Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kaos Kaki Polkadot

21 Maret 2022   07:18 Diperbarui: 21 Maret 2022   07:24 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku merasa tak enak hati. 

Aku cemas dia akan bangun besok lalu menangis karena melihat kaos kakinya. Setiap anak pasti mempunyai pilihan favorit yang membuatnya bahagia, bukan? Aku paham itu.

Dulu sewaktu aku berusia tujuh tahun, aku mempunyai piring makan berbentuk potongan jeruk sunkis. Aku sangat menyukainya.

Menurutku sayur apapun yang disediakan ibu, akan terasa enak seperti saat aku makan jeruk sunkis. Aku juga sanggup menghabiskan potongan daging ikan rebus, berapapun besar ukurannya. Yang terpenting aku makan di piring favoritku. Sekat-sekat putih jeruk sunkis dan bulir oranye yang menyembul, membuatku lupa kalau daging ikan rebus lebih amis. Kata ibu ini lebih sehat.

Lalu bagaimana jika bangun tidur besok anakku menangis karena kaos kaki yang salah? 

Jika dia memutuskan memakai kaos kaki sebelum tidur, kami bisa berdiskusi untuk memutuskan dia memakai yang lainnya saja. Kadang-kadang kaos kaki polkadotnya kehujanan atau malah masih dalam rendaman air sabun. 

Bagaimana kalau kucoba mencari sekali lagi, pikirku.

Aku menggeledah tas kecil yang sering dipakainya, yang kadang berisi botol parfum aroma manis. Tidak kujumpai di sana. 

Coba kucari di saku jaket yang siang tadi dipakainya. Aku ingat dia memakai topi rajut ungu, jaket pink Hello Kitty, dan kaos kaki polkadot itu. Siapa tahu sebelum masuk toilet dia membuka kaos kaki dan menyimpan kaos kakinya di saku jaket. Tidak ada!

Aku terduduk. Aku ini pelupa. Tapi sepertinya aku pernah memegang kaos kaki itu belum lama ini. Apakah saat aku merapikan semua mainan si kecil?

Aku melirik jam. Pukul satu dini hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun