Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja di Negeri Kaktus

9 Oktober 2022   07:42 Diperbarui: 9 Oktober 2022   09:27 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bob Suydam dari Pinterest

"Bagaimana kamu bisa berpikir kaktus tidak mempunyai sedikitpun air untuk menghilangkan dahaga kita? 

Mungkin saja dia memiliki jalan rahasia yang tidak diketahui orang lain, tentang sebuah sumber air yang mempertahankan hidup mereka selama ini?"

Kau memandangku seolah aku baru saja membual.

"Aku mengerti. Kau dihantui pemikiran bahwa Arizona adalah daerah kering, sekalipun bulan Oktober ini dia sedang mendekati musim dingin. Tapi kau lihatlah benda ini, di sini tertera angka dua puluh delapan derajat.

Yaaah... meskipun aku tau cukup gila untuk mendapatkan hadiah dari penyelenggara. Justru ini menjadi alasan kita untuk memperjuangkannya. Berpikirlah bahwa kaktus bisa menjamu kita!"

"Arnet, impianmu terlalu konyol untuk membeli sebuah mobil mewah dari uang itu. Kita bisa mati kehausan di negeri kaktus ini!"

Negeri kaktus? 

Aku mengangguk-angguk, lalu mengajakmu beristirahat di atas rumputan kering. Wajahmu kelihatan lucu, karena lelah bercampur sebal.

"Apa kau tahu mengapa aku berani mengambil tantangan ini?"

"Karena kau gila!" 

Aku tertawa. 

"Dengar, kaktus adalah tumbuhan yang sangat unik. Tidak seperti tanaman lainnya yang butuh sumber air di dekatnya, kaktus bisa berumur panjang sampai dua ratus tahun!"

Kali ini kamu membelalak kaget.

"Ingat Miss Ari Budiyanti, guru bahasa Inggris kita di sekolah?

"Ayah dari Miss Ari menanam kaktus sejak lama. Sudah lebih dari sepuluh tahun.

Dan sekarang tingginya sudah melebihi tinggi tiang listrik di dekatnya!"

Artikel Ari Budiyanti: Indahnya Mekar Kaktus Hanya Bisa Dinikmati di Pagi Hari

"Tapi bagaimana kaktus bisa bertahan hidup di gurun?"

Aku beranjak mendekati salah satu kaktus, dan kau memperhatikan dengan mimik penasaran.

"Menurut buku yang kupelajari, ada 1500 jenis kaktus. Dan dia mempunyai stomata yang membuka hanya pada malam hari.

Adaptasi lingkungan dari stomata ini berpengaruh pada metabolisme kaktus yang oleh para ahli botani dikenal sebagai metabolisme asam crassulacean."

"Tunggu, mulut daun? Yang manakah daunnya? Sepertinya dia hanya punya batang pohon..."

Aku tersenyum.

"Lihat durinya yang tajam. Duri ini sebenarnya modifikasi dari bentuk daunnya. Tujuannya untuk mengurangi proses penguapan pada siang hari. 

Selain itu duri juga menjadi pertahanan diri mereka dari serangan predator herbivora.

Sementara, akarnya di dalam tanah bisa sangat panjang untuk mencari sumber air. Dia menyimpannya sangat baik dan jumlahnya jauh melebihi kemampuan tanaman lain."

"Yakin?"

Aku mengangguk. "Kaktus termasuk tumbuhan sukulen yang sangat baik."

"Lalu darimana dia mendapatkan air pada malam hari?"

"Dari kelembapan udara yang meningkat, termasuk dari tetesan embun. Dan dia menyimpan dalam ruang di batangnya yang disebut vakuola.

Vakuola digunakan untuk fotosintesis dengan bantuan sinar matahari. 

Itu tadi yang kusebut dengan 'jalan rahasia yang tidak diketahui orang lain'."

"Kalau begitu, apakah dia bisa dimanfaatkan?"

"Di Meksiko, jenis kaktus pir berduri (dari genus Opuntia), digunakan sebagai bahan baku masakan dan disajikan di beberapa restoran.

Kaktus ini merupakan jenis sayuran dan dicampur dalam orak-arik telur dengan tambahan tomat dan bawang. Bahkan juga dimakan mentah."

"Hah?"

"Batang mudanya yang disebut nopalitos dapat dibuat acar dengan cuka asam manis."

"Seperti apa bentuknya?"

"Pipih seperti bantalan dengan duri kecil. Dia mempunyai buah di bagian atasnya yang juga bisa dimakan."

"Seperti apa rasanya?"

Aku mengingat-ingat. "Mereka bilang rasanya seperti perpaduan permen karet dan semangka. Banyak kandungan vitamin C.

Sekarang ini kaktus pir berduri juga masih dimanfaatkan sebagai pakan ternak, bahan pembuatan kosmetik, dan obat-obatan.

Oya, bisa dibuat selai, digoreng dan dibuat jus untuk diet. Bagus juga untuk pengidap diabetes."

"Sungguh?"

Aku mengangguk. "Air kaktus sudah lama dijadikan menu diet keko karena tidak mengandung gula dan sedikit karbohidrat. Bahkan harganya sangat mahal!"

Kau tersenyum, sepertinya tertarik untuk mencari tau lebih lanjut.

"Apakah sekarang kita bisa mendapat sedikit minum dari kaktus yang bertebaran di sini?"

Aku mengeluarkan sebentuk pisau lipat yang sudah kupersiapkan, lalu mulai menyayat batang kaktus dengan hati-hati.

"Lihat ini, kaktus berbunga sangat indah! Kau berjongkok, memotretnya. 

"Apakah semua kaktus berbunga?"

"Perlu kesabaran jika kau memeliharanya dan ingin melihat bunganya. Bunga ini berperan untuk reproduksi.

Ini, cobalah nikmati air dari alam, pasti luar biasa!"

Kau meniru gerakanku. Meski canggung, akhirnya kau tersenyum cerah.

"Ini pertama kali dalam hidupku. Kau memang teman yang menjengkelkan sekaligus keren!"

Kita tertawa-tawa bahagia, seolah lupa dengan petualangan hari ini. Bagaimana rasanya kehabisan bekal, dan hampir kehilangan harapan.

"Hey kalian, ayo bangunlah!"

Aku membuka mata, dan mendapati beberapa petugas mengerumuni kita.

"Ini sudah hampir malam. Semua pengunjung seharusnya meninggalkan Saguaro National Park sejam yang lalu."

Aku terhenyak. Pukul 18.00 dan matahari hampir jatuh di langit sana.

Apakah kita akan ditinggalkan oleh rombongan? 

Aku mulai panik.

"Arnet, bagaimana ini?"

"Ayo!" kataku menarikmu dari sana.

***

Saguaro National Park adalah taman nasional di daerah Arizona Selatan yang banyak menarik wisatawan. Luasnya 37 ha dan terbagi menjadi dua are terpisah: Distrik Gunung  Tucson, dan Distrik Pegunungan Rincon untuk melestarikan flora dan fauna Gurun Sonora.

Di sana terdapat pohon kaktus tertinggi di dunia yang dinamai Saguaro.

Banyak kegiatan yang dilakukan pengunjung seperti hiking, bersepeda, berkuda, bahkan berkemah.

Sumber bacaan:

1, 2, 3, 4, 5, 6

Kota Kayu, 9 Oktober 2022

Cerpen Ayra Amirah untuk Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun