Jane cemberut dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia hanya memandang kosong ke depan. Dia tidak menyangka orang yang dia anggap baik hati, sangat perhitungan untuk membuatnya senang.
"Tom, minggu depan ujian semester dimulai. Sebaiknya kita tidak bertemu dulu, yaa ..."
Laki-laki itu menatap lekat-lekat pada Jane. Entah mengapa dia merasa Jane hanya mencari alasan. Dia yakin Jane ingin mempunyai ponsel baru secepatnya karena adanya laki-laki lain yang belakangan ini sering menghubunginya.Â
"Aku ingin pulang saja. Aku tak ingin terlambat sekolah besok."
"Sayang, jangan merajuk begitu. Bukankah kau ingin melihat keindahan purnama berdua denganku? Kau sendiri yang bilang begitu beberapa hari yang lalu."
Akhirnya sampailah mereka di daerah terpencil yang konon menjadi spot terbaik untuk  menyaksikan milky way atau sekedar bulan purnama. Mungkin karena ini hari Kamis, tak ada warga lain yang datang seperti biasanya.Â
"Kurasa aku sedang tidak mood untuk bersantai," kata Jane memecah sepi.Â
Laki-laki itu mulai merasa kecewa dengan sikap kekasihnya.
"Baiklah, besok aku akan meminjam uang temanku lalu kita akan membeli ponsel baru yang kau inginkan, yaa?"
"Tidak perlu. Aku sudah tidak mengharapkannya!" sahut Jane dingin.Â
Laki-laki jangkung itu seperti tersulut api.Â