Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pembuat Roti yang Mencuri

7 Juni 2022   09:20 Diperbarui: 7 Juni 2022   14:17 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alkisah di sebuah kerajaan, lahirlah puteri raja yang sangat cantik bernama Puteri Naura. 

Seperti bayi kerajaan pada umumnya, Puteri Naura juga menyusu ASI untuk memenuhi nutrisi pertumbuhannya.

Tetapi di masa mengenal makanan padatnya, bayi Naura tidak begitu menyukai pure dari buah ataupun sayur. Setiap kali disuap bubur dari apel yang dikukus dan disaring, ia menolak dan hanya mau makan bubur dari roti gandum yang disaring. 

Keadaan ini berlangsung sampai Puteri Naura remaja. Ia lebih suka makan roti gandum ketimbang makanan lezat lainnya. 

Buah apel atau pisang akan dimakannya bila menjadi isian roti yang dimakannya. Begitu juga daging-dagingan. Hal ini membuat raja dan permaisuri yang semula merasa cemas, kini mulai terbiasa.

Raja pun sering mengadakan sayembara untuk mencari pembuat roti paling kreatif dan enak untuk dijadikan baker kerajaan.

Tibalah saat perayaan ulang tahun Puteri Naura ke-17. Raja berkeinginan mengundang seluruh rakyat untuk menikmati pesta makan roti di istana.

Tidak lupa raja bertanya kepada puterinya, hadiah seperti apa yang diinginkan sang puteri di hari ulang tahunnya. 

Sambil senyum penuh makna, Puteri Naura meminta raja agar menyediakan seribu butir berlian yang akan dibuat sebagai hook dan akan melibatkan seluruh hadirin di hari istimewanya.

Raja mengernyitkan kening, tak paham dengan maksud perkataan puterinya. Begitu pula dengan sang ratu, tak sabar ingin melihat rencana apa yang akan dilakukan Puteri Naura.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun