Pertama, akui kehadiran dan peran ibu dalam keluarga. Kita memperlakukan seorang ibu dengan baik, menyapa dengan santun, dan meminta tolong dengan cara sopan.Â
Jangan sampai kita berlaku seenaknya, apalagi kasar, baik secara fisik maupun verbal pada ibu. Ingatlah ibu banyak melakukan kebaikan dan pengorbanan untuk kita, keluarganya.
Kedua, berikan bentuk dukungan, support, dan kepedulian, baik diminta ataupun tidak. Misalnya, di hari libur ayah menawarkan diri untuk menjaga adik agar ibu bisa mandi berendam air hangat sebagai upaya memanjakan diri (me time).
Ketiga, jadilah pendengar saat ibu menyampaikan keluh kesah atau curahan hatinya. Dengan memberi ruang seperti ini, ibu dapat melepaskan beban hatinya, dan juga kesedihan yang ia rasakan. Dan akan lebih baik lagi bila kita dapat memberikan solusi atas apa yang sedang dihadapi ibu.
Keempat, berikan apresiasi, penghargaan, pujian atau ungkapan terima kasih lainnya. Bisa ucapan sesederhana "Terima kasih, Mama..." atau dengan sebentuk kado maupun buket bunga di momen spesialnya.
Kelima, tunjukkan bahwa kita menerima ibu apa adanya. Artinya kita tidak menuntut ibu menjadi wanita super yang bisa mengatasi setiap keadaan dalam keluarga. Bahwa ibu tidak selalu kuat dan tegar.Â
Sekali-sekali ia akan menunjukkan hatinya yang rapuh, bahkan tubuhnya yang sakit-sakitan. Saat itu kita wajib merawatnya, bukan mencampakkannya.
Keenam, pahami juga bahwa ibu akan menjalani fase-fase berat sekaligus luar biasa. Seperti masa menstruasi, kehamilan, menyusui, serta pra monopause. Bantulah ibu untuk mendapatkan situasi senyaman mungkin. Dan percayalah, semua itu tidak mudah bagi seorang wanita.
Wasana kata
Ibu adalah bagian dari diri kita. Tanpa ibu, seorang anak laksana perahu tanpa dayung. Laksana kegelapan malam tanpa sinar bulan. Laksana buku tanpa satu pun huruf di dalamnya.Â
Jagalah ibu, karena dialah aset. Di kakinya, surga milik anak-anaknya.