"Sampai jumpa, Paul."
"Ya, telepon aku kalau sudah sampai rumah, ya?"
Aku mengangguk, lalu menutup pintu kamar 620 tempat Paul menginap.
Aku tidak langsung melangkah, tapi diam sesaat menata perasaanku. Aku harus pulang sekarang betapapun beratnya. Hari mulai beranjak senja, aku tidak boleh kemalaman sebab pandangan mataku akan dikalahkan oleh silau lampu kendaraan.
Perjumpaan kurang dari sejam lamanya, memang tidak mengobati rindu kami satu sama lain. Tapi yang penting Paul dan rombongannya sudah landing dengan selamat. Biarlah malam ini dia istirahat, besok kami bisa sarapan bersama.
*
Aku mulai menarik kakiku ke arah kiri, sebab tadi kami datang mengarah ke kanan.
Perlahan aku menyusuri karpet tebal yang membentang sejauh mata memandang. Rasanya empuk dan menyenangkan menginjaknya. Seolah sedang berada dalam ruang kedap suara, aku sendiri tak mendengar sepatuku beradu dengan lantai. Hilang ke dalam anyaman benang.
Aku memperhatikan dominasi warna coklat dan biru di permukaan lantai. Menurutku motif garis abstrak yang membentuknya terlihat menyimpan misteri. Sepintas mirip barisan zombie atau semacam itu. Mereka hanya diantarai lampu neon yang bercahaya kuning.Â
Cobalah sedikit mendekatkan kepalamu ke lantai. Aku melakukannya tadi seperti angle foto frog eyes atau mata katak. Itu adalah sudut pandang fotografi dimana kamera berada di bawah objek dan sedikit mengarah ke atas.