udah suka sama Arfan"

Plak

"Itu untuk lo yang udah dekat dekat sama Arfan"

Plak

"Dan itu untuk lo yang udah bikin gue marah karena pulang bareng Arfan."

"Ma-maaf kak, a-aku enggak dekat dekat sama Kak Arfan." Ucap Cassiel yang sesegukan karena menangis dan pipinya yang sakit.

"Gue nggak peduli sama apa yang li omongin, lo udah gue kasih peringatan untuk nggak deket deket sama Arfan tapi lo malah pulang bareng dia.

"Raya" panggil Tasya kepada temannya, ternyata orang yang membawa Cassiel ke taman adalah Raya.
Raya datang ke taman dengan membawa ember di tangannya.

Ember tersebut kemudian di ambil alih oleh Tasya dan di tumpahkan di atas kepala Cassiel yang tengah terduduk setelah cekalan di kedua tangannya terlepas.
Aroma tidak sedap muncul setelah air tersebut di tuangkan, air tersebut adalah air bekas pel yang sudah berhari-hari.

"Mampus lo" ucap Tasya setelah itu Tasya dan teman-temannya meninggalkan Cassiel sendirian di taman dengan keadaan yang sangat buruk.

Cassiel hanya bisa berdiam diri sambil menangis. Langit sudah mulai gelap Cassiel baru memutuskan untuk pulang ke rumah karena tidak ingin ada orang yang melihat keadaannya yang seperti itu.

Sesampainya dirumah Cassiel langsung masuk kamar dan mandi, untungnya Cassiel di rumah sendiri karena kedua orang tuanya sedang pergi keluar kota karena pekerjaan.

Setelah mandi Cassiel merasa lebih baik meski pipinya masih terasa sakit.
Cassiel melangkah menuju meja belajarnya dan mengambil buku diary nya.

Dear Diar

Haiii untuk kamu yang jauh disana, yang sangat jauh untuk aku gapai.
Aku adalah seseorang yang selalu mengagumi dan menyaksikanmu dari kejauhan.
Dan mengagumi serta menyaksikanmu dari kejauhan adalah sebuah kebahagiaan tersendiri untukku.
Aku tahu kau tidak mengenalku, tapi saat pertama melihatmu aku mulai mengagumimu.
Walaupun dalam keadaan yang seperti ini aku sangat bersyukur.
Meski hubunganku selalu dilanda rindu.
Walaupun aku harus menunggu dalam waktu yang lama
Aku harap semuanya akan cepat berlalu.
Agar aku bisa berada didekat mu.
Meluapkan segala rindu kapan pun aku mau.

Aku suka menatapmu secara diam-diam dari kejauhan yang menyaksikan betapa manisnya senyuman mu.
Terkadang aku suka senyum-senyum sendiri saat mengingat dirimu.
Karena dari situ aku berharap bahwa kamulah laki-laki yang akan selalu aku tatap sampai kapanpun.
Karena terlalu mengagumi aku sampai lupa satu hal,
Sampai aku lupa bahwa mungkin saja kau sedang mengagumi orang lain.
Orang yang selalu mengisi hari-hari mu dan  pikiranmu.
Hati ini sempat ragu dan bimbang untuk terus bertahan atau berhenti sampai di sini.
Jika aku terus bertahan entah sampai kapan akan terus dengan keadaan yang seperti ini.
Jika aku memilih berhenti apakah hati ini siap untuk melepaskan mu.
Apakah otakku siap untuk melupakanmu sedangkan setiap hari yang aku pikirkan hanya tentang dirimu.

Semakin lama semakin membuat ku bingung dengan kerinduan ini dan perasaan ini.
Waktu berjalan perlahan.
Lama sudah rindu ini ku tahan.
Pertemuan yang ku inginkan, entah kapan akan terwujud.
Biarlah semua berjalan apa adanya.
Berlalu dengan semestinya.
Dan berakhir dengan seharusnya.
Aku percaya dengan adanya sebuah takdir.
Tapi aku tidak tahu takdir apa yang akan aku dapatkan.
Takdir untuk bertemu dan bersamamu atau takdir yang memisahkan kita berdua.

Meskipun akhirnya tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan setidaknya aku tau bagaimana rasanya jatuh cinta.
Setidaknya aku tau betapa indahnya hari itu saat aku masih mengagumimu.
Terimakasih telah mengisi hari-hariku.
Terimakasih telah membuat hari-hari ku menjadi hari bahagia.
Mungkin ini terakhir kalinya aku mengagumi mu dan mencintaimu.
Aku harus melepaskan mu demi kebaikan ku dan kebaikan mu.
Terimakasih untuk semuanya walaupun tidak banyak kenangan indah yang aku punya.
Terimakasih, salam hangat dari seseorang yang mengagumimu.

Jumat, 30 Oktober 2020

Cassiel menatap buku diary yang sudah ia tutup sambil menghela napas berat. Ia menatap dengan lekat buku tersebut sambil berkata

"Mungkin hanya sampai di sini saja kisahku denganmu. Hanya sebatas kisah Kau orang yang aku kagumi dan Aku orang yang mengagumimu tidak lebih dari itu, dan kita ditakdirkan hanya untuk bertemu tidak untuk saling memiliki"

*END*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun