Kelompok ini, perilakunya sering disalahpahami sebagai kenakalan saja. Dianggap sebagai bentuk pencarian jati diri, bahkan menjadi ukuran dari ketidakharmonisan orang tua. Mereka dianggap bermasalah dan justru "dimusuhi" oleh lingkungannya.Â
Remaja dengan keterbatasan pendampingan dari orang tuanya, jelas terlihat gamang sekaligus over ekspresif.Â
Dalam level yang ekstrim, masyarakat melihatnya sebagai pengidap depresi, terjerumus ke dalam hal negatif. Menjadi pecandu, jambret, atau menjadi anak putus sekolah.
WanitaÂ
Dibandingkan kaum laki-laki, wanita seringkali lebih agresif dan ambisius. Fakta ini linier dengan lebih banyak wanita yang mengalami gangguan psikologi dibandingkan kaum laki-laki. Ironisnya, jumlah wanita sukses tidak lebih banyak dari kaum laki-laki.
Alasan lainnya, wanita memiliki perasaan yang sensitif dan perubahan hormonal, yang secara serius memberi dampak pada kesejahteraan batinnya.Â
Fase-fase seperti datang bulan, hamil, menyusui, dan pra menopause, juga menempatkan wanita rentan mengalami gangguan psikologi.
Hal ini diperkuat lagi dengan keadaan wanita sebagai makhluk dengan ketahanan yang rendah, baik secara fisik maupun secara emosional.Â
Sebenarnya, kemampuan wanita yang multi tasking (dapat mengerjakan beberapa hal sekaligus) memicu kelelahan secara fisik maupun mental.Â
Dalam waktu yang bersamaan, otak dikondisikan dapat mengorganisir pekerjaan secara baik, dan motorik dapat melakukannya dengan sempurna.
Alih-alih dapat mengerjakan tugas ganda dengan memuaskan, otak menjadi kesulitan berkonsentrasi dan cepat lelah. Selengkapnya di sini
Ciri gangguan psikologiÂ
Apakah seorang dapat mengetahui dirinya atau orang lain di sekitarnya mengalami gangguan psikologi?