Mengutip kalimat kekinian "It's my dream!"Â jika seseorang berani berkata maka harusnya dia juga yang melakukannya. Tak seorangpun akan melakukan konsekuensi mimpimu selain dirimu sendiri. Mewujudkan mimpi bukan tanggung jawab orang tua atau pasangan. Minta bantuan boleh, tapi porsi tanggung jawab terbesar ada pada si pemilik mimpi. Your dream is your responsibility!
 2. Tetapkan TujuanÂ
Menemukan mimpi adalah sebuah tantangan. Tapi, menemukan saja belum cukup! Kamu perlu menetapkan tujuan agar langkah pencapaian terarah. Seringnya rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri. Kita sibuk memperhatikan orang lain hingga lupa diri belum melangkah.
Hal serupa terjadi pada saya, terdisktraksi pilihan profesi dan kiprah orang lain. Bahkan, saya pernah berpikir berhenti menulis karena suara 'sumbang' agar menulis dijadikan hobi saja.
Berbagai ketidaksepahaman membuat saya bimbang. Namun, saya tetap bersikap positif dan fokus. Saya mulai dengan tujuan sederhana jangka pendek. Â Saya ingin tetap menulis dan membuat buku. Sambil bekerja, gaji dialokasikan untuk biaya produksi, tabungan, dan biaya hidup.
Bersyukur jika kamu punya support system dari orang terdekat secara material dan moral, sebab tidak semua orang memilikinya. Jangan sia-siakan keberuntungan itu!
 3. Lakukan!
Setelah menetapkan tujuan, maka saatnya mewujudkan alias melakukannya. Perlahan-lahan tidak masalah yang penting ada kemajuan. Pada tahap ini godaan malas bertindak sering terjadi sebab mencari rekan yang mendukung dan bisa dipercaya tidak mudah. Berwirausaha perlu menerima konsekuensi susahnya cari rekan, yang penting jangan menyerah!
Perjalanan saya merealisasikan mimpi turut diwarnai tantangan. Saya yakin, bukan hanya saya yang merasakannya. Bergabung di platform Kompasiana adalah salah satu kiat saya untuk tetap menulis. Selanjutnya, saya mulai menulis draft novel pertama, dan kerja di kantor. Tidak mudah membagi waktu. Yang kantoran perlu konsentrasi meeting dan cari client. Yang menulis juga menuntut dedikasi waktu dan biaya.
Tahun 2019, saya menerbitkan' 3 ON 3' novel remaja pertama secara self-publishing dengan kuantitas terbatas. Pekerjaan mencipta tidak seperti barang pabrikan yang memproduksi ribuan atau jutaan unit per bulan; meski betul unit cetak buku dari sebuah cerita bisa ribuan, atau jutaan eksemplar. Mencari ide kreatif bukan perkara mudah. Sayang, pengetahuan hak kekayaan intelektual belum merata. Selain itu, sudah sulit cari ide karya namun sering dibajak semena-mena. Semoga kedepannya ada perbaikan dalam perlindungan Hak Cipta di Indonesia dan kesadaran masyarakat untuk semakin menghargai hasil karya anak bangsa.