Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Biar Langgeng dan Selalu Ceria, Inilah Tips Merawat Komunitasmu

13 Juni 2023   20:57 Diperbarui: 15 Juni 2023   10:17 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi komunitas | unsplash/Hannah Busing 

Ilustrasi komunitas | unsplash/Hannah Busing 

"Jangan keluar dari grup dong..."
"Iya, nih. Baru juga sayang, udah mau bubaran aja..."
"Tapi saya sudah banyak grup menulis, Bun."
"Ya udah deh kalau memang gitu. Entar kalau saya dan suami buat adonan pizza, datang yaa, kita makan-makan..."

*

Heu... heuuu... 

Betapa sedih membaca chat seperti di atas. Tapi saya tetap harus left group dan membatasi lingkaran pertemanan melalui grup WhatsApp. Bukan karena sombong atau semacamnya, tetapi kesibukan yang ada sering membuat abai membaca pesan masuk.

Nah, bagaimana dengan Sahabat? Apakah mempunyai banyak grup WhatsApp atau banyak komunitas yang diikuti?

Hidup lebih indah karena bergabung dalam komunitas

Dewasa ini, kemajuan dalam berkomunikasi membuat kita dimudahkan sekaligus terkelompok sesuai minat yang dimiliki. Kelompok ini lazim disebut sebagai komunitas. Sebut saja contohnya: komunitas pecinta alam, komunitas pecinta kucing, komunitas pecinta kuliner Yogya, dan sebagainya.

Grup WhatsApp memudahkan berbagi informasi serta pengalaman menyenangkan tentang minatnya tersebut. 

 Orang tua murid tergabung dalam komunitas dan kepanitiaan acara|foto: Neny Nirwana
 Orang tua murid tergabung dalam komunitas dan kepanitiaan acara|foto: Neny Nirwana

Seperti beberapa waktu lalu, Kompasianer Prajna Dewi membagikan video inspiratif kehidupan kucing. Usai menonton, saya pun bertanya dimanakah tayangan seperti ini dapat ditemukan? Mbak Dewi menjawab, di komunitas pencinta kucing yang diikutinya. 

Bagaimana dengan media sosial seperti Instagram? 

Suatu kali di beranda akun Instagram saya muncul  video kucing-kucing lucu. Menurut anak sulung kami, itu karena sebelumnya saya pernah memberikan "tap" terkait tayangan yang muncul. 

Hmm... sepertinya itu benar. 

Saat menemukan reels yang menarik, terkadang saya memberikan tanda "love" serta membaca komentar-komentar di sana.

Saya lalu  mengecek akun yang bersangkutan. Apakah mayoritas videonya memang menarik dan tidak ada sesuatu yang vulgar di dalamnya? Setelah dirasa cocok, saya pun klik "mengikuti" untuk mendapatkan video berikutnya.

Hal yang sama saya juga saya lakukan untuk akun seputar fotografi makro, food photography, serta tidak ketinggalan penulis-penerbit di luar Kompasiana.

Menyimak apa yang mereka tampilkan seringkali memberi saya inspirasi dan kebahagiaan tersendiri. Seakan-akan saya sedang memberikan nutrisi untuk batin saya. Wow! Semoga tidak berlebihan ya kalimatnya hehehe....

Sebenarnya, adakah keuntungan atau manfaat bergabung dengan banyak komunitas?

Tentu saja ada. Bahkan banyak! 

Selain yang saya sebutkan sebelumnya, manfaat ikut komunitas lainnya adalah membuka pintu wawasan, menambah informasi, membuka jalan rezeki, dan meningkatkan indeks bahagia yang tentu saja dapat memperpanjang usia!

Wah, apa iya mempunyai banyak komunitas dapat memperpanjang usia?

Tentu saja, ya. 

Dulu sekali, saya adalah remaja pendiam dan sulit tertawa meski sedang ada yang menghibur dengan candaan.

Setelah menikah dan mempunyai dua anak balita, saya menyadari, dalam sehari saya belum tentu tertawa walau hanya sekali; dan meski sudah menonton acara komedi di televisi. 

Waktu itu, talk show "Bukan Empat Mata" yang paling digemari oleh masyarakat. Namun rasanya sulit sekali menganggap ada yang kocak di sana. Bahkan dari beberapa episode yang saya tonton, hanya ada satu part yang berhasil membuat saya terhibur. 

"Mau kemana, Pak?" tanya bintang tamu kepada presenter Tukul Arwana yang terlihat menggandeng rekannya. Yang ditanya segera menjawab, "Mau buang sampah!"

