Pukul sepuluh pagi, seperti yang tertulis dalam jadwal. Aku, Pak Bos dan beberapa karyawan lain sudah tiba di lokasi.Â
Persis satu jam kemudian, meeting selesai. Pak Bos memberiku beberapa catatan untuk tugas yang dilimpahkan. Nyebelin, karena detilnya minta ampun. Sementara dia tidak sadar ujung rambut depannya ada yang menunjuk langit-langit. Persis si Ipin dalam serial tv.
"Julia, jangan hobi membanting pintu dong..."
Ups, aku kelepasan. Emosi melihat gaya atasan tipe begini. Semoga lebih hati-hati, jangan kena tegur lagi.
Menit-menit berikutnya, ekor mataku gelisah, mengawasi gerak-gerik Pak Bos. Anteng sih, sambil melihat-lihat keluar jendela.
Ujung jarinya bergerak-gerak, sebelum meminta lagu andalannya pada supir. Maklum, di usia begini kenangannya pada band legendaris tetap tak bisa bohong.
Diraihnya botol air mineral, lalu meneguk sedikit. Memejam mata, lalu menyandarkan kepalanya ke belakang. Semoga Pak Bos tertidur, doaku.
*
Bekerja di mana saja, pasti punya tantangan. Aku setuju itu. Jadi, saat laporan yang kuserahkan, dibaca lalu dihempaskan, aku tidak boleh tersinggung.
"Bagaimana bisa, pemeriksaan dua lapis menghasilkan angka yang keliru?"
Aku mengingat-ingat lagi.Â