Mohon tunggu...
Ayu Hopiani
Ayu Hopiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

I am obsessed with early childhood education.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tokoh-Tokoh Ternama dan Pengaruhnya dalam Pendidikan Anak Usia Dini

8 Mei 2021   10:12 Diperbarui: 8 Mei 2021   10:16 18903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

7. Friedrich Wilhelm Froebel

Friedrich Wilhelm Froebel (1782-1852) merupakan seorang tokoh yang dikenal sebagai "Bapak Taman Kanak-Kanak Dunia". Julukan ini muncul atas dasar kontribusinya terhadap pendidikan anak usia dini. Pada tahun 1840, Froebel mwndidrikan "Kindergarten" yang artinya taman kanak-kanak. Konsep Froebel ini sangat terkenal dan menjadi rujukan diberbagai negara hingga ia dijuluki sebagai bapak taman kanak-kanak. Menurut Froebel, sejak dilahirkan dan menjalani masa kanak-kanak, seorang anak harus menjalani kehidupan sesuai dengan tahap perkembangannya. Konsep Froebel tentang anak dan pendidikan, sebagian besar dipengaruhi oleh konsep kedewasaan yang dikemukakan Comenius dan Pestalozzi. Berdasarkan pandangan ini, peran pendidik adalah untuk mengamati tumbuh kembang anak secara alami dan memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kesiapan mereka. Froebel menganjurkan anak-anak untuk melatih panca inderanya melalui kegiatan pengamatan, eksplorasi, dan peragaan. Dalam hal ini, anak dilibatkan secara aktif agar mendapatkan pengalaman yang nyata untuk menambah wawasannya.

Tujuan dari gagasan pendidikan Froebel yaitu membimbing anak untuk dapat menemukan jati dirinya sebagai makhluk tuhan dan individu, sehingga dapat muncul rasa pengertian, empati, cerdas dalam melakukan pemecahan masalah, serta berguna bagi masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, Froebel mengembangkan kurikulum sistematis dan terencana. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan yaitu bermain, lagu, dan permainan edukatif. Setiap materi pembelajaran diintergrasikan dengan kegiatan bermain dan bernyanyi. Hal ini juga dilakukan dalam konsep pendidikan anak usia dini dimasa sekarang. Kegiatan pembelajaran melalui bermain dan bernyanyi dilakukan sebagai upaya dalam meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran. Contohnya seperti mengajarkan huruf abjad dan pengetahuan-pengetahuan lainnya menggunakan lagu, memanfaatkan alat permainan edukatif berupa balok untuk mengajarkan ukuran dan bentuk, dan mengajarkan konsep panjang pendek menggunakan ranting pohon atau benda-benda lainnya. 

Selain itu, dalam konsep pendidikan Froebel juga dikenal adanya gift dan occupation. Gift merupakan kotak-kotak kayu yang memiliki berbagai macam bentuk, warna, dan ukuran sebagai alat yang digunakan anak untuk bellajar berhitung, mengukur, membandingkan, dan membedakan sesuai dengan intruksi guru. Occupation (Okupasi) merupakan kegiatan yang melibatkan tangan anak untuk melatih koordinasi mata, tangan, dan pikiran, seperti meronce, menempel, dan lain sebagainya. 

Kontribusi Froebel dalam sejarah pendidikan anak usia dini sangat dapat dirasakan hingga saat ini. Banyak dari kegiatan dan gagasan Froebel yang menjadi acuan dasar dalam penyelenggaraan kegiatan di taman-kanak-kanak. Konsep pembelajaran yang dilakukan sambil bermain menjadi populer hingga saat ini. Menurut Froebel, bermain bisa dijadikan sebagai batu loncatan pembelajaran anak agar dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangannya.

8. Montessori

Maria Montessori (1870-1952) merupakan seorang tokoh wanita yang mengembangkan suatu konsep pendidikan untuk anak usia dini. Pada saat ini, gagasan Montessori telah banyak menginspirasi dan mempengaruhi dunia pendidikan anak usia dini. Sebagai wanita pertama di Italia yang mendapatkan gelar sarjana kedokteran, ia tertarik untuk mencari solusi dalam masalah-masalah pendidikan seperti kelumpuhan, dan keterbelakangan mental. Menurut Montessori, permasalahan tersebut bukan hanya didasarkan secara bilogis saja, namun dapat disebabkan pula oleh kuranganya rangsangan atau stimulus dari lingkungan anak (Bredekamp, 2017). Berdasarkan hal tersebut, pada tahun 1907 Montessori mulai mengembangkan suatu program pendidikan untuk anak usia 4-7 tahun yang disebut Casai de Bambini (Rumah Anak-Anak) dan mengembangkan suatu pendekatan yang sangat berhasil diterapkan pada anak-anak . 

Dalam lingkungan beajarnya, Montessori mengelompokkan aktvitas belajar dan bahan-bahan materialnya yaitu practical life, sensory materials, dan academic materials. Practical life merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada empat latihan yang berbeda, yaitu kemampuan merawat diri (mengancing baju, menggunakan pakaian, memasang tali sepatu, dan mencuci tangan), merawat lingkungan (membersihkan meja, dan lain-lain), menciptakan hubungan sosial yang baik (saling menghormati, saling menghargai), dann melatih keseimbangan (menuangkan benda dalam gelas, dan lain-lain). Sensory materials merupakan konsep pembelajaran uang berisi aktivitas yang melatih seluruh panca indera anak. Academic materials merupakan bahan-bahan yang digunakan untuk mengajari anak menulis, membaca, dan matematika seperti kartu huruf, kartu angka, menara merah muda, tongkat asta merah jambu, dan lain-lain). 

Sebuah studi tentang sekolah Montessori di Miwaukee menemukan bahwa pendekatan Montessori memiliki kontribusi yang positif dalam mengembangkan kemampuan literasi, matematika, dan sosial anak usia 5 tahun (Lilard, 2005) dan kreativitas serta keterampilan sosial pada anak usia 12 tahun (Lillard, & Else-Quest, 2006). Penekanan pembelajaran instruksi individual dalam pendekatan Montessori juga telah terbukti efektif dalam meningkatkan kesiapan sekolah anak (Ansari, & Wisler, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa konsep pendidikan yang digagas oleh Montessori telah banyak memberikan pengaruh dan kontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak melalui penyelenggaraan pendidikan untuk anak sejak dini. 

9. Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara merupakan seorang Tokoh pendidikan dari Indonesia yang memiliki kontribusi dalam perkembangan pendidikan anak usia dini di Indonesia. Ki Hajar Dewantara memperjuangkan pendidikan sebagai upaya untuk mengubah nasib bangsa Indonesia melalui perndirian TamanSswa. Ki Hajar Dewantara meyakini bahwa carauntuk mengubah nasib bangsa indonesia yang pada saat itu tertindas oleh penjajah yaitu melalui pendidikan. Perhatian Ki Hajar Dewantara pada Pendidikan Anak Usia DIni dapat terlihat dari berdirinya "Taman Lare" atau "Taman Anak" atau dikenal juga sebagai "Sekolah Froebel Nasional" atau "Kindertuin" yang menjadi sarana layanan pendidikan untuk anak usia dibawah 7 tahun. Seiringdengan perkembangannya, sekolah tersebut berubah nama menjadi"Taman Indria". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun