Lelaki itu juga menceritakan bahwa kawasan resident tempatnya bekerja sebelumnya, juga sama. Dia terpaksa pindah karena anak istrinya tak tahan diganggu makhluk halus.
Setelah itu dia pamit akan membersihkan kamar mandi.Â
Aku berjalan pelan, lurus melewati bangunan aula. Koridornya terhubung dengan ruang laboratorium di seberang bangunan kelas tujuh dan delapan.Â
Aku duduk di kursi panjang sambil membuka camilanku. Aku juga membawa air minum dalam botol kecil. Tidak asyik kan, menunggu hantu tanpa ada yang dikerjakan.
Tidak ada tanda apapun. Semua terlihat normal dan tak ada hawa tidak enak yang biasanya menguasai tempat tinggal mereka. Makhluk tak kasat mata itu, maksudku.
Aku bahkan sempat memperhatikan burung kecil bermain di ranting pinus yang ujung daunnya mulai kering karena panas. Kecuali suara benda terjatuh di ruang laboratorium, entah apa.
"Bu, ini hari kamis, dan hari sudah menjelang malam. Apakah Anda tidak ingin kembali ke rumah?" penjaga sekolah menghampiriku dengan wajah khawatir.
"Sebentar lagi, Pak. Saya sudah memesan taksi," kataku berbohong.
Lelaki itu lalu pergi ke arah belakang, tempat dia tinggal.Â
Sial! Dia tak suka aku berlama-lama di sini.
Aku bangkit dan berjalan ke arah bangunan kelas Amanda. Aku merasa ada pusaran yang ganjil menyambutku. Akhirya aku bisa bertemu makhkuk itu. Tapi dimana dia?