Benar, ini kesalahanku. Waktu dua hari tak kugunakan dengan baik. Aku malah asyik bereksperimen di dapur. Mumpung Sabtu Minggu, anggap saja waktunya refreshing.
Jadi, aku berlatih membuat boba. Maksudku boba dalam artian sebenarnya. Kebetulan seorang teman membuka usaha ice milky dalam sebuah kontainer yang disulap sebagai stand berjualannya. Aku menyanggupi menjadi supplier boba yang masih viral sampai sekarang.
Seorang oportunis memang begitu, kan? Berani mengambil kesempatan karena sayang kalau dilewatkan. Semesta sudah memilihmu, mau apa lagi? Toh, aku berhasil.Â
"Kau pegawai yang sangat ceroboh. Padahal kau tahu laporan perusahaan kita tayang di media nasional!"
Aku diam seribu bahasa. Akhirnya kulihat juga wajah penuh amarah dan mata yang menghujam.Â
Aku pun suntuk di ruanganku. Antara takut di-skors, malu, dan terutama merasa bersalah.
"Dasar BoBa, bos bawel!" rutukku dalam hati.
Ehh, apa iya dia bawel? Mungkin tidak persis seperti itu. Dia seorang bos, wajar kalau dia cerewet dan suka menegur. Dia ingin para pegawai membantunya memajukan perusahaan. Bukan sebaliknya.
"Apa ini?" kata Pak Bos saat aku menyerahkan segelas boba milk tea yang diantar Bang ojol.
"Itu adalah permintaan maaf saya, Pak Halim..."
Sepasang matanya melihatku tak berkedip. Diterimanya dengan senyum kecil.