Tiba-tiba gadis kecil itu melihat bulan, tersenyum dari balik cabang pohon angsana. Sinarnya keemasan, lebih twrang dari lmpu sumbu di tangannya.
"Cilly, lihat itu bulan, di sana..." dia menunjuk, wajahnya sumringah.
"Bulan yang cantik!" seru boneka kelinci sambil melomoat-lompat kegirangan.
"Tapi ibuku lebih cantik. Ibuku sangat penyayang!"
Aku melihat, pada tengah malam itu ibunya terbangun karena mendengar putrinya mengigau lagi.Â
Dia sampai di sisi tempat tidur gadis kecil yang tenggelam mengarungi malam.Â
Kini gadis itu berusia enam tahun tujuh hari. Dulu dia memberi nama bayi mereka Prameswari, yang artinya jalan kehidupan yang tentram, merdeka, bahagia dan sempurna.Â
Prameswari tahu tubuhnya akan semakin membesar dan kakinya semakin meninggi. Tidak jarang matanya berkaca-kaca setiap kali menerima suapan dari ibunya.Â
Sayur wortel dan yang lainnya akan membuat dia semakin jauh dari keinginannya.Â
Prameswari ingin bermanja-manja dalam gendongan di punggung ibunya. Tubuh depannya menempel di punggung belakang ibunya, sambil tangannya memeluk dan ibunya menahan bokong gadis itu. Digendong hambin, namanya.
Wanita itu menyentuh rambut putrinya dan membuat gerakan mengelus sambil berguman, "Adek bermimpi lagi?"