"Kita tutup setengah jam lagi!" Donley memperingati para pegawai.Â
Wajah mereka cerah seketika. Sedikit bonus akan segera mengisi kantong.
"Starla, ada tamu yang mencarimu di sana."
"Tamu?" jantungku berdegup, menduga kalau itu kau. Kubayangkan sebungkus nasi goreng jamur buatanmu untuk kita nikmati berdua.
Tak bisa kupungkiri, sisi romantismu selalu berhasil mencairkan permusuhan kita. Aku selalu luluh saat kau mulai meraih tanganku ke meja makan.
Langkahku terhenti tak jauh dari seorang tamu di meja nomor enam. Menengok kanan kiri sebelum menyapa dengan sopan.
Pria itu membuka topi dan kacamatanya, lalu menatapku lurus-lurus.Â
Tidak salah lagi. Dia Halim, sahabatmu yang pernah kau ceritakan bekerja di kantor penerbitan tak jauh dari sini.
"Anda menemui saya? Ada yang bisa saya..."
"Saya datang membawa kabar tidak enak. Saya minta maaf."
"Tentang apa, yaa?"