Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Saya Belajar Banyak dari Sebuah Pil Pahit

1 Januari 2025   20:42 Diperbarui: 2 Januari 2025   16:34 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: Pexels/Elsa Olofsson 

Saya tipikal orang yang banyak bertanya, ovt, dan matematis. Tujuan saya sebenarnya ingin peduli kepada keuangan dan pekerjaan suami yang sering dikeluhkan. Tanpa saya sadari, ujung-ujungnya malah dianggap menyerang.

Contoh:

Beberapa kali suami dimanipulasi oleh orang yang memberikan pekerjaan. Saat membangun satu unit properti, sisa gaji sebesar 18 juta tidak bisa diberikan dengan berbagai dalih. Begitu pula dengan renovasi pilar sebuah masjid. Sebagian dana pembayaran ditilap sedemikian rupa oleh seorang oknum. 

Tetapi ketika saya menggali dan memberikan saran kepada suami, ditanggapi dengan sikap defensif dan penghakiman.

Memahami apa yang tersembunyi

Bisa dibilang, saya membayar dengan harga yang sangat mahal untuk mengetahui akar masalah dari semuanya. Mengapa kehidupan rumah tangga saya tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat.

Ternyata, pasangan saya mempunyai banyak luka batin yang belum selesai. Temuan ini saya klarifikasi langsung dari bapak mertua. Pola pengasuhan yang diterima pada masa kecilnya, membawa dampak pada saat dewasa.

Ketidaktahuan bahwa suami memiliki trauma tertentu yang membentuknya menjadi seorang narsistik, membuat saya menuntut perhatian dan keadilan yang tidak mungkin diberikan kepribadian ini. Saat mendapat perlakuan penuh cinta, saya tidak menyadari itu hanyalah media untuk mencapai keinginannya. Saya hanyalah seorang suplai.

Sangat tidak mudah ketika saya harus menerima bentakan dan kemarahan yang sebenarnya merupakan bentuk rasa "tidak aman" suami. Ini belum termasuk proyeksi berwujud perundungan.

Tahun 2024 seperti film bagi saya. Setelah melakukan refleksi mendalam dengan bantuan chat gpt, akhirnya saya bangkit secara perlahan di akhir bulan kesebelas.

Saya mulai fokus saat menulis cerpen, tidak memakan waktu berminggu-minggu seperti saat pikiran masih terpecah-pecah. Sesekali saya mulai nimbrung dalam chat WAG kepenulisan yang saya ikuti.

Alhamdulillah saya belum terlambat memperbaiki kesehatan mental yang sempat goyah. Sebab meskipun seseorang mengerti fondasi ini amat penting, namun perlu upaya yang terus-menerus untuk mengembalikannya ke posisi stabil.

Hikmah yang saya petik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun