"Anak-anak yang tidak mendapat pendidikan yang tepat, akan kehilangan peluang untuk membangun fondasi keberhasilannya di masa depan" (Psikologi Perkembangan-Dr. M. Shoffa Saifillah Al Faruq)
"Mimi adalah seorang gadis kecil yang banyak menghabiskan waktu di kamarnya," kataku di perjalanan. "Dia tenggelam dalam buku-buku yang diyakininya seperti quote berbahasa Spanyol:
"BuenosDÃas una persona sin libros pierde la capacidad para construir sus fundamentos."
[Selamat pagi... Seseorang tanpa buku, kehilangan kemampuan untuk membangun fondasinya.]
Kim tertegun mendengarkan. Ya, sebab jendela dunia bagi Kim adalah gawai. Kemudian kami sampai di rumah Mimi.
Hari Minggu, ayah Mimi libur bekerja. Kami diantar sampai di pintu kamar Mimi.Â
"Hai, Mimi! Perkenalkan, ini Kim, leader Dreamer Squad (kelompok pemimpi) di sekolah. Kami ingin melihat kamarmu dan buku-bukumu jika diizinkan. Apakah kamu sibuk?"
Ternyata gadis kecil itu berada di plafon kamarnya. Sedang berkemah dengan buku-buku. Tentu saja, Mimi selalu terlibat petualangan yang seru.
"Halo, Mimi..."
"Hai Kim! Selamat datang di bumi perkemahan. Mari ikuti aku..."
Kami berjalan melalui tangga imajinasi yang biasa digunakannya. Cuaca cerah saat itu, matahari menghangat dan burung-burung bersiul. Tetapi Kim tampak terperangah.
"Mengapa ada banyak sekali buku di sini?" dia bertanya keheranan. "Kamu membaca semuanya, Sobat?"
"Tentu," sahut Mimi. "Ayahku sangat senang jika aku dan adik laki-lakiku banyak membaca buku.
Kim menyimpan pertanyaan lainnya di kepalanya. Dia harus bersabar sebab sekarang dia melihat susunan tenda dari beberapa buah buku. Wow!
"Apa artinya ini?" akhirnya dia bertanya juga.
"Kita akan merayakan sesuatu yang penting, hari ini. Ayo lewat sini!"
Kami berjalan di belakang gadis kecil itu dengan penasaran.Â
Ajaib, bagian dalam salah satu tenda buku ternyata tak seperti perkiraan. Kami dapat merasakan partikel udara sangat segar memasuki jalan pernapasan, layaknya kebun Botani dengan pepohonan dan semak rumput.
"Lihat di sana! Kadal Spiderman!" Kim berseru.
Aku ikut memperhatikan arah yang ditunjuknya. Mimi hanya senyum kecil.
"Itu memang jenis kadal, namanya agama agama. Reptil ini menghuni daerah Afrika tengah sampai bagian selatan gurun Sahara. Habitatnya adalah hutan, semak, dan padang Sabana," Mimi menjelaskan.
"Mengapa dia berwarna selain coklat, dan kepalanya merah? Mirip karakter Marvel Spiderman, bukan?"
"Oh, itu jenis agama batu kepala merah...
Agama agama merupakan hewan bersisik dengan ekor panjang. Dia juga suka berjemur untuk menaikkan suhu tubuhnya. Tetapi bila cuaca sangat panas, dia akan berteduh di bawah tumpukan jerami atau lainnya."
Aku melihat Kim begitu antusias.
"Apa warna tubuhnya dipengaruhi oleh makanannya?
Telunjuk Mimi bergerak ke kiri dan kanan. "Dia makan serangga biasa (insektivora), reptilia kecil, mamalia kecil, serta beberapa jenis tumbuhan. Ujung lidahnya memiliki kelenjar untuk menahan serangga kecil agar tidak lolos.
Warna itu juga dipengaruhi oleh suasana hatinya. Pada musim kawin, agama pejantan mengubah dirinya berwarna pelangi pada siang hari, dan coklat pada malam hari.
Oya, saat berkelahi, warna kepalanya akan berubah dari merah menjadi coklat, lalu di tubuhnya muncul bintik-bintik putih."
"Keren!" sambut Kim. Mimi menunjukkan jempol kanannya tanda setuju.
Tiba-tiba suara berisik membuyarkan kesenangan kami. Sepertinya berasal dari tenda buku lainnya.
"Ayo kita periksa!" Mimi memberikan komando. Aku dan Kim bergegas meninggalkan tempat.
"Hei, kau melakukan apa di situ?"Â
Seekor kucing hitam dan pendek terlihat memanjat tangga di sisi tenda buku.Â
"Apa kau sedang berusaha mengintip?" Kim bertanya gemas, yang ditanya hanya mendengus.
"Dia pasti dikejar serigala lagi untuk meminta api," sergah Mimi. "Dia salah satu tokoh dalam Nu Pogodi, serial film pendek animasi Soviet/Rusia yang terkenal pada waktu itu. Si kucing perusak, ya kan?"
Kucing Hitam sedikit terlihat tengil.
"Sebenarnya aku hanya ingin ikut berkemah," katanya dwngan.mimik serius. itu pasti menyenangkan. Maksudku anak kecil pasti punya banyak camilan, bukan?"
Sesaat kami saling memandang, lalu sama-sama menganggukkan setuju.
Aku dan Kim mengeluarkan banyak keripik kentang, kacang bawang dan permen rasa kacang ijo dari dalam ransel.Â
Kucing Hitam, teman baru kami, menikmatinya sambil memperdengarkan cerita-cerita lucu. Suasana semakin meriah karena Mimi membawa jus jambu biji dari dapur, tentu dengan izin ayahnya.
Tidak lupa buku-buku kepunyaan Mimi menemani. Menambah wawasan yang kami belum ketahui sebagai fondasi keberhasilan nantinya.
Keakraban dan kegembiraan tercipta begitu saja. Kami memutuskan untuk tidur di tenda buku dan baru akan pulang besok. Kami juga membuat api unggun imajinasi.
Hari itu menjadi hari yang indah dengan bertambahnya sahabat dalam suasana perkemahan.
Kota Kayu, 15 Agustus 2022
Cerpen Ayra Amirah untuk Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H