Mungkin saja tingkahku ini tertangkap oleh kamera, tapi tak apa, aku tidak mengotori atau merusak sesuatu di sini, bukan?
*
Pfff... aku merasa tak nyaman dengan khayalanku sendiri.Â
Lebih baik sekarang aku mulai berkonsentrasi mencari jalan keluar dari sini, daripada berimajinasi hal yang aneh-aneh.Â
Firasatku mengatakan pemandangan monoton bisa menjadi awal yang buruk. Betapa tidak, hanya ada pintu kayu yang ditutup rapat, lampu, serta speaker berbentuk kotak di plafon.Â
Aku terus menikmati langkah kakiku. Ayolah, dimana pintu lift yang tadi kami naiki? Sepertinya ini sudah terlalu jauh.
Alunan instrumen tradisional suku dayak masih terdengar. Samar dan jauh. Sepertinya sengaja diputar untuk memberitahu tamu hotel bahwa mereka sedang berada di Kota Kayu. Kota yang dikelilingi banyak hutan yang didiami suku pedalaman nan mistis.
Apakah sekarang hari Kamis?Â
Oh, sepertinya bukan. Paul dijadwalkan tiba hari Sabtu. Ya, ini hari Sabtu.
Nah, nah... aku salah jalan dan mentok pada dinding kaca hotel. Aku bukannya menemukan pintu lift.Â
Tunggu, sepertinya di bawah sana adalah sisi depan hotel. Jadi seharusnya aku mengambil arah...