Ini sangat berbeda di masa anak-anak kami sudah bersekolah. Lambat laun saya pun menemukan banyak teman. Dengan sendirinya karakter saya menjadi bergeser.

Adanya komunitas membuat hidup lebih indah|foto: Murni
Adanya komunitas membuat hidup lebih indah|foto: Murni

Terlepas dari itu, saya menyadari semakin banyak interaksi dan teman, dapat membuat lebih bersemangat, lebih merasa bahagia, sulit murung, sulit sedih, jarang sakit, merasa lebih sehat, dan tentu saja memperpanjang usia.

Terhubung dengan teman-teman dan keluarga, akan memperkuat tali silaturahim

Begitu pula dengan tali silaturahim. 

Semakin sering seseorang berkumpul dan saling mengunjungi, maka kesusahan hatinya akan mudah hilang. Bahkan keluhan penyakitnya akan cepat mendapatkan solusi, saran, serta dukungan semangat.

Artinya, penting untuk merawat komunitas agar tetap langgeng dan selalu ceria, bukan? 

Nah, bagaimana caranya, saya punya beberapa tips untuk sahabat pembaca.

1. Utamakan jujur

Jujur adalah mata uang yang berlaku dimana pun. Hmm... sudah barang tentu persahabatan juga membutuhkan kejujuran untuk bisa langgeng. Tanpa kejujuran, akan sangat mudah terjadi konflik. Maka tidak heran kalau harimu akan Senin terus, hahaha...

2. Saling pengertian

Bayangkan lagi, jika dalam komunitas yang ada, rasa saling pengertian menjadi hal yang absurd dan langka. Masing-masing mengedepankan dirinya. Wah, pasti runyam, tuh!

3. Membangun kebermanfaatan

Sebuah komunitas dibentuk dengan tujuan manfaat. Tidak sepantasnya jika banyak waktu terbuang tetapi tidak satu pun manfaat diperoleh. Untuk itu setiap anggota perlu berkomitmen memberikan manfaat di sana.

4. gotong-royong

Ibarat sebuah tubuh, komunitas tidak akan bergerak tanpa koordinasi seluruh bagiannya. Kerja sama atau gotong-royong akan menggerakkan kegiatan komunitas secara dinamis. 

5. Senasib sepenanggungan

Layaknya sebuah tubuh juga, jangan biarkan sebelah bahu memikul beban berat dan bahu lainnya tidak. Jika ini terjadi, maka jangan heran batang tubuh akan berjalan miring ke salah satu sisi. Bagikan semua beban secara adil agar tidak berat sebelah.

6.  Empati 

Sebuah komunitas yang sehat, masing-masing anggotanya akan saling memperhatikan dan saling support, seakan turut merasakan penderitaan anggota yang lain.

7. Apresiasi

Tidak kalah penting adalah memberikan apresiasi atas setiap kerja keras anggotanya. Dan sangat manusiawi jika setiap orang harus mendapatkan pengakuan atau apresiasi.

Seperti yang dilakukan ketua kami usai melaksanakan tugas kepanitiaan akhir bulan lalu. Dengan besar hati Bunda Neny menyampaikan terima kasih atas kerja keras satu per satu pengurus.

*

Senasib sepenanggungan, salah satu yang menjadikan komunitas langgeng dan solid|foto: Neny Nirwana
Senasib sepenanggungan, salah satu yang menjadikan komunitas langgeng dan solid|foto: Neny Nirwana

"Memang sungguh luar biasa dukungan Bunda di kanan kiri saya ini. Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih banyak." ujar Bunda Neny.

Seketika kenangan pada hari itu membayang. 

Sekitar setengah jam sebelum acara dimulai, tiba-tiba Bu Neny kehilangan suaranya. Kami tahu akhir-akhir ini kesehatan beliau menurun karena kelelahan.

Beliau lalu meminta saya berlatih membaca naskah. Kalau memang diperlukan, saya bersedia menggantikan beliau.

"Bu, tulis dong artikel tentang persahabatan dan kegiatan kita kemarin...." sebuah pesan WhatsApp masuk dan membuyarkan lamunan.

***

Kota Kayu, 13 Juni 2023

Salam hangatku untuk Bunen, Budy, Bulang, Buzam, Bunormy, Bundanya Jojo, Bundanya Fadil, Bundanya Risky, Bundanya Satria, Bundanya Ridho, Bundanya Okta, Bundanya Fasya, Bundanya Filasa, dan semua yaa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun