Kau memekur, lalu berkata, "Dalam hidup, kita harus mencari cara bagaimana mencapai kesuksesan.Â
Kau pun punya target bukan, menulis di Kompasiana?Â
Sematan HL kau sudah mendapatkannya beberapa. Tapi masih kecewa karena belum pernah masuk NT apalagi FA, kan?"
Aku berdiri, geram.
"Kau bisa memahami maksudku atau tidak?"Â
Kulihat orang-orang di taman kota bergerak mengurai kerumunan. Sang badut sudah selesai melakukan tugasnya. Para penonton beranjak meninggalkan tempat, pulang.
*
Sekarang barulah terasa, tidak ada gunanya perdebatanku denganmu waktu itu.
Di satu sisi aku ingin kau tidak mengecewakan pembaca dengan judul tulisan yang heboh, tapi isinya tak sehebat kedengarannya. Ya, meski banyak yang bilang renyah dan menghibur.
Aku ingin kau seperti saat pertama kukenal, yang menumbuhkan benih cinta di hatiku.
Kini sudah tidak ada lagi badut-badut dalam dirimu. Kau tidak bisa lagi menghibur pembaca dengan kepura-puraan.Â