"Hanya kita bertiga, tidak ada tamu lainnya?" tanyaku, saat wanita itu bersiap di depan tart kecil dan lilin.
Dia meruncingkan bibirnya, seolah ingin mencium pipiku. Hff, dia pasti gemas dengan pertanyaanku.
"Kenapa kita harus mengundang banyak orang, jika itu menyulitkan, Sayang? Nikmati saja apa yang diberikan Tuhan," katanya.
Dan tahu bagaimana mimik Tuan Bean untuk mendukung kekasihnya? Dia menaikkan kedua alisnya, menarik bibir jauh-jauh, serta mengangkat sendok-garpu di kedua tangannya.
Tidak ada sikap tidak sopan bagi nyonya Elaine. Dia hanya tersenyum sambil membentuk matanya serupa pijar bintang.
*
Ritme kerja untuk menemukan ahli dalam Community Plant Variety Office cukup membuat jenuh. Tapi aku segera terhibur dengan melihat tingkahnya.
Tiga ekor kucing menunggu giliran mendapatkan secangkir susu dari nyonya Elaine. Salah satu dari mereka yang kutahu bernama Lolie, merengek dengan tak sabar seperti anak kecil.
Tuan Bean lalu mengeluarkan keripik dari kantong jasnya dan memberikan kepada hewan-hewan itu. Mereka makan dengan lahap meski sudah mendapat hampir sepertiga tart dari nyonya Elaine.
Rasanya sedikit membingungkan karena negara ini punya julukan "juara Eropa" dalam hal menelantarkan hewan peliharaan.
Itu benar. Selama aku belajar di sini, tak terhitung berapa banyak "pemandangan" yang kutemukan.Â