Sayuran yang hendak dibuang sering diminta Chef Simon untuk diolah. Salah satunya adalah dimasak menjadi Ratatouille alias tumisan sayur yang lantas dibagikan kembali ke masyarakat. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat Ratatouille, yaitu: tomat, paprika, terong, timun Jepang, bumbu masak merica, garam, minyak zaitun, dan daun rosemary sebagai penyedap. Cukup sederhana, bukan?
Tumisan Ratatouille ini enak dimakan bersama roti atau pastry. Kalau di Italia seperti makan bruschetta. Chef Simon juga telah membuatkan aneka brioche, roti, dan pastry croissant untuk peserta yang hadir. Apa beda roti dengan pastry?
Pastry memiliki tekstur berlapis-lapis di bagian dalamnya, sementara roti tidak demikian. Pada roti hanya ada rongga-rongga udara saja. Sedap sekali roti dan pastry buatan Chef Simon sangat lembut dan empuk, pas berpadu dengan Ratatouille. Crêpes-nya juga legit. C’est bon!
Data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di tahun 2023 mengungkap timbunan sampah di Indonesia mencapai 13,37 Juta ton banyaknya. Mayoritas sampah datang dari rumah tangga sebesar 38,9% dan 40,96% dari total timbulan tersebut adalah sampah sisa makanan.
Sebelumnya, masalah sampah sisa makanan turut dikaji oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dalam laporan Food Loss and Waste di Indonesia. Kajian ini dilakukan Bappenas yang bekerja sama dengan Waste4Change dan World Research Institute dan dipublikasikan pada tahun 2021. Hasilnya, ditemukan bahwa selama tahun 2000-2019, sampah sisa makanan di Indonesia mencapai 115-184 Kg/kapita/tahun yang porsinya kebanyakan muncul di tahap konsumsi.
Berdasarkan riset Bappenas, rumah tangga adalah penyumbang sampah makanan terbesar. “Program Makan Siang Gratis yang menjadi program Presiden terpilih turut diantisipasi Bappenas dalam hal meminimalkan makanan terbuang. Kami juga memastikan program makan tersebut diterima oleh penerima yang tepat,” tukas Ifan.
Dari sisi industri retail (swalayan, supermarket, dan lainnya), membuang makanan sama saja dengan menurunkan profitabilitas. Penyebabnya beragam, seperti: produksi bahan pangan berlebih sehingga tidak terjual, bahan makanan mutunya kurang baik sehingga tidak diminati, selera masyarakat yang berubah, dan alasan lainnya.
Tak mudah melakukan manajemen pasokan di toko retail. Mengapa? Studi membuktikan jika menata bahan pangan di rak dengan penuh akan terlihat menarik bagi pembeli. Oleh sebab itu, toko supermarket/swalayan senantiasa memenuhi isi rak retailnya setiap saat. Lantas, toko retail mensiasati dengan diskon atau promo menarik agar produknya habis terjual.
“Salah satu solusi di dunia retail untuk meminimalkan produk pangan terbuang adalah promosi BOGO alias 'Buy 1 Get 1'. Selain itu, toko retail dan swalayan senantiasa memantau data penjualan sehingga bisa menginformasikan ke petani berapa ton sayur dan bahan pangan yang perlu diproduksi agar tidak berlebih,” jelas Yuvlinda yang berpengalaman di swalayan retail Superindo.