"Aku yakin dia anakku, Mak. Aku melihat kalung yang pernah kubeli untuk Aning. Yasmin memakai kalung itu dan dia sangat cantik!"
Sirajuddin sempat memperhatikan kalung panjang dengan liontin kristal di dada gadis itu. Sweater abu yang dikenakannya membuat pantulan cahaya yang menarik perhatiannya.
Sirajuddin sempat menyapanya namun gadis itu tak terlalu banyak bicara. Ketika angkot yang ditunggunya datang, gadis itu pun berlalu.
"Kalung?"
Laki-laki itu masygul melihat ekspresi tetangganya. Bagaimana cara meyakinkan Mak Bollong bahwa kalung itu hanya Aning yang memilikinya. Dia memesan khusus di toko emas, jadi tidak mungkin sama dengan orang lain.
Sirajuddin terduduk lesu di bangku kayu di bawah pohon mangga. Mak Bollong sudah pamit mau menjemput cucunya yang kelas satu SD. Sudah dua minggu anak lelaki Mak Bollong ikut proyek di luar kota. Jadilah Mak Bollong yang mengantar-jemput cucunya sekolah.Â
Matahari semakin meninggi.Â
Sirajuddin melihat bayangan pohon mangga dengan jelas di permukaan tanah. Laki-laki itu memutuskan libur membawa dokar untuk sementara karena merasa kurang sehat.
Dikeluarkannya dompet usang dari kantong belakang celananya. Ditatapnya sebentuk foto lama yang mulai lembab di balik plastik dompet. Foto Yasmin saat masih kecil dengan matanya yang sipit seperti matanya.
Pelan-pelan mata laki-laki itu menghangat menahan tangis.Â
Sirajuddin benar-benar tak punya bukti kalau gadis yang dilihatnya dekat pasar Masomba itu memanglah Yasmin. Dan tentu akan terasa aneh kalau tiba-tiba dia ingin memeluk gadis itu di tempat umum.