Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Menunggu Musim Hujan Tiba

7 April 2024   07:21 Diperbarui: 7 April 2024   07:22 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://id.quora.com/Bagaimana-cara-ramah-untuk-mengusir-pengunjung-restoran-yang-datang-hanya-untuk-numpang-wifi-dan-ngadem

Ditatapnya kembali suasana jalan di luar kafe. Debu jalan menempel di kaca pertokoan seberang kafe.

Bulan lalu Alaya dan Barkley mencari sebuah gaun di sana. Alaya menginginkan gaun brokat putih untuk pesta ulang tahunnya. Pemuda itu memilihkan gaun dengan lengan model balon berbahan silky. 

Alaya adalah tipikal gadis yang sempurna di mata Barkley. Selain kecantikannya yang mempesona, Alaya juga memiliki hati yang lembut seperti malaikat.

Namun, tetap saja kedekatan di antara keduanya hanyalah sebatas persahabatan bagi gadis itu. 

*

Akhir-akhir ini, hujan senang membasahi kota Dream town. Warga pun menyambutnya penuh suka cita. Tak ada lagi rasa gerah saat berada di luar rumah. Pohon-pohon terlihat segar dan kembali bertunas.

Barkley terdiam di sisi pusara ibunya. Dia menatap kelopak bunga yang baru saja dia taburkan. Matanya begitu sayu. Dia begitu merindukan nyonya Mariot.

"Ibu, aku gagal memenuhi keinginanmu. Aku belum berhasil menjadikan gadis pilihan ibu sebagai kekasih. Mohon maafkan aku..."

Tak ada suara apapun. Suasana makam amat hening. Semilir angin membuatnya berlama-lama di sana.

Bertahun-tahun lalu saat nyonya Mariot sakit, dia selalu berada di sampingnya untuk menemani. Barkley bahkan meninggalkan kampusnya demi wanita yang telah melahirkannya. Tidak ada yang lebih penting dari itu.

Suatu ketika ibunya bercerita bahwa semasa kecil dia telah dijodohkan dengan anak gadis sahabatnya. Mereka telah berjanji persahabatan keduanya harus abadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun