Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wanita dan Cinta dalam Penjara

1 September 2024   19:04 Diperbarui: 1 September 2024   19:31 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Deemarie dari Pinterest 

"Seharusnya kau sabar. Laki-laki memang diciptakan seperti itu. Laki-laki bisa mencintai lebih dari satu istri, berbeda dengan kita kaum wanita," tukas mamaknya.

*

Anak-anak Salma terus berlarian di pelupuk matanya. 

Baru beberapa hari mereka tidak berada dalam pelukannya, Salma merasa tersiksa. Apakah anak-anak itu bisa menjaga dirinya? Bagaimana kalau mereka tidak suka makan apa yang disediakan neneknya? Bagaimana kalau mereka tidur digigit nyamuk?

Salma sendiri sekarang jarang makan. Dia merasa tidak bergairah untuk keluar rumah. 

Dulu, hampir tiap hari dia berbelanja ke pasar. Anaknya yang paling bungsu sering minta terong goreng dengan sambal kacang. Salma memilih yang masih muda karena rasanya manis. Sementara anak tertuanya suka makan cumi-cumi pedas olahannya. Dagingnya lembut dan aromanya menggugah selera.

Salma benar-benar merindukan anak-anaknya. Biasanya mereka berebut menceritakan apa yang ditemui seharian di sekolah atau di taman bermain. Semua ingin mendapatkan perhatian ibunya. Sementara ayah mereka selalu sibuk dan pulang larut malam.

Salma ingat kelahiran anak pertamanya, seakan baru saja terjadi minggu lalu. Dia ingat betapa bahagia dia dan suaminya saat itu. Tak ada sedikitpun terbersit akan adanya orang ketiga yang menghancurkan rumah tangga mereka.

Hari demi hari dia jalani, hingga anak-anaknya sebesar sekarang. Salma  mengurus mereka dengan tangannya sendiri tanpa bantuan siapapun. Dia rela menghabiskan waktunya menjadi ibu bagi mereka. Meninggalkan pekerjaannya sejak anak pertamanya lahir. Tapi seperti ini balasan dari suaminya.

*

Delapan purnama berlalu. Berkali-kali Salma menyaksikan langit menghitam, lalu hujan mengguyur tanpa jeda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun